Hari pertama di SMA menjadi langkah baru yang penuh semangat bagi Keisha, seorang siswi cerdas dan percaya diri. Dengan mudah ia menarik perhatian teman-teman barunya melalui prestasi akademik yang gemilang. Namun, kejutan terjadi ketika nilai sempurna yang ia raih ternyata juga dimiliki oleh Rama, seorang siswa pendiam yang lebih suka menyendiri di pojok kelas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moka Tora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Di balik Topeng
Keisha berdiri terpaku di depan papan tulis. Tulisan besar yang menuduhnya sebagai dalang konspirasi terus berputar di kepalanya. Seluruh kelas menatapnya dengan berbagai ekspresi—ada yang bingung, ada yang curiga, dan ada pula yang terlihat menikmati situasi ini.
Ryan menggertakkan giginya, tatapannya penuh kemarahan. "Siapa yang menulis ini?" suaranya terdengar dingin dan berbahaya.
Tak ada yang menjawab.
Namun, Adrian yang berdiri di ambang pintu tetap menatap Keisha tanpa ekspresi.
Keisha akhirnya membuka suara, suaranya bergetar, tetapi tetap penuh ketegasan. "Ini bohong. Gue nggak pernah bilang atau melakukan hal seperti ini."
Adrian melipat tangannya. "Kalau begitu, lo bisa jelasin semua chat ini?" Ia menunjuk screenshot yang tertempel di papan.
Keisha mendekat dan membaca chat itu lebih teliti.
Keisha: Kita harus singkirkan Ryan. Kalau dia terus menang, gue nggak akan bisa dapat pengaruh yang lebih besar.
Keisha: Gue punya cara buat menjatuhin dia. Lo mau bantu nggak?
Keisha merasa darahnya membeku. Chat ini palsu.
"Ini editan," kata Keisha, menatap Adrian dengan mata tajam.
Adrian mengangkat alisnya. "Editan? Lo yakin?"
Sebelum Keisha bisa menjawab, Anita tiba-tiba maju ke depan. "Dengar, ini jelas fitnah. Gue kenal Keisha, dia nggak akan pernah ngomong kayak gitu!"
Danu juga mengangguk. "Bener! Keisha nggak mungkin melakukan ini. Seseorang pasti menjebak dia."
Ryan masih menatap chat itu dengan ekspresi sulit ditebak.
Keisha menelan ludah. Ia tahu ini adalah titik krusial. Jika Ryan percaya bahwa chat ini asli, maka semuanya akan berantakan.
"Apa lo percaya gue, Ryan?" suara Keisha lirih, tetapi tajam.
Ryan tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya dalam-dalam, seolah sedang mencari sesuatu di matanya.
Akhirnya, ia menghela napas berat. "Gue tahu chat ini palsu."
Seluruh kelas terkejut.
Ryan menatap sekeliling dengan tatapan tajam. "Siapapun yang mencoba menjebak Keisha, lo salah besar kalau lo pikir gue akan percaya sama ini."
Namun, sebelum mereka bisa menarik napas lega, suara seseorang tiba-tiba terdengar.
"Tapi gimana kalau yang palsu bukan chat ini… melainkan Keisha sendiri?"
Semua menoleh.
Reza.
~
Reza berjalan ke depan kelas dengan santai, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.
"Lo selalu keliatan kayak korban di sini, Keisha," katanya dengan nada mengejek. "Tapi gimana kalau ternyata lo memang nggak sepolos itu?"
Keisha mengepalkan tangannya. "Maksud lo apa, Reza?"
Reza menyeringai. "Lo beneran nggak inget gue, ya?"
Keisha mengernyit. "Kita satu sekolah, tapi kita nggak pernah terlalu dekat. Kenapa lo ngomong seakan-akan gue harus inget lo?"
Reza tertawa kecil, tetapi ada kegelapan di matanya.
"Lucu. Lo bener-bener nggak inget?" Ia mendekat, menatap Keisha tepat di matanya. "Lo nggak inget seseorang bernama Nadira?"
Keisha tersentak.
Nadira.
Sebuah nama yang lama terkubur di ingatannya.
Wajah seorang gadis dengan rambut panjang dan senyuman lembut melintas di pikirannya. Seorang sahabat lama yang dulu begitu dekat dengannya… sebelum semuanya berubah.
Keisha merasa tubuhnya membeku. "Nadira?" bisiknya.
Reza tersenyum sinis. "Akhirnya lo inget."
Kelas menjadi sunyi. Semua menunggu Keisha mengatakan sesuatu.
Anita berbisik, "Kei, siapa Nadira?"
Keisha menatap Reza, mencoba mencari jawaban. "Apa hubungan lo sama Nadira?"
Reza mengepalkan tangannya. "Nadira adalah sepupu gue."
Keisha terbelalak.
Reza melanjutkan, suaranya penuh kemarahan yang tertahan. "Dia dulu percaya sama lo. Lo sahabatnya, tapi lo juga yang menghancurkan dia."
Keisha menggelengkan kepala, suaranya bergetar. "Nggak… itu nggak benar!"
"Jangan pura-pura lupa, Keisha!" suara Reza kini penuh kemarahan. "Lo tahu apa yang terjadi sama dia setelah lo ninggalin dia? Dia keluar dari sekolah ini. Lo pikir kenapa? Lo pikir dia pergi karena keputusan sendiri? Nggak! Itu karena lo dan kelompok lo waktu itu!"
Keisha mundur selangkah. Ingatan tentang Nadira kembali dalam kepalanya, tetapi semuanya masih kabur.
"Dia pergi karena…" Keisha terdiam.
"Apa lo pikir kejadian ini nggak ada hubungannya sama lo?" Reza menyeringai dingin. "Gue udah lama nunggu momen ini. Lo nggak bakal bisa lari dari apa yang udah lo lakuin di masa lalu."
~
Setelah kelas bubar, Keisha, Anita, Ryan, dan Danu berkumpul di taman sekolah.
Keisha masih terlihat terguncang.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Kei?" tanya Anita pelan.
Keisha menghela napas panjang. "Dulu, sebelum masuk SMA ini, gue punya sahabat bernama Nadira. Kita dekat banget… tapi sesuatu terjadi."
Ryan menyandarkan punggungnya di bangku taman. "Apa yang terjadi?"
Keisha menatap tanah. "Ada seseorang yang menyebarkan rumor tentang dia. Rumor yang kejam. Mereka bilang dia suka menyabotase teman-temannya, bahwa dia manipulatif…"
Danu mengerutkan kening. "Tapi lo nggak percaya itu, kan?"
Keisha menggigit bibirnya. "Awalnya nggak. Tapi…" ia menutup matanya, merasa sakit mengingatnya. "Gue mulai ragu. Banyak orang mulai menjauh dari Nadira, dan gue… gue juga ikut menjauh."
Anita menatap Keisha dengan mata melebar. "Jadi… lo ninggalin dia?"
Keisha mengangguk pelan. "Dan setelah itu, dia pergi dari sekolah. Gue nggak pernah dengar kabarnya lagi."
Hening.
Ryan akhirnya membuka suara. "Lo sadar nggak, Keisha? Apa yang terjadi sama lo sekarang… mirip dengan apa yang terjadi sama Nadira dulu."
Keisha terdiam. Ryan benar.
Seseorang sedang melakukan hal yang sama padanya—menggunakan kebohongan dan manipulasi untuk menghancurkan reputasinya.
Dan yang lebih mengerikan… bagaimana kalau orang yang menjebaknya sekarang adalah orang yang dulu menghancurkan Nadira?
Danu tiba-tiba menegakkan punggungnya. "Keisha, kita harus cari tahu siapa yang menyebarkan rumor tentang Nadira dulu. Itu mungkin akan membawa kita ke dalang di balik semua ini!"
Keisha mengepalkan tangannya. "Lo benar."
Ia menatap sekeliling, tekad mulai muncul di matanya.
"Kalau ini semua berhubungan dengan masa lalu gue, maka gue akan menghadapinya. Gue nggak akan lari lagi."
Ryan mengangguk. "Kita cari tahu siapa dalang sebenarnya."
Anita tersenyum tipis. "Dan kali ini, kita nggak akan membiarkan seseorang dihancurkan begitu saja."
Keisha tidak akan membiarkan sejarah terulang.
Tetapi pertanyaannya adalah: siapa sebenarnya yang bersembunyi di balik bayangan ini?
Dan apakah Nadira benar-benar hanya sekadar korban… ataukah ada sesuatu yang lebih besar yang mereka lewatkan?