NovelToon NovelToon
Love Story At School

Love Story At School

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Ketos / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Nyatanya, cinta sepihak itu sangat menyakitkan. Namun, Melody malah menyukainya.

Cinta juga bisa membuat seseorang menjadi bodoh, sama seperti Venda, dia sudah cukup sering disakiti oleh kekasihnya, namun ia tetap memilih bertahan.

"Cewek gak tau diri kayak lo buat apa dipertahanin?"

Pertahankan apa yang harus dipertahankan, lepas apa yang harus dilepaskan. Jangan menyakiti diri sendiri.

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

"Melody itu sesat, jangan temenan sama dia."

"Enak aja! Melody itu temen aku tau!" Venda cemberut sambil menatap Rangga yang sedang memberi saos dan kecap ke dalam baksonya.

"Kamu gak pernah masuk BK, sekalinya masuk BK malah dapat surat peringatan. Itu udah jadi bukti kalau Melody itu gak baik buat kamu."

"Apa sih? Cuma sekali juga!"

"Cuma sekali cuma sekali, kalau mama kamu tau gimana? Mau jelasin gimana kamu nanti? Hm?"

"Ya aku jelasin kronologi dari awal sampai akhir lah! Lagian aku sama Melody itu gak salah kok. Yang salah itu si Lisa Lisa itu!" Venda berdecak, dia kesal sekali dengan kedua manusia yang tak tau diri itu. "Untung aku bisa nahan, kalau nggak, bisa habis itu mereka aku hajar!"

Rangga terkekeh mendengar gerutuan Venda. "Emang berani? Tadi aja cuma Melody yang gerak."

"Berani lah! Tadi aku emang lagi gak mood aja, makanya cuma Melody yang jambak. Tapi aku ikut pukul mereka juga kok, meskipun pelan." Venda menyicipi kuah racikan Rangga.

"Kurang sambal." Tangannya sudah terulur hendak mengambil mangkuk sambal, namun Rangga malah menjauhkannya.

"Itu udah satu sendok. Gak boleh banyak-banyak," ujarnya.

Venda mencebikkan bibirnya kesal. Dia pun pasrah dan menikmati makanannya, begitupun dengan Rangga.

Mereka masuk kantin tepat saat bel istirahat berbunyi, jadi belum banyak murid yang datang.

"Hai bulol." Tanpa permisi Melody tiba-tiba langsung duduk di depan Venda dan Rangga. Terlebih senyum gadis itu terlihat sangat menyebalkan saat ini.

"Kenapa lo?" tanya Venda sembari mengunyah baksonya.

"Kenapa apanya? Perasaan gue b aja deh." Melody mengibaskan rambutnya ke belakang. Dia melirik Lisa yang berada tak jauh dari mereka, lalu kembali menatap Venda.

"Cuma mau ngasih tau aja sih, kalau nanti malam Kak Gian ngajak gue ngedate!" Melody tersenyum senang, dia sengaja mengeraskan suaranya agar Lisa dan Sinta mendengar.

"Sumpah?!" Mata Venda melotot kaget. Kesambet apa Gian sampai mengajak Melody ngedate?

"Halah paling makan di cafe doang," cibir Rangga membuat Melody melirik sinis cowok itu.

"Sirik aja lo Serangga!" ketusnya.

"Kayaknya bentar lagi gue gak akan suka sendirian deh, Nda." Melody kembali fokus pada Venda, senyumnya semakin melebar. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kantin. "Ahhh gak nyangka banget perasaan gue bakal dibalas secepat ini..." Melody tertawa kecil.

"Kok bisa? Lo apain dia, Mel?" tanya Venda. Tentu saja dia heran.

Wajah Melody berubah kesal. "Lo gak bisa ya liat gue seneng bentar aja? Harusnya lo ikut seneng dong!"

Venda menyengir. "Iya iya. Gue seneng! Semoga lancar ya ngedate nya."

"Pasti lo yang ngajakin dia, kan? Bukan dia yang ngajakin elo."

"Lo cowok, tapi mulut lo lemes banget dah!" Melody menatap Rangga dengan kesal.

"Urus tuh cowok lo! Sebelum gue bertindak kasar!" lanjutnya bicara pada Venda. Setelah itu Melody beranjak dan berjalan menuju stand mie ayam.

"Caper banget itu anak." Sinta berbisik pada Lisa. "Padahal apa yang keluar dari mulutnya itu bohong semua."

Lisa berdecak kesal. "Masa iya Gian lebih milih si ganjen daripada gue, Sin?" Ia tiba-tiba kepikiran akan hal itu. Respon Gian terhadapnya saja berbeda dengan Melody.

"Ya gak mungkin dong! Lo lebih berkelas daripada dia, Sa. Mana mungkin Gian lebih milih dia? Jangan nethink mulu deh, mending lo pikirin rencana buat ngasih pelajaran si itu."

Bener juga. Gue harus bikin dia jera. Kasih pelajaran dikit gak apa-apa kan? Batin Lisa. Dia tersenyum miring membayangkan jika Melody memohon padanya.

****

"Hai."

Gian yang sedang menulis pun mendongak menatap si pemilik suara.

Nada, gadis itu langsung duduk di depan Gian. Matanya berbinar meskipun tak terlalu nampak.

Kening Gian mengerut melihat sosok tak asing di depannya.

Kenapa dia bisa di sini? Batinnya.

"Jangan bilang kamu baru tau aku pindah ke sini?" tanya Nada.

Bahunya melemas ketika melihat Gian mengangguk.

"Wajar sih kalau kamu gak tau. Orang kamu sibuk sama OSIS, iya kan?"

"To the point. Kenapa pindah ke sini?" tanya Gian. Dia menutup bukunya yang sedari tadi terbuka.

"Papa aku mau fokus ngurus perusahaan yang ada di sini. Jadi, aku sekalian pindah," jawab Nada. Dia tersenyum tipis. Wajah tampan Gian sangatlah ia rindukan.

Nada adalah gadis lemah lembut dan sopan. Dan yang terpenting adalah dia itu mantan seorang Gian Mavendra. Dulu mereka beda sekolah. Mereka bisa kenal karena sering ikut olimpiade, meski tingkatannya berbeda karena Nada masih kelas 10 waktu itu,. sedangkan Gian kelas 11.

Wajar-wajar saja Gian menyukai Nada. Siapa yang tidak suka perempuan cantik, baik, dan lembut seperti Nada? Mereka juga putus secara baik-baik. Nada yang memutuskan hubungan keduanya, alasannya karena dia ingin fokus mengejar cita-cita nya. Dan Gian juga tidak memaksa untuk menetap, jadi dia melepaskan Nada. Untungnya mereka beda sekolah, jadi Gian bisa move on cepat.

Gian mengangguk paham setelah mendengar penjelasan Nada.

"Oh iya." Nada berdehem singkat sebelum melanjutkan ucapannya. "Kamu... Udah punya cewek ya? Aku gak nyangka kamu bakal secepat itu lupain aku." Nada tersenyum tipis yang terkesan terpaksa.

"Kata siapa? Kata siapa gue udah punya cewek?"

Nada menelan ludahnya, dia tak menyangka rasanya seperti ini saat mendengar Gian memanggilnya dengan sebutan 'lo-gue', ah tidak, dia hanya belum terbiasa saja.

"Terus siapa Melody? Aku denger dari gosip teman-teman," kata Nada.

Gian mendengus. "Kurang-kurangi ikut gosip kayak gitu. Gue baru tau kalau lo tertarik sama gosip. Bukannya lo harus fokus ngejar cita-cita?" Sebelah alis Gian terangkat. Dia menghela nafas dan berdiri dari duduknya.

"Jangan terlalu gampang menyimpulkan sesuatu yang gak pasti." Setelah berkata demikian, Gian langsung meninggalkan Nada yang termenung di sana.

"Jadi, mereka gak pacaran?" gumam Nada. Ia tersenyum lega. Akhirnya semuanya sudah terjawab, mendengar jika Gian belum punya penggantinya saja dia sudah lega. Setidaknya mereka masih sama-sama sendiri saat ini.

"Artinya, masih ada kesempatan buat aku kan?"

****

Raden dan ketiga temannya; Aslan, Radian dan Dipta sedang berada di markas mereka. Padahal sekarang masih masuk jam pelajaran, tapi mereka memilih membolos. Ya itulah kebiasaan mereka sehari-hari.

Sekolah Raden dan sekolah Melody tidak sama. Di sekolah Raden penjagaan nya tidak terlalu ketat, makanya banyak murid yang melanggar peraturan, berbeda dengan di sekolah Melody yang ketat dan tak pandang status saat menghukum.

"Kalau gue jadi elo gak terima sih, Den. Malu boy! Lo selalu menang, masa kalah sama cowok cupu kayak dia?" Dipta mendengus sambil menghisap batang rokoknya.

"Gue juga yakin kalau itu anak curang," tambah Aslan.

"Kata gue sih lo gak usah turutin apa kata dia. Gangguin aja terus itu si Melody," lanjutnya.

Raden menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa sambil mengepulkan asap rokok. "Ide bagus." Dia tersenyum miring.

"Nah! Ini baru kawan gue nih!" Aslan tersenyum lebar sambil menepuk-nepuk punggung Raden.

"Lo juga harus kasih pelajaran ke si cupu itu, Den. Dia pasti curang. Apalagi dia temannya Sebasta. Lo tau sendiri kalau Sebasta benci sama lo," ucap Radian.

"Setuju!" sahut Dipta dan Aslan.

"Jangan sampai si cupu rebut Melody dari lo."

"Bener! Lo harus kasih paham sampai dia paham! Kalau perlu teror aja dah, sampai depresi kalau perlu," ucap Dipta lalu dia tertawa.

"Pinter juga lo!" Radian ikut tertawa. Pakaiannya sudah acak-acakan, seragamnya dia lepas dan hanya menyisakan kaos hitam dan celana hitam, di lehernya terdapat kalung rantai berwarna silver.

"Gimana, Den? Gue juga ada kenalan yang bisa teror orang. Kalau lo mau, gue hubungi dia terus kita atur pertemuan," ucap Dipta.

Raden menggeleng. "Nanti aja. Gue pikir-pikir lagi."

"Yaelahhh! Kelamaan lo!"

Tatapan Raden berubah tajam dan galak. "Lo berani sama gue?"

Aslan menepuk pundak Dipta. "Mending lo diem dah."

Dipta menyengir lebar. "Hehehe, sorry..."

Raden berdecak kesal. Dia kembali menghisap batang rokoknya dengan tatapan setajam silet.

bersambung...

WAJIB LIKE

1
shabiraalea
lanjut kak 👍🏻👍🏻👍🏻
vj'z tri
lanjut Thor lagi seru ini 🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
sialan nya dah lama Mel😤😤😤
vj'z tri
bagussss Mel kesempatan dalam traktiran ,🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
🤭🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
laanjuttttt
vj'z tri
ehm ehm 🤭🤭🤭🤭 please jangan bikin melody berharap lebih tentukan pilihan mu saat ini 🥹🥹💃💃💃💃
vj'z tri
😭😭😭😭😭 keren lanjut 🥳🥳🥳
vj'z tri
langsung kalem ada pawang nya 🤣🤣
vj'z tri
udah sih tempatkan sampah pada tempat nya nda 😁😁
vj'z tri
w juga penasaran lanjutan nya 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
Raden 😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
gemesssss aku loh sama ketos dan melody 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
Pepet terus ketos jangan kasih kendor 🤣🤣🤣🤣🤣💃💃💃💃
vj'z tri
aduhhh seneng nya ...nyengir 7 hari 7 malam ini ....terus gak bakal di cuci seragam nya 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!