🌹Lanjutan Aku Bukan Wanita Penggoda🌹
Awas baper dan ketawa sendiri! 😁
Ayesha Putri Prayoga, seorang gadis bertubuh gemuk itu menyaksikan langsung kekasih yang sangat ia cintai tengah bercinta dengan sahabatnya sendiri.
Sakit hati Ayesha membuatnya menepi hingga bertemu dengan Kevin Putra Adhitama, pria dingin kaku dan bermulut pedas.
Dan, takdir membawa mereka menjadi sepasang suami istri karena dijodohkan.
Sikap Kevin yang menyebalkan selama pernikahan membuat banyak perubahan dalam diri Ayesha termasuk tubuh gemuknya, hingga semakin hari Kevin pun semakin terpesona dengan kepribadian sang istri.
Namun di saat benih cinta itu muncul, Ayesha kembali dekat dengan mantan kekasihnya yang muncul sebagai partner kerjanya di kantor.
"Ayesha, aku masih mencintaimu dan ingin memilikimu kembali," gumam Tian, mantan kekasih Ayesha dulu yang membuatnya sakit hati.
Mampukah Kevin mempertahankan pernikahannya? Siapa cinta yang Ayesha pilih? Suami atau cinta pertama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak sedang bermimpi
Setelah menikmati makan malam, Kenan menyempatkan diri melakukan panggilan video call dengan Vicky. Kebetulan ayah Ayesha itu belum tidur, karena harus lembur mengerjakan pekerjaannya di ruang kerja, karena saat Kenan menelepon tepat pukul delapan malam di Indonesia dan pukul dua belas malam di Australia. Perbedaan waktu antara tempat Kenan dan Vicky, lebih cepat tempat Vicky empat jam.
Ayesha tampak sumringah ketika berbicara dengan ayahnya melalui ponsel Kenan. Kenan dan Hanin pun ikut berbincang, Kevin juga bergabung. Sayangnya, Rea tidak, karena ibu Ayesha sudah tidur.
“Papa senang kamu bahagia, Ay,” ucap Vicky di sana, karena memang pria itu melihat putrinya berada bersama orang-orang yang menyayanginya.
Ia juga melihat Ayesha tengah dirangkul oleh Kevin. Ya, Kevin tanpa ssadar melakukan itu. Entah hanya sebuah pencitraan atau memang realita. Tapi senyumnya di depan Vicky terlihat jujur, membuat Vicky semakin yakin menjodohkan putrinya dengan putra sahabatnya itu.
Setelah asyik berbincang dengan Vicky dalam durasi yang cukup lama. Ayesha dan Kevin, kini berbincang dengan Hanin dan Kenan. Mereka duduk santai di ruang keluarga dengan suguhan pencuci mulut atau buah-buah segar.
“Mama dan Papa ke Cambridge berapa lama?” tanya Ayesha melirik ke arah Hanin dan Kenan bergantian.
“Cuma dua minggu, Ay. Kan Papa harus menghadiri peralihan jabatan di kantor,” jawab Kenan.
Hanin mengangguk. “Oh iya.”
“Pas acara itu, kamu nanti temenin Mama ya,” sahut Hanin.
“Tapi, Ma …”
Kevin tiba-tiba menyela perkataan istrinya. “Ngga bisa, Ma. Di kantor tidak adda yang tahu kalau Ayesha istri Kevin.”
“Sampai kapan, Kev?” tanya Hanin, sedangkan Kenan dengan santai menikmati buah naga.
“Sampai kontrak Ayesha selesai, Ma.”
“Ih, Mama kok ga setuju ya sama sikap kamu,” sanggah Hanin.
“Tapi itu peraturan perusahaan, Ma. Kalau Kevin melanggar berarti Kevin tidak memberi contoh yang baik.”
“Kontrak kan bisa dirubah. Lagian harusnya kamu kasih Ayesha probation tiga bulan saja, kenapa harus langsung dua tahun? Itu lama sekali,” kata Hanin lagi.
“Biarin aja, Ma. Paling ga lama lagi Kevin juga akan bakal rubah kontrak Ayesha, atau Ayesha dirumahkan.”
“Papa,” panggil Kevin kesal pada sang ayah, sedangkan Ayesha hanya mengernyitkan dahi.
Polosnya Ayesha membuat ia tak mengerti dengan perkataan ayah mertuanya itu.
“Ya udah deh, Kevin ngantuk. Mau tidur.” Pria bertubuh tegap dengan otot kekar itu berdiri dari duduknya.
“Ayesha ngga di ajak tidur?” tanya Kenan tersenyum pada sang putra.
Kevin menatap ayahnya malas, membuat Kenan semakin tersenyum. “Ayo, Ay.” Tangannya terulur untuk menggandeng sang istri.
“Panggilan kamu ke Ayesha dirubah dong! Masa masih aja panggil nama,” ledek Hanin.
“Itu juga udah dirubah, Ma. Ayo, Ay!” kata Kevin dengan kembali mengulurkan tangan kanannya sembari terenyum. “Ayangku, sayang.”
Hanin tertawa. Ia geli sendiri ketika mendengar putranya yang kaku itu mengatakan kata keramat pada lawan jenisnya. Kenan pun tampak tertawa dan Ayesha hanya tersenyum malu sembari menerima uluran tangan suaminya.
“Nigt, Ma, Pa.” kata Ayesha yang diikuti Kevin.
“Night, Sayang.” Hanin mengelus lengan Ayesha yang berdiri dan hendak berpamitan.
“Gih sana masuk kamar! Segera buatkan Papa dan Mama cucu," ledek Kenan.
"Apaan sih, Pa." Tampang tampan Kevin berubah ketus ke arah sang ayah.
Kenam tertawa begitu pun dengan Hanin. Kedua orang tuanya ini tetlihat kompak menggoda putra sulungnya yang memang terkenal kaku.
Kemudian, Kevin menggandeng Ayesha. Ia sengaja memegang pinggang Ayesha yang belum ramping sempurna. Kedekatan itu membuat jantung Ayesha berdegup kencang. Begitu pun dengan Kevin, jantungnya juga berdetak tak karuan. Namun, pria itu bisa sekali menutupi itu. Tidak dengan Ayesha yang memang terlihat canggung dan malu.
Sesampainya di kamar, Kevin merebahkan dirinya lebih dulu ke ranjang king size itu. Sementara, Ayesha memilih duduk di depan meja rias dan mengoleskan krim ke wajah serta lotion ke tubuhnya.
Di sana, Kevin memperhatikan sang istri dari belakang. Saat ini, tubuh Ayesha tidak se overload sebelimnya. Tetapi, walau tubuh Ayesha overload dan tidak pernah berdandan, ia tetap menjaga kebersihan dan kelembutan kulitnya.
Setelah melakukan ritual kecantikan, Ayesha me dekati Kevin yang pura-pura terlelap. Ia ikut merebahkan diri di samping suaminya dengan posisi membelakangi Kevin yang sedang menghadapnya.
Dalam hitungan detik, Kevin dapat mendengar hembusan nafas Ayesah yang teratur. Hari ini memang hari melelahkan untuk Ayesha, sehinvva ia dengan mudah terlelap. Sedangkan Kevin masih terjaga. Ia menatap tubuh istrinya yang sedang membelakangi.
Jari telunjuk Kevin terangkat untuk menyentuh tubuh itu. Kevin menyentuh ujung kepala hingga ujjng kaki Ayesha. Lalu, ia beralih mengelus rambut itu.
"Ndut, lain kali Jangan buat aku marah, apalagi cemburu."
Tiba-tiba tubuh Ayesha bergerak dan tanpa sengaja Ayesah malah membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Kevin.
Kevin malah tersenyum dan menatap wajah damai istrinya yang sedang terlelap. Tangannya pin terangkat untuk mengelus pipi chubby itu.
"Maafin aku ya, Ndut. Maaf, aku tidak tahu dengan traumamu itu. Sungguh aku tidak ingat dengan insiden itu. Maaf, aku sering marah padamu dan berkata kasar. Sungguh aku sebenarnya tidak bermaksud seperti itu."
Kevin berkata sendiri, karena Ayesha tak mendengar sama sekali permohonan maaf itu. Ia sudah terlelap.
Lalu, arah mata Kevin tertuju pada bibir manis Ayesha. Ia ingin kembali merasakan manis itu. Kemudian, Kevin memajukan tubuhnya dan mulai menempelkan bibirnya pada bibir Ayesha.
Ayesha dapat merasakan hembusan nafas itu, hingga ia pun terbangun dan membuka matanya.
"Mas, kamu mau apa?"
Sontak, Kevin terkejut dan menjauhkan diri. "Ngga mau apa-apa."
"Bohong, kamu mau macem-macem ya?" tanya Ayesha tak percaya.
"Ngga."
"Iya."
"Ngga Ayesha."
"Tapi kamu tadi mau ..."
"Jangan ge-er!" ucap Kevin dengan cepat dan memotong perkataan Ayesha. "Sudah aku bilang, aku ga n*fs*."
Kevin langsung membalikkan tubuhnya dan memunggungi Ayesha.
"Ck. Belagu," gerutu Ayesha yang juga merubah posisi seperti tidurnya semula.
Kini, mereka pun tidur dengan saling memunggungi.
****
Keesokan harinya, Kevin dan Ayesha mengantarkan Hanin dan Kenan ke bandara. Kenan menggunakan jet pribadinya menuju Cambridge.
"Kev, jagain Ayesha ya!" kata Hanin.
Kevin mengangguk. "Iya, Mama."
"Ayesha pasti akan merindukan, Mama."
Hanin dan Ayesha berpelukan.
"Kevin akan rindu masakan Mama."
"Sudah, sudah, lagi pula Papa Mama juga ga lama kok," kata Kenan yang mengajak istrinya ke dalam bandara.
Ayesha dan Kevin melambaikan tangan ke arah orang tuanya.
"Hati-hati, Ma," teriak Ayesha.
"Iya, Sayang." Hanin membalas lambaikan tangan itu, hingga menjauh.
Kevin mengajak Ayesha pulang setelah ayah dan ibunya tak lagi terlihat di ruang itu.
Ayesha dan Kevin berjalan menuju parkir. Mereka pun memasuki mobil dan mulai melakukan perjalanan kembali ke apartemennya.
Dret ... Dret ... Dret ...
Ponsel Ayesha bergetar. Ia langsung tersenyum saat nama yang tertera di sana adalah Nindi.
"Iya, Nin."
"Ay, besok jadi kan?"
"Jadi dong. Jam berapa?" tanya Ayesha.
Mereka memang janjian ingin me time, ke salon kecantikan dan spa.
"Jam sebelas siang," jawab Nindi.
"Oke."
Kevin menoleh ke arah istrinya yang sedang simringah dan tak lama kemudian menutup panggilan telepon itu.
"Siapa?" tanya Kevin.
"Nindi," jawab Ayesha yang kemudian bersuara lagi. "Mas, besok aku janjian sama Nindi ke salon."
Ayesha menatap wajah suaminya yang masih fokus dengan pandangan ke depan.
"Batalkan," ucap Kenan.
"Ngga bisa, aku udah janjian sama Nindi dari kemarin. lagian aku mau spa, Mas. Mau perawatan supaya makin glowing dan bikin cowok n*fs*."
Sontak Kevin menoleh dan membulatkan matanya ke arah Ayesha. "Batalkan."
"Ih, ga bisa. Ingat poin kedua, di dalam rumah kita memang suami istri, tapi diluar rumah kita itu orang lain."
"Ah, si*l. Ayesha mulai pintar bicara," gumam Kevin.
"Baiklah, besok kamu tetap ke salon. Tapi denganku, tidak dengan Nindi. Aku akan mengantarmu."
Ayesha mengernyitkan dahinya. Apa dia tidak sedang bermimpi? Hello, seorang Kevin Adhitama mengantarnya ke salon? Ingin sekali Ayesha tertawa, tapi ia harus tahan. Jaim, Ay.
itu sih namanya bukan cinta tapi nafsu, cinta itu melindungi bukan merusak.