NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan

Pengantin Bayangan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Cinta Paksa
Popularitas:923.7k
Nilai: 5
Nama Author: sushanty areta

Sebuah permintaan mengejutkan dari Maria, mama Paramitha yang sedang sakit untuk menikahi Elang, kakak kandungnya yang tinggal di London membuat keduanya menjerit histeris. Bagaimana bisa seorang ibu menyuruh sesama saudara untuk menikah? padahal ini bukan jaman nabi Adam dan Hawa yang terpaksa menikahkan anak-anak kandung mereka karena tidak ada jodoh yang lain. Apa yang bisa kakak beradik itu dilakukan jika Abimanyu, sang papa juga mendukung penuh kemauan istrinya? Siapa juga yang harus dipercaya oleh Mitha tentang statusnya? kedua orang tuanya ataukah Elang yang selalu mengatakan jika dirinya adalah anak haram.

Mampukah Elang dan Mitha bertahan dalam pernikahan untuk mewujudkan bayangan dan angan-angan kedua orang tuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sushanty areta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengantar

"Kak...bangun." panggil Mitha lembut seraya mengguncang pundak Elang yang memeluk dirinya erat. Membangunkan Elang adalah alternatif terakhir baginya setelah beberapa saat dirinya mencoba melepasnya. Tangan dan kaki elang terlalu berat untuk dia singkirkan sendiri.

"Hmmmn." hanya gumaman panjang itu sebagai sahutan usahanya. Selebihnya Elang kembali lelap. Mitha mendengus kesal, mencoba dan terus mencoba. Kalau begini caranya dia bisa terlambat ke kampus.

"Kakak...bangun kak!" serunya lebih keras.

"Yank, jangan gerak-gerak terus. Aku masih ngantuk. Sebentar lagi ya..." seketika gerakan Mitha terhenti. Yank?? bukannya itu panggilan Elang pada wanita bernama Sindy yang beberapa kali dia temui? Elang berulang kali memanggilnya begitu. Apa mereka ada hubungan? apa mereka begitu dekatnya hingga pernah.....tidur bersama?? dada Mitha terasa sesak. Masih berada dalam pelukan Elang, air matanya menetes meski berulang kali sudah dia hapus dengan punggung tangannya. Apa ini sebabnya Elang menenang pernikahan ini? mungkinkah Sindi adalah cinta pertama Elang di masa lalu? yang dia tau elang pergi ke Inggris menyusul opanya karena ingin melupakan cinta pertamanya.

"Kenapa?" nafas Mitha terhenti saat menyadari Elang sudah terbangun dan menatapnya dengan mata kemerahan dan suara serak khas orang bangun tidur.

"Kak...tolong singkirkan tanganmu. Ini sudah siang, aku akan terlambat datang ke kampus." sahut Mitha dengan wajah tak karuan. Bagaimana bisa Elang bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa saat jarak mereka seintens ini.

Tanpa jawaban, Elang melepaskan pelukannya dan meregangkan otot tubuhnya. Mitha segera bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri bergantian dengan Elang.

"Kak, baju kerjanya sudah kusiapkan. Kalau kakak tidak suka aku akan menggantinya." ujar Mitha sambil menundukkan kepalanya. Elang hanya memakai handuk sebatas pinggang saat keluar dari kamar mandi, membuat hatinya kebat-kebit tidak karuan.

Lagi-lagi tanpa berkata apapun sang kakak mengambil kemeja dan celana bahan yang dia siapkan dan memakainya dengan gerakan lambat, kontras dengan jantung Mitha yang berpacu cepat.

"Maaf kak, aku turun dulu." tanpa menunggu jawaban Elang, Mitha bergegas keluar kamar menuju lantai satu. Kepalanya menoleh kesana kemari saat melihat rumah begitu sepi.

"Bik, kok sepi? Papa mama belum sarapan ya?" tanya Mitha diambang pintu dapur pada bik Sri yang masih sibuk mencuci peralatan masak.

"Eehh non Mitha. Tadi tuan Abi dan nyonya Maria sudah sarapan, sekarang sudah menuju rumah sakit."

"Aku benar-benar kesiangan." gerutu Mitha kesal. Harusnya dia bangun lebih pagi agar bisa ikut ke rumah sakit, lagipula mata kuliah pertamanya baru dimulai jam 9 siang.

"Ya..kan pengantin baru non. Semua sudah maklum." timpal bi Sri sambil terkekeh pelan.

"Memangnya kenapa kalau pengantin baru bik?" Mitha meraih gelas dari rak dan membuatkan dua cangkir kopi untuk dirinya dan Elang.

"Pengantin baru itu lagi anget-angetnya non."

"Ihhh...si bibik ada-ada saja." Sahut Mirtha sambil berjalan menuju meja makan. Ekor matanya menatap bayangan Elang yang menuruni tangga.

"Kak, minum kopinya dulu." Elang menatapnya sesaat sebelum melangkah ragu mendekatinya. Pria itu menarik kursi didepan cangkir kopi yang disiapkan untuknya.

"Kakak mau sarapan apa?" Mitha tau bik Sri sudah memasak menu makan pagi, tapi dia khawatir jika Elang tidak menyukainya. Sepuluh tahun berada di negara orang mungkin merubah kebiasaanya.

"Tidak perlu." jawabnya singkat lalu meneguk kopinya. Mithapun melakukan hal yang sama.

"Lain kali buatkan kopi hitam saja."

"Baik kak." Meski memberitau jika kopi susu dan creamer yang dibuatkan Mitha tak sesuai dengan selernya, tapi Elang tetap menghabiskan kopinya dengan tenang.

"Bersiaplah, aku akan mengantarmu ke kampus."

" Baik kak." Mitha segera merapikan cangkirnya lalu menuju kamarnya. Ada beberapa buku yang harus dia bawa untuk referesnsi tugas akhirnya hari itu. Otak Mitha yang brilian membuatnya bisa segera lulus diluar rencana.

Saat turun kembali, dia sudah tak melihat sosok Elang lagi dimeja makan. Spontan dia menuju halaman, benar Elang sedang bercakap-cakap dengan Bian.

"Selamat pagi Mith." sapa Bian begitu tau Mitha mendekati mereka.

"Pagi juga kak Bian." Balasnya ramah. Terlihat Elang menatap keduanya tidak suka lalu kembali memberi beberapa arahan pada sekretaris ayahnya itu. Sedang Mitha berdiri kikuk karena bingung akan berbuat apa disamping Elang yang memasang wajah datar andalannya.

"Ayo!" Elang menuju mobil sport warna putih miliknya, membuat Mitha mengikuti langkahnya dan masuk ke mobil, sedang Bian juga masuk ke dalam mobilnya sendiri sebelum melaju pergi lebih dulu.

"Jadi wanita harus punya harga diri. Jangan genit." cetusnya membuat Mitha sedikit tersingung karenanya.

"Kakak bilang apa? genit? aku hanya membalas sapaan kak Bian kak, bukan mengodanya." Elang melirik tajam kearahnya. Bibirnya terkatup rapat tak bersuara. Hanya tangannya yang terkepal kuat diatas kemudi membuat Mitha enggan untuk membuka suara lagi.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di depan kampus tempat Mitha kuliah. Saat gadis itu hendak turun, Elang mencekal lengannya, membuat Mitha menghentikan gerakan tangannya yang akan membuka pintu.

"Uang sakumu." dia menyerahkan beberapa lembar warna merah pada Mitha yang termangu.

"Papa sudah memberikan uang bulanan padaku kak. Itu sudah cukup hingga awal bulan."

"Mulai sekarang aku yang menanggung biaya hidupmu, bukan papa. Terimalah." dan dengan ragu Mitha menerimanya. Dia sudah terlalu lelah untuk berdebat.

"Mitha berangkat dulu." Pamitnya sambil meraih tangan kanan Elang dan menciumnya. Gadis itu lalu setengah berlari menuju kelasnya.

1
Santi
Luar biasa
Ds Phone
bahagia sampai lupa kawan
Ds Phone
apa kah dapat
Ds Phone
dah laki bini pangil yang manis aja
Ds Phone
muking betul dia cinta sama kamu
Ds Phone
nemang halal
Ds Phone
dah jadi laki apa lagi jalan terus
Ds Phone
nikah secara paksa
Ds Phone
betul betul jadi
Ds Phone
semua nya main paksa
Ds Phone
gila tu orang
Ds Phone
marah lah tu
Ds Phone
kawan baik nya
Ds Phone
bahagia sangat lah tu
Ds Phone
berita gembira tu
Ds Phone
ada ada aja yang nak di gaduh kan
Ds Phone
ya betul tu baik di lepas kan
Ds Phone
ada aja meraka ni
Ds Phone
sedih tak habis
Ds Phone
memang itu ke bahagian nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!