Rahmadhani gadis yang menikah setelah ia lama berpacaran dengan kakak kelas saat mereka SMA bernama Vino Subagyo Dua bulan pernikahan mereka Rahma tidak menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya, mertuanya yang suka ikut ikutan dengan urusan pernikahan mereka berdua. Dan suami yang mulai berubah dari perangai dan sikapnya. Hingga akhirnya Rahma sering bertengkar dengan ibu mertuanya yang selalu memojokkan dirinya karena sang suami tidak pernah betah di rumah.
Rahma pun akhirnya memutuskan untuk mengambil peputusan dalam menyikapi polemik dalam rumah tangganya, sampai akhirnya Rahma menemukan kejangalan pada snag suami.
Lalu bagaimanakah kisah rumah tangga Rahma dan Fino? apakah Rahma akan mempertahankan rumah tangga nya atau ia akan menyerah dengan apa yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazry Fazriyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencuriii...!
Dering alarm terus berbunyi, namun Rahma masih terlelap dalam mimpi indah. Bi Sarni yang biasanya sudah melihat Rahma yang berada di dapur saat jam 5 pagi, tapi hari ini Bi Sarni belum melihat batang hidung Rahma di dapur. Rahma biasanya sudah berada di bagian laundry untuk mencuci bajunya sendri dan di seling dengan ia menyiapkan sarapan pagi selama tiga belakangan ini.
Bi Sarni takut terjadi sesuatu pada Rahma hingga akhirnya ia naik ke atas sembari mengecek kamar Rahma dan mengambil pakaian kotor Vino. Saat bi Sarni tiba di dekat kamar Vino yang Rahma tiduri, bi Sarni mendengar suara alarm yang terus berdering hingga akhirnya bi Sarni pun memberanikan diri membuka pintu kamar.
"Assalamu'alaikum, non!"
Panggil bi Sarni sambil mengetuk pintu. Lama ia mengetuk dan menunggu jawaban dari dalam hingga akhirnya bi Sarni memberanikan diri untuk membukanya. Untunglah pintu tidak di kunci dengan mudah bi Sarni masuk ke dalam, saat melihat kalau Rahma masih tertidur dengan keadaan kasur yang sedikit berantakan karena lembaran lembaran kerta dan laptop yang ada di dekat Rahma, bi Sarni bisa menebak kalau Rahma pasti semalam bergadang.
Bi Sarni mematikan alarm takut takut kalau nyonya besar mendengar dan melihat Rahma yang masih pulas, lalu bi Sarni pun membangunkan Rahma dengan mendekat pada Rahma serta memajukan bibirnya ke telinga Rahma.
"Non, bangun... sudah shubuh?" Ucap Bi Sarni lalu Rahma pun mulai bergerak dan membuka matanya perlahan. "Sudah jam 5 non."
Seketika Rahma terbangun dengan cepat ketika mendengar ucapan bi Sarni sehingga membuat bi Sarni sontak kaget.
"Astaghfirullah... aku kesiangan!" Teriak Rahma..
"Kesiangan... aku kesiangan!" Sahut bi Sarni yang latahan. "Aihhh si non mah bikin bibi kaget aja."
"Yaa Allah, bi. Rahma kesiangan ini... makasih ya bi udah bangunin Rahma." Rahma pun langsung menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Sedangkan bi Sarni masih ada di sana dan merapihkan kasur yang berantakan lalu setelah itu ia mengambil baju kotor Vino dan berlalu pergi meninggalkan kamar tersebut.
.
.
.
Tepat pukul tujuh pagi, Rahma sudah menyiapkan nasi goreng seafood yang menjadi kesukaan papah mertuanya dan juga mamah Amara, namun karena rasa gengsinya lebih tinggi, Amara selalu mengejek nasi goreng buatan Rahma yang padahal lidahnya tidak bisa berbohong kalau nasi goreng buatan Rahma itu enak.
Setelah ke tiganya menghabiskan sarapan, Rahma ingin mengatakan rencananya kepada sang mertua kalau dirinya ingin fokus mengerjakan skripsinya dan menginap beberapa minggu di rumah orangtuanya.
"Mah, pah... emmm... itu?... itu Rahma." Ucap Rahma yang sedikit gugup untuk mengungkapkannya.
"Itu, itu... ngomong tuh yang jelas jangan itu itu an aja." Ketus mamah Amara yang sudah meletakan sendok dan garpunya di atas piring.
"Mah... biarin dulu Rahma selesai in ucapannya." Sanggah papah Nugraha. "Kenapa, nak... ada yang kamu mau sampaikan?" Tanya papah Nugraha sambil memperhatikan Rahma yang memutar mutar jari telunjuknya yang menandakan dirinya sedikit gugup.
"Itu, pah... masalahnya skripsi Rahma."
"Iya, kenapa dengan skripsi mu, sudah mau sidang apa sudah mau wisuda, sayang?" Tanya papah Nugraha yang sudah menyayangi Rahma seperti putrinya sendiri. Karena Nugraha sejak dulu memang sangat ingin memiliki anak perempuan namun karena keguguran anak ke duanya, Amara sudah tidak bisa lagi hamil.
"Ngomong aja terus terang kalau kamu mau minta biayain kuliah kamu, iya kan?... sudah ku tebak pasti gitu." Sanggah Amara yang selalu menilai menantunya itu hanya menginginkan hartanya saja.
"Bukan, bukan itu, mah. Kalau masalah kuliah Alhamdulillah Rahma bisa bayar sendiri dengan hasil gaji Rahma, kok." Jawab Rahma yang ingin meluruskan prasangka sang mamah Mertua.
"Halah, bohong... kamu sudah pegang ATM dari Vino kan... pasti uangnya kamu hambur hamburkan... enak banget kamu, anak saya yang kerja cape capean, kamu yang ngabisin."
Ucapan Amara yang mendapatkan tatapan tajam dari sang suami.
"Mah, udah dong... Rahma mau bahas soal skripsinya, mamah malah ngomong yang ngak ngak aja... teruskan ucapan kamu, nak!" Bela papah Nugraha.
"Untuk masalah uang di ATM yang kak Vino kasih ke Rahma, Alhamdulillah nominalnya gak berkurang kok, mah... Rahma belum pake... dan untuk masalah yang ingin Rahma katakan adalah,... Rahma ingin fokus selesaikan skripsi, Rahma... kalau boleh dan mamah papah gak keberatan, Rahma ingin menginap beberapa minggu di rumah orang tua Rahma... itu pun kalau papah dan mamah mengizinkan." Ucap Rahma panjang lebar.
Rahma sebenarnya merasa kesepian, dan rindu juga dengan ke dua orangtuanya. Selama Vino di Amerika, Rahma ingin mengisinya dengan menyelesaikan skripsinya, namun di lain sisi dia juga ingin belajar banyak tentang urusan rumah tangga dengan ibu atau kakak nya. Hingga Rahma bisa berfikir jernih untuk masalah yang ia hadapi bila berada di lingkungan keluarganya yang dapat membuatnya bisa lebih baik lagi. Bisa jadi karena kekurangan dirinya dalam masalah hubungan suami istri menjadikan dia jauh dengan Vino.
"Papah sih, gak keberatan bila memang niat kamu untuk fokus menyelesaikan skripsi, dan mungkin kamu juga kangen kan sama orangtua kamu... papah sih oke oke aja, kamu mau tinggal beberapa minggu di sana atau sambil nunggu Vino pulang juga gak apa apa." Jawab pak Nugraha yang membuat Rahma merasa lega.
"Bilang aja, mau menghindari tugas kamu di sini... tapi bagus juga sih kamu di rumah orangtua kamu, saya gak liat muka kamu yang bikin saya kesel terus." Jawab Amara dan berlalu pergi dari meja makan.
"Sudah, kamu siap siap aja... biar nanti Pak Budi yang anter kamu ya."
"Iya, pah. Terima kasih untuk pengertian papah sama Rahma." Rahma berdiri seraya mencium tangan papah Nugraha karena ia akan pergi ke kantor.
.
.
.
"Cieee... ngaten baru, lesu banget nih... ehem... begadang terus nih romannya?" Celetuk laki laki paruh baya yang merupakan atasan HRD di kantor tempat Rahma bekerja.
Rahma baru saja meletakan tas nya di atas meja, yang tak jauh dari meja kerja sang laki laki paruh baya bernama pak Ricko yang biasa di panggil pak Kumis oleh karyawan karyawannya.
"Apa sih Pak Kumis pagi pagi udah berisik aja?... Rahma lemes karena belum di traktir sama bapak nih!" Jawab Rahma yang sudah begitu akrab dengan pak Ricko sang atasan.
Hampir setiap hari pasti akan ada canda dan tawa yang pak Ricko atau di kenal dengan panggilan pak Kumis, karena kumisnya menyaingi kumisnya Mas Adam suami artis dangdut Inul Daratista. Sudah hampir dua tahun Rahma bekerja di kantor tersebut namun ia mudah sekali akrab dengan orang orang sekitar, walau ada beberapa yang pastinya ada yang tidak menyukai Rahma, namun Rahma tetap bersikap baik bila mereka tidak mengganggu Rahma dengan berlebihan.
"Ehhh, ada juga lo Ma, yang neraktir kita kita, secara kan suami lo bos besar." Celetuk salah satu laki laki yang usianya beda sedikit dengan Rahma.
"Apa sih lo Boy, baru juga kemaren gajian dah minta traktir ama gue... jangan lupa tuh lo bayar arisan sono ama si Ida!" Balas Rahma, bila di kantor sekan ia lupa dengan masalah yang ia hadapi, karena orang orang disekitarnya adalah orang orang yang asyik bagi Rahma, walaupun usia Rahma paling muda di antara yang lain namun Rahma tetap menjaga sopan santun kepada yang lebih tua darinya.
"Udah-udah, kerja kerja! ... bisa bisa nanti gaji kalian di potong kalau ketahuan ngobrol." Ucap Bu Mariska
"Kita kan ngobrol juga sambil kerja, bu... kecuali Boy tuh yang kerjanya cuma nguping omongan orang." Celetuk Rahma yang mendapatkan tawa dari semua.
Rahma pun duduk fokus ketika semuanya sudah kembali dengan kerjaan mereka masing masing. Saat Rahma baru saja membuka file kerjanya tiba tiba ponsel Rahma bergetar, yang sengaja ia hanya pasang mode getar agar tidak mengganggu pekerjaannya. Rahma melirik ke ponsel miliknya di mana tertera pesan singkat yang berasal dari sahabatnya Delia, kemudian ada beberapa pesan singkat lainnya yang masuk secara bersamaan. Hingga Rahma fokus saat melihat pesan singkat yang dari sang suami.
"Pagi peri kecilku... maaf kalau kakak baru memberikan kabar. Kakak sudah tiba 5 jam yang lalu. Sekarang kakak sedang di hotel bersama Dimas. Kamu pasti lagi kerja kan? jangan lupa makan ya!"
Pesan itu Rahma baca, namun belum sempat ia balas, karena ia harus menyerahkan beberapa berkas yang baru saa ia Print out yang akan ia serahkan kepada bu Mariska sebagai HR Training & Development.
"Rahma gimana berkas yang saya minta kemarin?" Teriak bu Mariska
"Iya, bu. Tunggu sebentar ada satu file lagi yang belum Rahma susun... sebentar lagi Rahma ke ruangan ibu." Jawab Rahma saat melihat sang atasan sedang mengambil file juga di meja kerjanya Boy.
Berkas yang Rahma susun pun sudah rapi lalu ia segera mungkin untuk masuk ke ruangan bu Mariska dengan langkah kaki yang cepat.
Tok... tok... tok
"Masuk!" Ucap Bu Mariska
"Ini berkas berkas yang ibu minta kemarin, dan semuanya sudah lengkap." Kata Rahma seraya menyodorkan file berwarna merah ke tangan bu Mariska.
"Oooh ya, Ma. Saya boleh minta tolong lagi gak?"
"Boleh, bu!"
"Tolong kamu foto copi in ini, di bikin dua rangkap ya!... kayanya bakalan ada karyawan baru di bagian gudang. Nanti jangan lupa kamu ambil berkas yang lain dan kamu simpan di rak yang ada di belakang meja kerja saya ya!"
"Siap, bu. Laksanakan."
Rahma pun pergi dari ruangan setelah mendapatkan berkas yang bu Mariska minta foto copy tadi, dan Rahma pun menuju mesin foto copi yang kebetulan ada beberapa karyawan yang sedang melakukan hal yang sama dengan Rahma, hingga akhirnya Rahma mengantri di belakang untuk mendapatkan giliran.
.
.
.
Tak teras jam pun sudah menunjukkan pukul empat sore tiba saatnya Rahma untuk pulang ke rumah. Rahma memesan ojek online untuk pulang ke rumah orangtua nya menginap beberapa minggu di sana. Saat ia baru akan memesan ojek ia baru ingat kalau diri nya belum membalas chat dari sang suami, hingga akhirnya ia memutuskan untuk melakukan panggilan telepon saja pikirannya, namun beberapa kali ia mencoba untuk menelpon kembali, Vino tidak juga mengangkatnya hingga akhirnya ia mengirim pesan singkat kepada Vino.
Dan saat Rahma akan mengirim pesan tiba tiba ponselnya diambil oleh seseorang sehingga Rahma berteriak pencuri sambil berlari mengejar pencuri yang memakai switer berwarna hitam dengan kepala yang di tutup.
"Pencuriii...!" Teriak Rahma dan beberapa orang pun mengejar pencuri tersebut, bahkan ada yang mengejar pencuri itu dengan menggunakan motor, namun pencuri itu masuk ke gang warung warung kecil yang ada di dekat kantin kantor Rahma.
Rahma terus berlari mengejar pencuri itu hingga ada seorang laki laki yang menarik tangan Rahma dan membantunya untuk bersama mengejar pencuri tersebut. Rahma hanya diam saat melihat laki laki yang telah lama tak ia lihat beberapa tahun belakangan. Laki laki itu pun sebenar nya tidak mengenali Rahma, dimana niat laki laki berkaos biru tua tersebut hanyalah untuk bisa membantu wanita yang tak ia kenal pikirnya.
aku butuh dukungan kalian... tebarkan mawar indah kalian... terima kasih😘💕
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
semangat terus thor /Determined/