"Mama masih hidup! Mama masi hidup!" mata bocah itu berkaca-kaca saat Daniel mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tak terima jika ibunya dikatakan sudah tiada. Ia meninggalkan Daniel yang tidak lain ayahnya sendiri.
Terpaku menatap pundak bocah itu berlari meninggalkannya masuk ke dalam kamar.
Kenzie membanting pintu dengan keras, ia mengunci pintu rapat. hingga Daniel yang berusaha menyusulnya merasa kesulitan untuk membujuk putranya.
Daniel tau putranya, jika sudah seperti itu, Kenzie tidak akan mau bicara dengannya. Ia tidak akan memaksa putranya dalam keadaan seperti ini, hanya ia takut dengan kesehatan putranya semakin memburuk hingga ia memilih pergi.
"Temukan dokter itu, Saya akan membayarnya mahal," ucap Daniel dingin setelah mendapatkan telpon dari seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desi m, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
"Hei ..., ini adalah anak tampan kesayangan keluarga kita! Jarang-jarang dia mau di ajak ikut kesini, sangat bagus sekali."
Reko adalah adiknya Daniel. Dia tiba-tiba berdiri dan melangkahkan kakinya menghampiri Kenzie.
"Karena Kenzie sangat tampan, paman boleh memeluk mu?"
Ternyata dia adalah paman ku!
Dia memandang Reko yang sangat antusias menatapnya. "Halo paman."
Sifat Kenzie seperti ini membuat Reko tertegun.
Ini benar-benar di luar nalarnya, melihat Kenzie memanggilnya paman dan membungkuk dengan begitu sopan tanpa di suruh.
Dia benar-benar ingin tau, apa yang terjadi dengan keponakan sulungnya ini, yang biasanya selalu menganggapnya sebagai musuh.
"Ini ..."
Tidak hanya Reko yang terkejut, semua orang yang hadir di sana juga tercengang.
Biasanya, tidak peduli seberapa baik Reko memperlakukannya, Kenzie akan tetap memasang wajah dingin dan arogan. Dan membalas pertanyaan ataupun kata-katanya dengan lidahnya yang sangat tajam, hingga Reko tidak bisa menjawab apa-apa.
Tetapi mengapa hari ini, dia tiba-tiba berubah 180 derajat?
"Kenzie, marilah sini, dekat kakek."
Deffan mengangguk dan berjalan cepat menghampiri kakeknya, ia berjalan dengan senyumannya.
Mata Mahesa yang baik dan lembut, sangat terkejut dan berbinar senang.
"Halo kakek."
"Anak pintar, anak pintar, cucu kakek yang tampan."
Mahesa sebenarnya sangat senang, dia mengulurkan tangannya memegang tangan kecil Kenzie.
"Kenzie, apa yang kau inginkan? Dan apa yang kau suka? katakan saja, kakek pasti akan memberikannya?"
Mahesa berucap sambil tersenyum di wajahnya yang terlihat mulai keriput.
Kenzie memutar-mutar bola matanya sejenak, lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Tidak mau. Aku sudah punya segalanya di rumah, papa sudah menyiapkannya untuk ku, aku tidak kekurangan apapun, terimakasih kakek!"
Ketika dia bicara, dia menatap Mahesa dengan sikap yang sopan dan tulus.
Mahesa menatap dengan seribu pertanyaan di kepalanya.
"Anak ini ..., kenapa dia begitu sopan dan menghormati orang tua seperti ini? Sebelum aku pergi ke luar negeri, dia masih menunjukkan sikap seperti kitalah yang memiliki hutang sebesar 800 juta padanya, dan harus di bayar. Kak, bagaimana cara mu mengajarinya, hingga dia cepat sekali berubah seperti itu?"
Reko yang berdiri di samping Daniel, terlihat bingung dan tidak percaya, ia akhirnya bertanya pada Daniel.
"Tidak ku ajari." ujar Daniel singkat menjawab pertanyaan Reko.
"Tidak, tidak kau ajari? Lalu bagaimana mungkin terjadi perubahan sikap sebesar itu?"
Reko semakin penasaran.
"Putra dari Daniel Mahesa Anugerah memang selalu luar biasa," Daniel tersenyum sambil melirik Reko dengan rasa yang sangat puas.
Manik mata Reko, yang dari tadi tidak mengalihkan pandangannya, menatap Kenzie dan ayahnya Mahesa yang sedang bercengkrama akrab dengan Mahesa, dia merasa bahwa ada sesuatu yang aneh.
Apakah bocah kecil ini tiba-tiba bertaubat?
Ya, setidaknya, kedepankan berkurang satu musuh, dan kedepannya menjadi sebuah sahabat.
"Kakek, aku sudah sangat lapar, kapan kita akan makan?" Kenzie yang terlihat manja, memegangi perut kecilnya, seolah-olah dia kelaparan.
Mahesa terlihat gemas dengan cucu satu-satunya itu, dia tersenyum sambil berkata: "Sekarang juga."
Ketika Mahesa selesai bicara, ia segera memerintahkan kepada pelayan rumah tangga, untuk segera menghidangkan makanan sekarang juga.
Melihat cucu kesayangannya terlihat sangat lapar, Mahesa segera mendekapnya dan mengelus kepala Kenzie beberapa kali, ia sangat senang.
Keluarga Mahesa duduk mengelilingi meja. Sementara Kenzie yang menatap begitu banyak makanan yang terhidang di atas meja, tidak kuasa menahan, lalu berkali-kali ia menelan ludahnya.
Makanan-makanan ini belum pernah dia lihat sebelumnya.
Melihat mata kecil Kenzie yang berbinar-binar, Reko segera mengambil kepiting yang sangat besar, lalu mengupasnya, memisahkan daging dan cangkang, lalu memberikannya kepada Kenzie.
"Ini untukmu, makanlah." Reko menyodorkan piring berisi daging kepiting di hadapan Kenzie.
"Terimakasih paman." Kenzie sangat senang, ia menggoyang-goyangkan kaki kecilnya di atas kursi. Mereka yang hadir di sana melihat Kenzie sangat senang.
"Tidak, tidak usah berterimakasih seperti itu, asal kamu senang, bahkan jika kamu tidak mau makan sekalipun, paman bersedia melayani mu selamanya."
Sambil mengatakan seperti itu, dengan senyum kecilnya, Reko mengambil piring, membantu Kenzie untuk mengambil sayur dan lauk, kemudian memberikannya kepada Kenzie.
"Makan yang banyak, dan setelah itu, beritahu kepada paman, apa yang kamu sukai?"
Deffan berpikir, Kenzie begitu beruntung, dia memiliki banyak keluarga yang menyayangi dan memperhatikannya, ada kakek, paman, dan yang lainnya lagi. Tidak seperti dirinya, hanya ada adik-adik dan Mama. Tetapi Deffan juga sudah sangat beruntung, dia Masi memiliki Mama yang menyayangi mereka. Mengingat itu, wajah Deffan berubah sedih.
Melihat perubahan wajah Kenzie, Mahesa jadi bertanya-tanya: "Cucu kakek kenapa?"
Kenzie langsung sadar dengan pertanyaan kakeknya, ia langsung menggelengkan kepalanya, dan berusaha kembali ceria.
"Tidak kenapa-napa, Kek. Aku hanya ..., kasihan melihat ikan-ikan ini, dan juga kepiting itu, mereka juga mau hidup seperti kita, tetapi ...."
Kenzie tidak melanjutkan kalimatnya.
"Tetapi apa?" Daniel tidak sabaran ingin bertanya, ia penasaran dengan kalimat Kenzie yang menggantung.
"Tetapi kita malah memakan mereka."
Kata-kata Kenzie membuat semua orang tertawa, mereka menganggap, kata-kata Kenzie lucu.
"Ya, mereka itu kan di ciptakan untuk kita makan." Mahesa berkata sambil menatap Kenzie.
Kenzie mengangguk mengerti, padahal yang sebenarnya dia bukan memikirkan itu.
"Baiklah, kakek. Kalau begitu aku ...." Kenzie kembali berpikir dan mereka menunggu apa yang akan di katakan bocah itu.
Kenzie menatap meja yang penuh dengan makanan selezat dan seenak ini, makanan makanan yang tidak pernah di makan oleh mereka dan Mama sebelumnya. Tiba-tiba Kenzie mengingat mereka.
Kalau saja dia bisa membawa sebagian makanan-makanan enak ini, mereka pasti akan senang, Revi yang tamak itu pasti akan bahagia.
"Katakanlah, tidak perlu malu-malu seperti itu! Anak cowok dalam keluarga kita tidak boleh malu-malu seperti itu, katakan lah apa yang kau suka!"
Reko terlihat menyemangatinya.
"Makanan ini sangat enak, aku ingin membawanya pulang."
Bawa pulang?
Daniel terkejut mendengar kata-kata Kenzie. Dia menatap putranya.
"Kau suka makan yang mana? Papa akan meminta juru masak memasaknya untuk mu saat pulang kerumah nanti!"
Yang di masak di rumah paling cuma satu dua macam saja, aku mau membawa beberapa macam makanan lagi untuk Mama dan adik-adik ku.
Deffan mengelus-elus kepala kecilnya dan berkata: "Aku pikir, semua makanan ini sangat enak."
Selesai dia bicara, Mahesa tersenyum melirik Kenzie. Dan kemudian memerintahkan pelayan rumah tangga untuk membungkus semua makanan yang ada di atas meja.
"Sudah, kalian jangan makan lagi. Karena Kenzie suka dengan makanan ini, maka biarkan dia membawanya pulang."
Reko tercengang.
"Pa, kamu membuat jamuan makan ini kan untuk menyambut ku! Masa sekarang malah meminta kami untuk tidak makan lagi. Masa begitu banyak makanan di meja makan ini, dan semua untuk di bawa pulang oleh Kenzie? Apa tidak terlalu berlebihan?"
"Tutup mulutmu, asal Kenzie menyukainya, apa pun akan aku berikan." Mahesa melotot ke arah Reko.
Reko menghela napasnya. Dia ingin menangis tanpa air mata. Apakah Papa yang di depannya ini Masi papanya yang dulu? Jangan-jangan dia anak pungut dari keluarga Mahesa?
Daniel juga terkejut.
Baru saja dia akan mencelupkan udang segar itu ke dalam saus, dia sudah di teriaki oleh ayahnya.
"Letakkan itu! Tidak ada yang boleh memakannya lagi."
Daniel tercengang. Dia menatap mata Mahesa yang melotot ke arahnya, dengan tidak berdaya, Daniel harus mengembalikan udang itu lagi.
Sama halnya dengan Deffan, ia juga tercengang seperti Daniel. Sikap Mahesa yang tegas, begitu menyayangi Kenzie. Mulutnya terbuka lebar, karena tercengang, dan tiba-tiba ia merasa iri pada Kenzie dalam hatinya.
Author sudah update, ayo lakukan dukungannya
Wajib like☑️
klik bintang lima di penilaian ☑️
tap love ☑️
vote setiap akhir pekan ☑️
komen jika ada kritik dan saran☑️
dan jangan lupa follow akun author ☑️