Suamiku, Tolong Balas Cintaku!

"Ini di luar kendaliku! jangan menyudutkanku jika kamu belum tahu kebenarannya seperti apa !!" Ucap Aldo dengan nafas yang naik turun.

"Vadio sudahlah ... tidak ada yang perlu di salahkan, yang salah adalah orang yang melakukan kejahatan ini, coba kamu kerahkan koneksimu pada aparat keamanan untuk segera menangkap pelaku penyiraman air keras ini." Ucap Latif menyarankan.

Vadio tidak menjawab apapun, pria itu lalu duduk dengan posisi tertunduk lesu.

Apakah ini sungguhan? Atau bagian dari actingmu? Kau terlihat sangat terpukul kali ini." Batin Vian.

30 menit kemudian, dokter yang menangani Luna keluar dari ruangan.

"Keluarganya Bu Luna?" Ucap suster yang berdampingan dengan dokter tersebut.

Dengan sigap Dio maju menghampiri petugas kesehatan itu, "Saya suaminya Dok."

"Mari pak, ikut saya." Ucap Dokter yang mengajak masuk ke ruangan Luna.

Ketika masuk ruangan, Dio di suguhkan pemandangan Luna yang tertutup selimut sampai leher, istrinya itu sedang tertidur akibat obat pereda nyeri yang di suntikan oleh dokter.

"Baju Bu Luna terpaksa kita gunting, karena kondisi pasien pada saat datang benar-benar tidak bisa mengangkat tangannya." Ucap dokter saat memberikan bungkusan berisi baju Luna yang sudah di gunting.

"Apakah luka nya sangat parah dok?"

"Lukanya seperti luka bakar, karena Bu Luna terkena cairan yang biasa di sebut air keras. Bagian belakang yang terkena air keras mengalami kerusakan jaringan kulit pak. Akan hilang total bekasnya bila pasien menjalani operasi plastik, tapi saya rasa tubuh bagian itu tidak terlalu mengganggu, jadi sebaiknya lakukan perawatan dulu di rumah dengan obat yang nanti akan saya resepkan, berupa obat oles dan minum juga." Ucap dokter.

Setelah dokter selesai berbicara dan memberi resep obat, Dio berjalan perlahan mendekati istrinya yang ternyata sudah bangun dari tidurnya.

"Lun ... "

"Kamu ada disini Dio? Aldo bagaimana?"

"Manusia itu tidak apa-apa, jangan tanyakan dia lagi jika di hadapanku."

"Siapa orang di balik peristiwa ini? Aku rasa Aldo sangat humble ... Dia tidak mempunyai musuh."

"Luna, fokus terhadap kesembuhan kamu, tidak usah memperdulikan manusia yang sudah mencelakai mu."

"Dia tidak mencelakaiku, aku hanya berusaha menolongnya pada saat itu."

"Dan, see ... Kamu jadi korban nya."

"Kamu menyalahkan Aldo?" Tanya Luna.

"Ya jelas, dia sudah membahayakan istriku, tidak mungkin aku diam saja." Ucap Dio.

"Hhh," Luna menyunggingkan senyumnya, "Kamu sedang kurang sehat atau bagaimana? Sejak kapan aku di anggap sebagai istri?"

Belum sempat Dio berkata kata, tetapi pintu ruangan sudah terbuka yang menampilkan 2 pasang paruh baya yang sedari tadi mengkhawatirkan kondisi Luna, terkecuali Ervina ... Dia hanya ikut serta saja dengan Latif, untuk menjaga nama baiknya di depan suaminya sendiri.

"Mama, Papa ..." Luna memposisikan dirinya sebagai anak kecil jika bertemu dengan kedua orang tuanya, apalagi dalam keadaan seperti ini, Luna ingin di manja seperti dulu saat sebelum menikah, andaikan kehidupan setelah menikah seindah yang di bayangkan orang tuanya, mungkin Luna akan bermanja pada Dio saat ini.

Dio tak hentinya mengelus rambut Luna, pasangan itu sudah menjadi gambaran suami istri yang harmonis di hadapan orang tuanya.

Mereka mengobrol lumayan lama di ruang rawat Luna, sampai yang tidak penting pun ikut di bahas jika sudah berkumpul semua, hingga membuat Ervina bosan di buatnya.

Setelah 2 pasang paruh baya itu pamit meninggalkan ruangan, Aldo dan Vian mendapat giliran masuk.

"Nunaaaaaaa." Panggil Aldo dengan penuh khawatir.

"Aldo ... Kamu gak apa-apa kan? Kamu harus berhati-hati sekarang, sepertinya ada orang yang tidak senang dengan kamu."

Aldo mengangguk patuh, "Mana yang sakit?"

Luna menunjuk belakang bahunya, Aldo mendongak sedikit untuk melihat luka yang terkena air keras itu, dengan cepat jari telunjuk Dio mendorong kening nya dan membuat Vian tertawa terbahak-bahak melihatnya.

"Aku hanya ingin melihat lukanya saja!" Sentak Aldo yang tidak terima di perlakukan seperti itu oleh Dio.

"Biar aku yang lihat, nanti aku ceritakan saja." Ucap Dio sambil melonggarkan bagian baju Luna di bagian leher untuk melihat luka yang ada di balik bahunya, Saat itu tangan Dio sebenarnya gemetar, tapi dia tidak rela rasanya jika Aldo yang melihat luka nya secara langsung.

"Bagaimana ? Tolong ceritakan?" Ucap Vian dengan wajah yang sedari tadi berusaha menahan tawa melihat kelakuan Dio dan Aldo.

"Seperti luka bakar, jika tidak tau gambaran aslinya silahkan cari di internet." Ucap Dio ketus.

Luna menatap Dio yang menurutnya sedikit aneh, apa yang sebenarnya terjadi pada Dio, sehingga dia bersikap manis bukan hanya di depan orang tua masing-masing, tapi saat di depan Aldo dan Vian pun sekarang Dio melakukan itu, Acting kah? Batin Luna.

***

Luna langsung di perbolehkan pulang saat kondisinya mulai membaik, Untuk sementara waktu Luna harus rutin menggunakan obat oles yang diresepkan dokter, agar lukanya cepat membaik.

Dio memegang sebelah tangan Luna dengan hati-hati, pria itu bagaikan membawa benda yang mudah pecah saja. Luna sangat di perlakukan baik hari ini entah karena perasaan bersalah yang Dio rasakan atau memang Dio sudah benar-benar jatuh hati pada istri yang selama ini tidak dia anggap.

Sampai di dalam apartemen.

"Sudah ama sekarang, aku bisa jalan sendiri." Ucap Luna yang melepas tangannya dari genggaman Dio.

Selama lukanya masih terasa sakit, Luna di larang menggunakan pakaian jenis kaos, dokter menyarankan untuk menggunakan jenis kemeja dulu, agar lebih nyaman saat pemakaian.

Luna masuk ke dalam kamarnya di susul Dio yang mengeluarkan satu persatu obat, dan di susun di atas nakas.

"Ada yang mau di lakukan lagi?" Tanya Dio.

"Ng ... Tidak ada, kamu bisa keluar."

Dio kembali ke mode cueknya, pria itu langsung melenggangkan kaki keluar kamar Luna.

Setannya kuat banget kalau di dalam apartemen, jadi ngeselin lagi. Batin Luna.

Malam hari.

Luna duduk di meja riasnya berusaha menggunakan obat oles sambil bercermin bagian belakang bahunya, tetap tangannya tidak bisa menjangkau menyeluruh. "Argh ... Lalu bagaimana ini?"

*Suara pintu kamar di ketuk.

Dengan tergesa Luna menggunakan kembali kemejanya.

"Mm-masuk." Ucapnya gugup.

Dio datang dengan nampan yang berisi bubur kacang hijau dan segelas air putih. Pria itu memesan makanan lewat ponselnya.

"Waktunya minum obat." Ucap Dio datar.

"Ya simpan saja di situ, nanti aku minum."

Dio melihat obat oles yang terbuka di atas meja rias, sudah di pastikan Luna berusaha sendiri memakainya, Dio tahu betul posisi luka nya bagian mana, pria itu tau Luna pasti kesusahan saat menggunakannya.

Dio kemudian mengambil obat oles yang tergeletak, dan itu membuat Luna sedikit terkejut, "Mau apa Dio?"

"Buka kemejanya."

"Hah? B-buka?"

"Ya lalu bagaimana cara mengaplikasikannya jika kemejanya masih menempel. Mau cepat sembuh atau tidak?"

✨YUK TINGGALIN JEJAKNYA✨, Komen,like dan vote supaya authornya makin semangat ... Love you all 💜💜💜