Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Adrian mengantar Laura untuk memeriksakan kandungannya. Mereka segera turun setelah sampai di rumah sakit.
"Permisi hari ini saya sudah ada janji dengan dokter Melisa. Apakah beliau ada?" tanya Laura kepada perawat yang berjaga.
"Silahkan masuk nyonya, Beliau sudah menunggu anda" sahut nya.
Laura dan Adrian segera menuju ruang praktek dokter Melisa.
"Selamat pagi Dokter!" sapa Laura.
Melisa menoleh. "Silahkan kan masuk tuan dan nyonya Adrian".
Adrian mendaftarkan Laura menggunakan nama nya. Karena di kota mereka jika seorang wanita hamil harus memiliki data-data yang lengkap dan akurat. Sesuai prosedur di negara itu.
" Bagaimana hari-hari mu nyonya? Apakah kau melakukan semua saran saya?".
Laura tersenyum. "Tentu saja Dokter!".
Laura di persilahkan berbaring di dipan. Melisa mulai menyalakan alat pendeteksi kandungan. Melisa mulai mengoleskan cairan kental seperti gel di permukaan perut Laura.
Laura memandang monitor yang ada di sebelahnya. Adrian juga memperhatikan monitor tersebut.
"Bayi nya sehat, usianya hampir 24 minggu" jelas Melisa. Laura dan Adrian tersenyum bahagia.
"Apakah kalian ingin mengetahui jenis kelaminnya?" ucap Melisa lagi.
Laura menatap Adrian seolah meminta persetujuannya. Adrian mengangguk. "Memangnya sudah bisa Dokter?" sahut Laura.
"Tentu saja nyonya, alat ini sangat canggih. Jika nona berkenan saya akan mulai mendeteksi nya"ucap Melisa.
" Baiklah Dok, saya ingin melihat jenis kelaminnya"sahut Laura.
Setelah beberapa menit jenis kelamin bayi tersebut kelihatan. Laura merasa haru. Air matanya menetes.
"Nyonya sangat sensitif sekali, lihat lah bayinya menjadi aktif dia bahkan menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya" ucap Melisa.
Laura tersenyum malu. "Maafkan saya Dok" sahut Laura.
"Kau lihat Adrian bayi nya tampak lucu!" ucap Laura gemas. Adrian hanya tersenyum melihat kebahagiaan Laura.
"Anda harus meminum obat secara teratur dan Anda harus lebih banyak bergerak agar sewaktu melahirkan kan nanti tidak terlalu tegang" saran Melisa lagi.
Laura mengerti apa yang dokter Melisa katakan. Ia begitu menerima saran dari dokter tersebut.
"Oh ya nyonya Adrian, bulan depan jangan lupa anda harus mengecek ulang kondisi bayinya sampai jadwal melahirkan " sambung Melisa.
"Baiklah Dokter, kalau begitu kami permisi" sahut Laura.
Semua mata menatap mereka setelah keluar dari ruang itu. Mereka saling berbisik.
"Pasangan yang serasi" ucap salah satu pengunjung yang juga mengantri.
Untung saja Laura dan Adrian datang lebih awal. Karena Melisa menjadwalkan 1 jam lebih cepat Itu pun atas perintah Adrian.
Ya! Adrian adalah salah satu pemegang saham terbesar di rumah sakit itu. Dia juga termasuk pengusaha terkaya di negara itu. Usianya memang masih muda. Tapi karirnya sangat melejit.
Ia pengusaha terkenal dan berpengaruh di negara itu. Rekan bisnisnya sangat segan padanya.
"Kau tak menginginkan sesuatu Laura?" tanya Adrian di sela perjalanan pulang.
Laura hanya menggeleng. Namun Adrian tak secepat itu menuruti Laura. Ia memutar arahnya menuju ke suatu tempat.
"Mau kemana ini Adrian?" ucap Laura kaget.
"Tenanglah aku takkan berbuat macam-macam" sahut Adrian.
Adrian menepikan mobilnya di sebuah muara.Di sana ada sebuah gubuk kecil bernuansa etnik. Sungguh pemandangan seperti lukisan. Indah dan menentramkan.
"Wow! Indah sekali tempat ini? Bagaimana kau bisa menemukan tempat seindah ini Adrian?" tanya Laura kagum.
Adrian hanya tersenyum, lalu ia membuka pintu rumah kecil itu.
"Ayo Laura, masuklah!"
"Tempat ini milikmu?" ucap Laura masih tak percaya.
Laura berlari-lari kecil menjelajahi tempat itu. Adrian melihat kebahagiaan terpancar dari wajah cantik Laura.
Adrian masih menatapnya. Hatinya sudah tidak tahan ingin rasanya ia memeluk wanita itu sekarang. Namun ia belum memiliki keberanian.
"Bagus sekali! Aku sangat menyukai tempat ini" ucap Laura.
"Kau ingin bermalam di sini?" tanya Adrian
Laura menoleh dan menatap Adrian. "Bolehkah?".
" Tentu saja!"sahut Adrian.
Adrian meninggalkan Laura sebentar, ia ingin membeli beberapa kebutuhan untuk menginap selama di tempat itu.
Laura mulai memetik beberapa jenis bunga liar yang tumbuh di taman itu. Ia meletakkan bunga tersebut di sebuah vas kaca.
Adrian kembali dengan beberapa kantong kresek di tangannya.
"Istirahatlah! Aku akan menyiapkan makan malam" ucap Adrian.
"Tidak tidak! Biar aku saja, karena mood ku lagi baik. aku akan memasak untuk mu" ucap Laura.
Adrian hanya menurut kini diri nya duduk dan hanya melihat Laura yang sedang sibuk menyiapkan beberapa jenis hidangan makan malam mereka.
Laura begitu lihai memasak. Adrian menatap Laura kagum. Sungguh saat ini ia tidak tahan menahan gejolak yang ada dalam hatinya.
"Ta-da" pekik Laura.
"Makan malam sudah selesai! Bagaimana kau menyukainya?" ucap Laura.
Adrian terbelalak. "Banyak sekali, apa kita bisa menghabiskan ini?".
" Tentu saja! Aku akan menghabiskannya jika kau tidak sanggup"ucap Laura sambil mengelus perutnya yang membuncit.
Melihat perilaku Laura itu membuat Adrian tertawa lepas. Laura menatap Adrian intens. Timbul perasaan kagum untuk pria itu. Ia berpikir Adrian sangat jauh berbeda dengan mantan suaminya.
Perangainya yang lembut sopan dan perhatian membuat Laura merasakan sesuatu. Namun ia tak ingin menyakini hati nya itu.
"Laura, ini sungguh lezat!" ucap Adrian.
Tentu saja Laura tersentak mendengar ucapan Adrian itu.
"Kau melamun?Apa yang kau pikirkan?" tanya Adrian.
"Tidak ada! Ayo habis kan kalau kau sanggup! " ucap Laura mengalihkan pembicaraan.
Adrian mulai menyantap hidangan itu.Sementara Laura hanya menatap pria itu dengan senyum yang terlukis di bibirnya.
lelah menunggu dan penasaran