Oh My Boss

Chika kembali memeluk Aiko. Meskipun neneknya sudah pergi, tapi Chika masih saja ketakutan. "Chika jangan takut ya? Tante anterin pulang mau?" tanya Aiko.

Namun, Chika hanya diam dengan wajah sedih. "Udah dua hari aku kalau pulang sekolah ke toko tempat mama kerja, tante. Aku dan mama juga sudah pindah." perkataan Chika tersebut tentu saja membuat Aiko terbelalak.

"Pin.. Pindah kemana?"

"Aku sama mama tinggal di toko mama." Aiko kembali terkejut. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan Lala dan anaknya. Seandainya dia tak bertemu Chika saat ini.

"Ya udah, kalau gitu ke tempat tante aja ya!" Chika menganggukan kepalanya dengan cepat.

"Nanti tante yang hubungi mama kamu." Aiko segera membawa Chika masuk ke dalam mobil Shaka. Ia terus memeluk Chika dengan mata berkaca-kaca.

"Om siapa? Pacarnya tante Aiko?" pertanyaan Chika tersebut membuat Aiko terbelalak. Ia saling bertatapan dengan Shaka.

Shaka hanya menatap Chika sembari tersenyum. "Bukan. Dia bos tante.." namun Aiko dengan cepat menyangkal.

"Oh.. Makasih ya om tadi udah bantuin aku." Shaka menganggukan kepalanya.

"Nama kamu siapa?"

"Chika om.."

"Nama om, om Shaka. Oh ya, Chika laper nggak?" Chika menganggukan kepalanya dengan cepat.

"Chika mau makan apa?"

"Em.. Mau makan pizza."

"Ok, ayo kita beli.."

"Beneran om?" Shaka menganggukan kepalanya.

"Hore..." Chika yang tadinya masih nampak sedih. Kini ia mulai semangat dan ceria lagi.

Shaka melajukan mobilnya ke sebuah mall. Ia mengajak Chika untuk memilih makanan apapun yang ia mau. Tentu saja itu membuat Chika melompat kegirangan. Bukan hanya makan pizza, tapi Chika diajak Shaka main di mall, dan juga membeli beberapa mainan kesukaannya.

Chika merasa sangat bahagia. Ia terus menarik tangan Aiko kesana kemari. Dan Shaka pun memanjakannya. Tak butuh waktu lama, Chika sudah langsung akrab dengan Shaka. "Om Shaka, makasih ya?" kata Chika.

"Iya sayank. Asal jangan sedih-sedih lagi! Nanti tante Aiko juga ikutan sedih." kata Shaka. Meskipun ada Chika, tapi Shaka tetap tidak melupakan Aiko. Ia melakukan semua itu agar supaya Aiko tak sedih lagi. Entah apa hubungan Aiko dengan anak itu. Tapi yang jelas, Aiko nampak dekat sekali dengan anak itu.

"Kamu mau beli sepatu?" tanya Shaka.

"Emang boleh om?" Shaka menganggukan kepalanya. Chika pun kembali melompat kegirangan. Ia segera berlari memilih-milih sepatu yang dia inginkan.

"Makasih ya pak, karena udah begitu baik ke Chika." kata Aiko sembari tersenyum menatap Chika yang kebingungan memilih sepatu.

"Hmm.. Dia siapa kamu?" tanya Shaka.

"Anak sahabatku."

"Nayla?" seketika Aiko menoleh menatap Shaka.

"Bukan. Disini, aku punya dua sahabat. Nayla dan Lala. Kita udah kenal lama, tinggal bareng. Lala duluan nikah dan punya anak Chika. Jadi dia udah kayak anak aku." jawab Aiko.

"Tapi kayaknya Lala sedang ada masalah, tapi kenapa dia nggak mau cerita?" Aiko agak kecewa dengan sahabatnya itu karena menyembunyikan masalahnya dari dirinya.

"Mungkin dia bukannya nggak mau cerita, tapi belum. Dia nggak mau bikin kamu dan Nayla khawatir." jawab Shaka.

"Mungkin juga sih pak.. Tapi makasih banget ya pak, karena bapak udah baik banget sama Chika." Shaka menganggukan kepalanya.

"Karena kamu udah anggep dia kayak anak kamu, ya aku juga harus anggap dia kayak anak aku juga dong. Kita kan suami istri." perkataan Shaka itu membuat Aiko seketika menoleh. Namun, ia tak lagi kesal. Justru malah tersenyum.

"Apaan sih pak.." katanya sembari tersenyum.

Shaka melirik Aiko yang tersenyum begitu manis. Ia juga ikut tersenyum karena Aiko mulai bisa tersenyum tidak jutek seperti tadi. Ia merasa sangat senang.

Puas main, mereka bertiga pulang ke rumah Aiko. Chika yang baru saja kenal Shaka sudah bisa langsung akrab. Bahkan ia bermanja dengan Shaka. "Om pacarnya tante Aiko kan?" Chika kembali bertanya sembari memeluk Shaka.

"Aku belum pernah lihat tante Aiko berteman dengan laki-laki." imbuh Chika. Anak itu masih sangat polos, tapi sudah tahu mengenai pacar.

Shaka tidak menjawab secara langsung. Ia hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya.

Tak lama, Lala dan Nayla pulang. Mereka tanpa sengaja bertemu di depan rumah. Sebelumnya, Aiko memberitahu Lala jika anaknya bersama dengan dia. Jadi, Lala langsung pergi ke rumah Aiko.

Lala membulatkan matanya saat melihat anaknya terlihat akrab dengan Shaka, yang ia tahu sebagai bos dari Nayla dan Aiko. Ia pun segera menarik Chika dan meminta maaf. "Maafin anak aku pak.." katanya.

"Mama udah pulang?" Chika senang melihat mamanya.

Shaka berdiri sembari tersenyum. "Kenapa minta maaf? Chika nggak salah apa-apa." kata Shaka.

"Iya, kenapa minta maaf segala?" sahut Aiko yang juga terkejut dengan tindakan Lala yang tiba-tiba meminta maaf.

"Karena Chika nggak sopan sama pak Arshaka."

Aiko tersenyum mendengar perkataan Lala. "Chika baik kok, apanya yang nggak sopan. Pak Shaka juga suka sama dia." jawab Aiko menatap Shaka.

"Iya, Chika anak yang baik. Aku suka sama dia." Shaka mengusap rambut Chika dengan lembut.

"Om Shaka juga baik kok ma. Dia ajak aku makan pizza, main ke mall dan beliin aku baju sama sepatu." ucap anak yang masih duduk di taman kanak-kanak tersebut.

"Makasih pak. Makasih." Lala menundukan kepalanya. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi.

"Itu nggak penting. Yang terpenting, kenapa kamu nggak cerita kalau kamu dan Chika pergi dari rumah?" Nayla dan Lala membulatkan matanya mendengar perkataan Aiko.

"Pergi dari rumah? Maksudnya gimana? Kok aku nggak ngerti?" Nayla masih bingung. Dia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sementara Lala hanya menundukan kepalanya. Sepertinya dia masih enggan bercerita kepada sahabatnya. "La??"

"Chika? Mau nggak jalan-jalan sama om? Om pengen beli kopi ke supermarket tapi nggak punya temen.." Shaka ingin memberi kesempatan Lala untuk menjelaskan. Mungkin dia enggan berbicara karena ada anaknya.

"Mau om.." Shaka dan Chika keluar rumah dan menuju supermarket.

Sementara di rumah, suasana hening terjadi beberapa saat. Lala masih diam belum mau membuka mulutnya. Sedangkan wajah Nayla sudah mulai kesal. Aiko meraih tangan Lala, dia menggenggamnya dengan lembut. "Kalau nggak mau cerita nggak masalah. Asal kamu harus tetap bahagia." kata Aiko.

Lala tak kuasa menahan air matanya. Dia menangis sesegukan. Membuat Aiko dan Nayla saling bertatapan. Mereka membiarkan Lala menangis sampai puas.

Cukup lama Lala menangis. Sampai akhirnya dia menceritakan semua yang terjadi pada rumah tangganya. Aiko dan Nayla tak bisa banyak membantu. Tapi mereka selalu memberi support untuk Lala. Ketiga wanita itu saling berpelukan untuk saling menguatkan.