Demi menyelamatkan perusahaan sang papa yang hendak dikuasai oleh pamannya yang tamak, Menta terpaksa menyetujui perjodohannya dengan Raf seorang tuan muda pewaris tahta kerajaan bisnis yang sudah menjadi rekanan sang papa. Pernikahan yang dipaksakan tersebut sesungguhnya membuat Menta sangat tertekan, sikap dingin Raf ditambah kisah cinta pria itu dengan seorang model cantik pun membuat hubungan keduanya semakin seperti orang asing. Mungkinkah Menta dan Raf bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosi Lombe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini Salah!
"Duhhh Menta, kenapa kau bodoh sekali sih?" gadis itu merutuki kebodohannya sendiri saat mendapati kenyataan bahwa dia lupa membawa pakaian gantinya ke kamar mandi.
"Mana handuknya begini lagi!" sambil menggelar handuk yang ada di dalam kamar mandi.
"Kak Raf ada di luar atau di kamar ya?" ingin mengintip tapi takut kalau kelihatan.
"Mana baju yang tadi sudah kotor kena make up lagi, huffff!" menghela nafasnya dengan berat.
"Ahhhh Menta, kenapa otakmu jadi begini sih!?" efek ciuman sang suami membuat otaknya seolah-olah jadi kosong melompong.
Sambil mendengar pergerakan di luar, kepala gadis itu pun menyembul ke luar pintu.
"Apa yang kau lakukan?" Raf ternyata masih berada di posisi yang sama saat tadi Menta masuk ke kamar mandi.
"Kak, keluar dulu dong, plisss" Menta memasang wajah memelas.
"Kenapa aku harus keluar?" Raf sedang membaca situasinya.
"Aku lupa bawa baju ganti, handuknya juga kecil sekali" Menjelaskan.
"Lalu?" sang suami pura-pura polos.
"Aku tidak bisa keluar kalau kakak masih di situ" jelasnya lagi.
"Kenapa tidak bisa?" masih dengan mode lugu.
"Ya kan aku tidak pakai apa-apa, nanti kakak jadi bisa lihat semuanya!" Menta gemas karena Raf malah berpura-pura tidak tau.
"Tapi aku malas keluar!" pria itu malah merebahkan diri di kasur.
"Kakkkkk" Menta menjerit kesal.
"Aku lelah Menta!" katanya sambil meraih selimut dan menariknya hingga dada.
"Ya sudah" kemudian ia menutup pintunya kembali. Sementara Raf tersenyum penuh arti.
..........
"Dia kenapa lama sekali sih?" Lebih dari lima belas menit Raf menunggu Menta yang tak kunjung keluar kamar mandi. Awalnya ia ingin menggoda Menta dan dengan sengaja menunggu sampai gadis itu keluar hanya dengan menggunakan handuk yang kecil.
"Menta, kau sedang apa? kenapa lama sekali?" Raf mengetuk pintunya.
"Aku menunggu kakak keluar dari kamar" jawab Menta dengan polosnya.
"Kalau aku keluar kamarnya besok pagi, berarti kau akan tidur di kamar mandi sampai besok?" Raf bertanya asal.
"Iya" gadis itu lebih memilih untuk bertahan di dalam kamar mandi dari pada harus keluar dalam kondisi tanpa pakaian yang layak.
"Oh ya ampun, kenapa kau naif sekali sih?" Raf berdecak karena melihat Menta begitu teguh pada pendiriannya.
"Aku hanya menjaga kehormatanku" sang istri menjawab dengan sangat lugas.
"Tapi aku sudah tidak tahan ingin pipis, ini sudah di ujung tanduk, kalau aku ngompol bagaimana?" Raf mencari akal untuk memaksa Menta keluar.
"Kakak mau pipis?" Menta panik.
"Iya, ini sudah mau keluar" pura-pura menahan pipis.
"Aduh bagaimana ini?" yang dikerjai benar-benar panik.
"Ayolah Menta, aku sudah tidak tahan" Raf merengek.
"Iya sebentar" dengan terpaksa akhirnya Menta keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang kecil.
"Sudah tuh" sambil berlari ke arah ruang ganti pakaian untuk menghindari Raf.
"Loh kakak kok malah ngikutin aku? tidak jadi pipis?" Menta yang merasa diikuti bertanya.
"Tidak jadi, sudah tidak ingin pipis lagi" jawab Raf sambil berdiri di depan sang istri yang masih dalam keadaan polos hanya berbalut handuk.
"Jangan-jangan kakak ngerjain aku ya!?" Menta yang kesal jadi lupa bahwa dirinya hanya memakai handuk saja.
"Menurutmu?" senyum jahil tersungging di bibir Raf.
"Ihhh kakak jahat sekali!" karena kesal Menta lantas mendekat kearah sang suami dan memukul dadanya.
"Hahahaha awwww sakittt" Raf terbahak-bahak sambil meringis kesakitan karena pukulan dari sang istri.
"Sana keluar, aku mau ganti pakaian" mendorong dengan tenaga penuh.
"Keluar!" Masih terus berusaha mendorong suaminya.
"Kakkkk,, emmmmmppppphhhh" namun yang di dorong tidak bergeming, malah justru meraih pinggang Menta dan memagut bibirnya.
"Lepaskan aku" Menta menyalak dan terus memberontak, membuat posisi handuknya jadi melorot.
"Menta" melihat sang istri hampir setengah polos, Raf pun akhirnya tertutup kabut dan mulai menyerang Menta secara brutal.
"Lepaskan aku, ahhhhhhh" sesungguhnya tubuh dan pikiran Menta berlawanan. Sentuhan sang suami yang begitu lembut mampu membuat tubuhnya terlena dan ketagihan untuk semakin di sentuh, namun pikiran warasnya memintanya untuk menghentikan semua itu.
"Kak jangan begini, ini salah!" ia mengiba saat tangan Raf sudah ada di bagian area yang paling sensitif, sementara mulutnya sibuk mengesplor bagian yang terkenyal.
"Aku mohon lepaskan aku kak!" tetap tidak ingin melanjutkannya.
"Kakkk hiks hiks hiks" Menta menangis saat jari Raf sudah hampir menerobos masuk.
"Maaf!" melihat Menta menangis dan menolaknya, membuat Raf sadar bahwa dia sudah melakukan tindakan yang diluar batas.
"Maafkan aku" kemudian ia merapikan handuk sang istri serta mengecup keningnya sebagai rasa penyesalan sebelum akhirnya ia keluar dari ruang ganti pakaian itu.