Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Damian dengan langkah gontai membuka lemari. Meraba-raba tempat persembunyian uangnya tapi tak ada. Damian dengan panik mengeluarkan semuanya yang ada di lemari.
Mawar yang baru saja selesai mandi mengerutkan kening melihat tingkah suaminya "Kamu apa-apaan sih Mas, kenapa diberantakin"
Mawar mengambil pakaian mahalnya dan menyimpannya ditempat tidur. Ini sangat berharga Mawar tak mau memakai pakaian murahan kalau sampai ini rusak.
"Uang untuk belanja tidak ada hilang. Apa kamu mengambilnya" Damian berbalik dan menatap istrinya.
"Kamu ini tiba-tiba nuduh aku, bukannya selama ini kamu bilang ga punya uang" sewot Mawar.
"Uang belanja, aku menyisihkan uang untuk berdagang kembali bukan maksud ingin membohongimu kalau aku tidak punya uang. Kalau tidak seperti ini uang itu akan habis dalam satu hari olehmu, mungkin hanya beberapa menit akan habis"
Mawar melipat tangannya, lalu tersenyum mengejek" Ya karena itu tidak jujur dengan istri sendiri jadi uangnya hilang kan. Cari saja sendiri, makanya jangan sok-sokan simpan uang untuk berdagang nanti, tapi pikirkan dulu perut mau diisi pakai apa. Kamu juga dagang ga lakukan "
"Namanya juga usaha Mawar tidak ada hasil yang tiba-tiba saja langsung terlihat. Semua juga butuh proses"
"Ya sudah cari saja uangnya sendiri"
Damian yang tak mau bertengkar dengan istrinya segera pergi dari kamar dan menuju kearah meja makan. Anak-anaknya sudah ada di sana, pasti salah satu diantara mereka ada yang mencuri uangnya. Damian yakin itu.
"Siapa yang mencuri uang Ayah " Damian langsung saja pada intinya tak mau basa basi.
"Itu pasti ulah Laura, dia kan hidupnya selalu ingin mewah. Lihat sekarang saja dia membeli sarapan lagi untuk dirinya sendiri " tuduh Anya.
"Laura kembalikan uang Ayah "Damian malah langsung percaya.
Laura sama sekali tak menggubrisnya tetap melanjutkan makannya. Damian yang sudah kesal menarik alat makan Laura sampai pecah dan makannya berserakan begitu saja.
"Aku sedang bicara dengan mu Laura. Kembalikan uang Ayah jangan jadi pencuri. Kelakuan mu itu sudah tidak baik, jangan ditambah lagi menjadi seorang pencuri"
Laura lagi-lagi tak menjawab, Laura mengambil ponselnya dan memutar sebuah rekaman. Damian melihatnya dengan serius.
Wajah Damian terlihat begitu marah dengan urat-urat yang menonjol. Dengan sekali ayunan tangannya mendarat di pipi Anya. Sampai-sampai Anya yang sedang memainkan ponselnya tersungkur.
Anya yang kaget tentu saja langsung menatap Ayahnya sambil memegang pipinya yang panas. Ada darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Dasar anak kurang ajar sudah aku urus kamu dari kecil, tapi malah jadi pencuri kembalikan uangku " teriak Damian dengan marah.
Damian juga sempat-sempatnya menendang kaki Anya. Tak peduli lagi sekarang dengan anak yang ada dihadapannya ini.
"Ayah kamu menyakiti ku, mana mungkin aku mengambil uang Ayah" Anya masih saja membela dirinya.
"Masih mengelak dasar anak pencuri"
Damian mengambil tas Anya dengan paksa, lalu mengeluarkan semua isinya dan memang ada uang di sana. Damian menghitungnya dan memang benar sama dengan jumlah uang yang hilang.
"Ini apa, ini uang yang kamu curi dasar anak tiri tak tahu diri. Lebih baik kamu pergi dari rumahku. Tak sudi aku melihat mu lagi disini, pergi temui Ayahmu"
Anya tentu saja tak mau, Anya memeluk kaki Ayahnya meminta ampun agar tak diusir. Anya tak memperdulikan sakit yang sedang ia rasakan sekarang. Tak mau pergi dengan sia-sia tanpa membawa apa-apa.
"Apa yang kamu lakukan Anya, bangun dan wajahmu kenapa " tanya Mawar yang baru saja keluar.
Damian tanpa belas kasih sedikitpun menendang Anya agar enyah dari kakinya "Pergi dari rumahku ini " Damian sekarang menatap istrinya dengan wajah bengis" Bawa anak pencuri ini dari rumahku, kalau perlu dengan mu juga pergi jangan ada disini lagi. Anak mu adalah seorang pencuri sama seperti Ayahnya tak ada bedanya"
"Mas kamu apa-apaan, tak mungkin Anya melakukan itu pasti semuanya salah paham kan. Anya itu anak baik tak mungkin mencuri. Dengarkan dulu penjelasannya"
"Alah semuanya sudah ada buktinya, kalau anak mu itu yang mencurinya"
Mawar mendekati Anya dan memeluknya. Mawar tak habis pikir suaminya bisa sekasar ini pada anaknya " Kamu keterlaluan Mas "
"Tante, kalau anak Tante sendiri yang disiksa dibela, tapi waktu anak tiri sendiri disiksa sama sekali ga ada tuh Tante nangis-nangis kayak gini" celetuk Laura yang ingin memanas-manasi.
Mawar tak bicara hanya memeluk anaknya yang menangis pilu. Mawar tak sanggup bila anaknya di perlakukan dengan kasar seperti ini.
"Pokoknya nanti saat aku pulang berdagang aku tak mau melihat wajah pencuri ini. Dia harus pergi dari rumah ini secepatnya" Damian pergi begitu saja.
Laura yang sudah puas mengambil tasnya dan akan pergi sekolah saja. Diluar taksi yang dipesan oleh Laura juga sudah menunggu.
"Kamu puas Laura, melihat anakku di perlakukan seperti ini "
Baru saja akan membuka pintu Laura berhenti dan berbalik menatap dua orang yang sedang menatapnya dengan benci. Dengan semangat Laura menganggukkan kepalanya.
"Tentu saja aku puas, bahagia melihat kalian seperti ini. Bagaimana rasanya menjadi aku apakah menyenangkan. Coba dong cerita biar aku tahu rasanya pertama kali diperlakukan kasar"
"Diam kamu Laura, lebih baik pergi dari sini " bentak Anya tak terima dengan apa yang Laura katakan.
"Bukannya kamu yang disuruh pergi sama Ayah dari rumah ini. Sekarang malah kamu usir aku, sudah cepet deh kemasi baju kamu setelah itu pergi dari sini. Aku juga sudah muak lihat kamu, nanti kalau tiba-tiba uangku yang dicuri gimana. Lebih baik pergi saja deh jadi beban juga kan kamu tinggal disini"
"Laura, aku tak akan pernah pergi dari sini " kembali Anya membentak Laura.
"Yasudah sih nanti juga kamu akan di usir sama Ayah. Selamat menikmati hidup yang sengsara. Aku senang sekarang ada yang menggantikan ku. Selamat ya Anya kamu hebat" Laura tertawa dan pergi dari rumah, bahkan tawa Laura masih terdengar sampai kedua orang yang sedang kesal itu makin marah pada Laura.
"Tidak seharusnya kamu seperti itu Anya" sekarang Andi yang bicara.
Dari tadi Andi hanya jadi penonton dan sekarang akhirnya Andi bicara juga.
"Kamu juga mau ikut-ikutan seperti Laura, seharusnya kamu membela Kakakmu Andi "
"Apa yang harus dibela Ma, orang yang salah seperti Anya itu memang harus dihakimi seperti ini agar kedepannya dia tidak mencuri lagi. Aku tidak akan pernah membela orang yang salah. Lebih baik Mama dan juga Anya introspeksi diri saja. Aku sudah lelah dengan sikap kalian yang begitu menyebalkan. Seharusnya Mama bisa membantu Ayah. Aku berangkat sekolah dulu"