bella di paksa ibu tirinya menikahi paktua kaya demi uang yang di janjikan pak tua itu. namun siapa sangka, saat di sebuah hotel, dia memberontak berusaha kabur dari paktua itu hingga bella bersembunyi di sebuah ruangan yang sedikit gelap bella kira di dalam ruangan itu tidak ada siapa siapa. ternyata seorang lelaki sedang sempoyongan karena pengaruh obat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasbyhasbi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
memang mirip
Bianca berjalan dengan gontai, ia menutupi dadanya dengan kedua tangannya, namun tetap tak bisa menutupi aurat tubuhnya.
Bianca segera masuk kedalam mobilnya, ia tak tahan dengan pandangan aneh dari orang sekitar juga lontaran cibiran pedas, membuat Bianca merasakan malu yang mungkin takkan pernah bisa ia lupa.
Bug....
Bianca memukul setir mobil dengan keras.
"Kau boleh memperlakukanku seperti ini, tapi satu hal yang harus tahu, aku akan tetap mengejar mu sampai kau mau menikahi ku. Tak peduli dengan apapun caranya." Geramnya, terus ngedumel dengan emosi yang meluap luap.
*
*
*
*
Pagi yang cerah, Bella juga Garrel telah bersiap dengan pakaian santainya. Karena hari ini hari minggu, Bella berjanji pada anaknya itu untuk menemaninya ke taman bermain.
"Ayo mi, aku sudah tak sabar ingin cepat kesana." Ajak Garrel. Ia segera berlari ke arah mobil yang di susul oleh bik Nimah. Aura Garrel saat ini sangat bahagia, bukan hanya saat ini tapi setiap hari setelah bertemu dengan bik Nimah, Garrel menjadi anak yang ceria juga aktif.
"sebentar sayang, kamu gak sabaran sekali...." Bella segera menyusul mereka.
Bella melajukan mobilnya, membelah keramaian jalan kota yang begitu padat, hal biasa yang selalu terjadi di hari weekend.
"Kita sudah sampai sayang..."
Anak itu segera turun dari mobil dan berlari ke tempat permainan trampolin.
"Bik Nimah pergi duluan aja menemani Garrel, aku mau ke tempat kopi sekitar sini dulu." Titah Bella, ia ingin mencari tempat kopi karena di rumah belum sempat minum kopi, kebiasaannya di pagi hari.
"Baik non..." Segera bik Nimah menyusul Garrel.
"kalo pagi pagi gak ngopi rasanya ada yang kurang..." gumam Bella, berjalan menuju tempat kopi.
"Bak, kopi hitamnya satu." pinta Bella pada seorang pegawai lalu duduk di kursi bersebelahan dengan seorang lelaki yang memakai sweeter dan jeans hitam juga topi hitam.
'serba hitam.' Batinnya, melirik lelaki yang berada di sampingnya itu. Lelaki itu sibuk dengan layar ponselnya.
Tak berselang lama
"ini pesanan kopi mbak dan juga masnya." pelayan itu menyajikan kopi yang berbeda, yaitu kopi hitam juga latte.
"Kurang macho cowok minum kopi latte." sindir Bella, ingin memancing lelaki itu agar menampakan wajah di balik topi itu, karena Bella sangat penasaran.
"suka suka saya." ucap lelaki itu dan menoleh kearah Bella.
"Pak Richard..kirain siapa."
"Sedang apa bapak berada di taman anak anak?"
"apakah bapak punya anak?"
"yang mana anak nya, juga apa istri bapak juga ikut kesini?."
Seperintilan pertanyaan terus di lontarkan oleh Bella.
"Bukan urusanmu, saya mau apa kesini, dan punya anak atau tidak." jawab Richard dengan nada judes.
"Biasa kali pak ngejawabnya, kita ini tidak sedang di kantor."
"Richard, dia siapa?" seseorang yang sudah berumur menghampiri mereka.
"istrimu cukup berumur ya." bisik Bella pada Richard, ia menyenggol sikut lelaki itu layaknya seorang sahabat.
"jaga ucapanmu, dia itu ibu saya." ungkap Richard, membuat Bella menjadi malu sendiri karena mengira Richard menikah dengan perempuan yang sudah berumur.
lantas Bella segera berdiri dan menyapa ibunya Richard.
"Halo nyonya..."
"Kamu pacar Richard..?"
pertanyaan yang membuat Bella juga Richard kaget.
"Bukan.." sewot Bella juga Richard bersama.
"Kami rekan bisnis nyonya." timpal Bella. Yang di respon anggukan oleh nyonya Ricardo. Nyonya itu segera duduk di hadapan Bella dan Richard.
"Yonya sedang membawa cucu anda bermain?" Tambahnya.
"Ah tidak, aku belum memiliki cucu. Aku suka anak kecil, jadi setiap weekend aku selalu minta Richard untuk bawa aku kesini" jelas nyonya Ricardo.
"kamu bersama anakmu kesini?"
"iya nyonya."
"Andaikan saja Richard sudah menikah dan mempunyai anak, aku pasti akan sangat bahagia bisa bermain dengan cucuku. Namun, harus gimana lagi, anakku jomblo akut.."
"hem.." Richard tak rela jika ibunya mengejeknya.
Bella hanya tersenyum memandangi Richard yang malu karena ejekan ibunya.
"mana anakmu, aku ingin melihatnya."
"anakku sedang bermain di sana." menunjuk ke arah permainan trampolin.
"Ayo kesana, aku mau melihatnya." Nyonya Richard mengajak Bella untuk menemui Garrel.
"kamu ikut Richard."
"gak perlu, aku tunggu disini saja."
"Ayo..." Ibunya segera menarik tangan Richard untuk mengikuti mereka.
Nyonya Kayle mempunyai sifat yang humoris juga gampang bergaul, tak memandang kasta orang lain walau dia itu adalah nyonya terkaya di tanah air. Seperti halnya dia bertemu dengan Bella, tanpa ingin tahu identitasnya, dia langsung akrab bercakap dengan Bella.
Nyonya Richard sangat menyukai seorang anak kecil, bahkan setiap hari weekend nya ia selalu pergi ke taman anak anak dan panti asuhan yang ia bangun, hanya untuk melihat keceriaan anak kecil.
Berbeda halnya dengan suaminya yaitu Richardo. papa Richard selain bersikap dingin juga Angkuh, dia juga memandang kasta orang lain, mencari jodoh anaknya yang berkelas juga berpendidikan tinggi, harta yang paling utama. Walau semua perempuan itu selalu di tolak mentah mentah oleh Richard.
"Anakmu mirip sekali dengan Richard saat kecil." ucap nyonya Kayle yang heran, ada anak yang delapan puluh persen mirip sekali dengan Richardo.
seketika Richardo menunjukan pandangannya pada Garrel,
'Kenapa anak itu mirip sekali denganku.' Heran Richard dalam hatinya.
"Nyonya terlalu berlebihan, mana mungkin anak saya mirip dengan pak Richard" ucap Bella menyangkal.
"Tapi lihatlah foto Richard waktu kecil." Nyonya Kayle merogoh ponsel dalam tasnya lalu membuka galeri dan menunjukan foto pada Bella juga Richard.
"Ah iya ya." Heran Bella, lantas ia memandang Richard juga Garrel secara bergantian.
"Memang mirip sekali. Apa mungkin malam itu,, ah mana mungkin aku tidur dengan Richard. Mungkin ini hanya kebetulan saja." Bella menyangkal perkiraannya tentang malam itu, ia menggeleng gelengkan kepalanya tanpa sadar.
"Mami.." teriak Garrel yang turun dari tempat trampolin.
"Mereka siapa?" tunjuk Garrel pada Richard dan ibunya.
"Teman kerja mama."
" hai anak manis, siapa namamu?" Ucap nyonya Kayle mencubit gemas pipi Garrel.
"Namaku Garrel."
"Hey om, kenapa om menatap ku seperti itu, om iri dengan ketampanan wajahku.?"
Ucapan Garrel membuat Nyonya Kayle tertawa.