Seorang istri yang mau nggak mau harus merelakan dirinya dimadu.
Namun ketidakadilan suaminya membuat dirinya harus berpaling dan mengakhiri hubungan yang menyakitkan tersebut dan menikah dengan seorang CEO yang tak lain adalah atasan dari suaminya.
Awalnya hubungannya dulu hanya sebuah sandiwara namun malah mereka saling jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengaji
Vera dan Ilham menatap punggung Rara yang semakin hilang.
Ilham kesal dengan kelakuan Vera,
"Kamu tu kenapa sih cari gara-gara terus dengan Rara, kamu tu sedang hamil jaga sikap kamu bisa-bisa anak kita kena imbasnya karena peringai buruk kamu," omel Ilham lalu menarik Vera untuk pulang.
Dengan tak tau malunya Vera mengambil baju yang dibelikan Rara tadi.
"Untuk apa dibawa?" tanya Ilham
"Sayang mas kalau ditinggal," jawab Vera
Ilham hanya geleng-geleng kepala, semakin kesini Vera telah menunjukan topengnya.
"Kelihatannya aku salah menikahi orang," batin Ilham dengan menatap Vera yang tersenyum puas karena dia mendapat baju gratis dari Rara.
Di sisi lain Rara yang kesal dengan Vera tidak mood berbelanja, dia kembali ke apartemennya. Saat dia membuat pintu ternyata di dalam sudah ada Leo.
Leo langsung memeluk Rara,
"Kebiasaan kalau kemana-mana nggak bilang dan nggak ngajak kalau terjadi apa-apa dengan kamu bagaimana?" omel Leo dengan tangan yang semakin erat memeluk Rara
"Maaf mas, aku hanya ke mall sebentar. Aku cuma nggak mau ngerepotin mas Leo saja." Rara membela diri
"Aku seneng jika kamu membuat aku repot," sahut Leo
"Iya iya mas maaf ya," timpal Rara
Kini mereka duduk, dan mengobrol
"Kapan nih aku dikenalkan sama ayah dan ibu kamu?" tanya Leo
"Mas Leo nggak sabaran banget," jawab Rara dengan terkekeh
"Bagaimana kalau hari ini saja sayang, kan sekarang hari libur." Leo memberi ide
"Yakin?" tanya Rara dengan penuh penekanan
"Yakin sayang, semakin cepat semakin baik. Jadi pas masa Iddah selesai kita cus nikah," jawab Leo yakin seyakin yakinnya.
"Ayok budal," kata Rara
Leo mengambil kontak mobilnya yang dia taruh di atas meja.
Kini mereka menuju rumah orang tua Rara.
Satu jam kemudian mereka sudah sampai di rumah orang tua Rara.
Ibu dan ayah yang kebetulan duduk di ruang tamu pun kaget karena ada mobil mewah masuk halaman rumah.
Rara dan Leo turun dari mobil, Rara mengajak Leo untuk masuk
"Assalamualaikum." Rara mengucapkan salam yang segera dijawab oleh orang tuanya.
"Waalaikum salam nduk," sahut ibu
Rara mencium punggung tangan ayah dan ibu begitu pula dengan Leo
"Ini siapa nduk?" tanya ibu dengan menatap Leo
"Ini mas Leo Bu," jawab Rara
"OOO jadi ini yang namanya Leo, tampan sekali nduk." Ibu pun memuji Leo
"Terima kasih ibu," sahut Leo dengan sopan.
Ibu dan ayah mengajak kami duduk, ibu masuk kedalam untuk membuatkan Leo minuman.
Ayah menatap Leo dengan lekat dan Leo menatap ayah balik sambil tersenyum,
"Kamu teman Rara?" tanya ayah
"Iya om, lebih tepatnya calon istri Rara," jawab Leo
Rara menginjak kaki Leo, karena menurutnya terlalu dini memberitahu ayahnya pasal hubungan mereka.
"Mas, jangan bilang dulu," bisik Rara
"Nggak papa sayang biar ayah tau," sahut Leo
Ayah sedikit terkejut karena masa iddah belum selesai namun Rara sudah mau menikah lagi.
"Apa benar dia kekasihmu nduk?" tanya ayah
"Be benar ayah," jawab Rara sambil menunduk.
Ayah melihat Leo dari atas ke bawah,
"Apa kamu tahu status Rara?" tanya ayah
"Tahu om bahkan Ilham mantan suami Rara adalah bawahan saya di kantor," jawab Leo
"Jadi kamu atasan Ilham," sahut ayah dengan manggut-manggut
"Begini Leo, kamu pasti tau alasan Rara bercerai dengan Ilham, tentu saya sebagai orang tuanya tidak mau kalau Rara mengalami kejadian ini untuk yang kedua kalinya," imbuh ayah
Leo dan Rara pun saling pandang, seolah prasangka mereka sama kalau ayah tidak menyetujui hubungan mereka.
"Apa om tidak menyetujui hubungan kami? kami saling mencintai om, bisa mati saya hidup tanpa Rara," kata Leo dengan raut wajah yang sudah tidak karu-karuan.
"Bukan begitu maksud om, Leo, namun ayah harus kenal kamu lebih jauh lagi sebelum kamu menjadi suami Rara." sahut ayah
"Saya akan menunggu sampai masa Iddah selesai om, setelah itu baru kami menikah. Nggak baik kalau menunda itikad baik lama-lama daripada kami melakukan dosa." timpal Leo yang membuat ayah berfikir.
Ayah melemparkan pandangannya kepada Rara seraya bertanya
"Apa kamu mencintainya nduk?" tanya ayah
"Sangat ayah, aku sangat mencintai mas Leo," jawab Rara
Ayah tidak bisa menghalangi keinginan anaknya untuk segera menikah dengan Leo.
"Baiklah kalau begitu namun sebelumnya om akan bertanya padamu.
"Apa keyakinan kamu?" tanya ayah
"Insha Allah muslim om," jawab Leo
Leo merasa gugup dengan pertanyaan ayah Rara, padahal biasanya dia presentasi kepada klien-kliennya tidak merasa gugup sama sekali namun kali ini dia sangat gugup.
"Bisa membaca kitab suci?" tanya ayah lagi
Leo terdiam, pasalnya dia tidak bisa membaca kitab suci dengan fasih. Dulu saat dia masih kecil Leo rajin mengaji namun setelah besar dia tidak pernah lagi sehingga ilmu agama yang dipelajari saat masih kecil menguap begitu saja.
Dengan tersenyum kecut Leo menggelengkan kepala.
"Bagaimana bisa kamu hendak menjadi imam Rara jika dasar untuk menjadi imam kamu nggak bisa. Bukannya apa-apa cuma dasar agama itu pondasi supaya kejadian seperti Ilham tidak terulang lagi." Ayah pun menasehati Leo.
"Apa kamu tetap ingin menjadi suami Rara?" tanya ayah lagi
Leo mengangguk, Leo sungguh tidak bisa berkutik berhadapan dengan ayah Rara, dia seperti seorang macam yang kehilangan taringnya.
"Kamu lihat depan rumah kami," kata ayah dengan menunjuk mushola kecil
"Iya om," sahut Leo
"Sebentar lagi waktu ashar tiba, kamu mengaji lah dengan anak-anak kecil di sana." Ayah menyuruh Leo mengaji.
Rara dan Leo membulatkan matanya, bagaimana bisa ayah menyuruh Leo mengaji dengan anak kecil. Namun mau nggak mau Leo menuruti keinginan ayah Rara.
Ibu yang sudah selesai dari dapur membawa makanan dan minuman untuk anak dan calon mantunya.
Ibu tersenyum melihat Leo memakai sarung milik suaminya.
Ibu yang tidak tau pembicaraan mereka memuji Leo,
"Leo rajin ya yah, mau ikut sholat berjamaah di mushola," puji Ibu
"Aku menyuruhnya untuk mengaji Bu, biar dia fasih membaca kitab suci. Karena ayah nggak mau mempunyai menantu yang tidak bisa ilmu agama karena itu yang terpenting supaya kejadian seperti Ilham tidak terulang lagi." Ayah menjelaskan pada ibu
"Tapi kan kasian ya kalau menyuruhnya untuk mengaji bersama anak kecil," sahut ibu
"Nggak apa-apa Bu, lagian cuma bentar. nggak papa kan Leo?" timpal ayah lalu dengan menatap Leo
"Iya, nggak apa-apa." ucap Leo meskipun dalam hatinya sangat apa-apa sekali.
Rara mengantar Leo, saat di mushola anak-anak kecil yang hendak mengaji pun memanggil Leo dengan sebutan pak Ustad.
"Lihatlah mas, mereka memanggilmu pak ustad," kata Rara dengan terkekeh
"Bagus dong, wajah-wajah ustad berarti," sahut Leo
Setelah ustad yang asli datang, Rara mengajak Leo menemuinya.
"Assalamualaikum pak Ustad, ini calon suami saya hendak belajar mengaji," kata Rara
"Waalaikum salam, oh iya silahkan mas," sahut pak Ustad
Leo bergabung dengan anak-anak, Rara yang melihatnya jadi tertawa, seorang bos besar mengaji bersama anak-anak.
Rara membiarkan Leo mengaji sedangkan dia kembali ke rumah.
Jadikn masalalumu pelajaran Ra ojok karepe dewe