Pengganti Adik Ku

Akhirnya Lea mengalah untuk pulang bersama Arta, sementara kendaraan Lea di ambil oleh supir pribadi Arta.

Sesampainya di rumah keluarga Arta, Lea langsung berjalan menuju dapur.

"Rumah ini terlalu luas ! " Batin Lea ingin sekali memiliki rumah sendiri bersama Arta, namun Lea kembali sadar jika pernikahannya itu hanya sementara.

Arta lebih memilih menikmati minuman dinginnya sambil memainkan handphone pribadi miliknya. Sesekali Arta memperhatikan Lea yang masih mengenakan pakaian kantor sedang menata semua stock makanan di dalam lemari es, sesekali ia menyeka keringat.

Arta hanya menggelengkan kepalanya saja.

"Yakin ... Mas hanya memperhatikanku saja ? " Celetuk Lea yang kesal tidak ada yang membantunya.

Kebetulan hari itu asisten rumah tangga rumah itu cuti pulang kampung. Dan Lea menolak untuk di datangkan Asisten rumah tangga yang lain.

"Memangnya saya mau apa lagi ? " Jawab ketus Arta.

Lea tertawa mengejek Arta, " Oh jadi benar Mas memperhatikan ku ? "

Arta terdiam, lalu memperlihatkan handphone yang dia pegang. " Kamu tidak lihat saya sedang memegang apa ? Mana mungkin saya memperhatikan kamu. Dasar cewe gak jelas ! "

Lea hanya menggerakkan kedua pundaknya saja, sambil tersenyum. Lea yang seharusnya pergi ke arah kamarnya tapi Lea sengaja malah berjalan ke arah lain.

"Mau kemana kamu ? " Tanya Arta segera karna Lea berjalan ke arah lain.

Lea berhenti melangkah, ia merasa menang dalam hatinya. Lalu ia membalikan badan dan berjalan ke arah Arta. Lea duduk di samping Arta, "Tuh kan Mas memperhatikan aku. Sudah lah jangan sok cuek, kalau sudah kehilangan baru tau rasa. "

Arta merasa tak terima dengan ucapan Lea. Arta mendekatkan wajahnya ke arah Lea seperti hendak menciumnya, Lea yang tadinya ingin membuat Arta mati kutu. Kini malah dirinya yang merasa terjebak." Kamu berharap benget untuk saya perhatikan, hah ? Kepercayaan diri kamu tuh berlebihan. " Arta sangat lembut saat mengatakannya.

Jantung Lea berdebar kencang, ia hanya tertegun melihat raut wajah Arta yang sangat dekat dan dalam saat melihatnya. Bahkan saat Arta pergi pun Lea masih tertegun di dalam diamnya.

Arta membawa pergi perasaan yang benar-benar tak karuan saat itu, hal sepele saja mampu membuat Arta tak karuan namun ia pintar mengalihkan perasaannya itu. Arta lebih dulu masuk ke dalam kamar.

Lea yang mulai sadar dari lamunannya membuatnya sadar bahwa Arta memang tidak tertarik sama sekali terhadapnya, " Ingat Lea ini hanya sementara. " Batin Lea.

Ia hendak terbangun dari duduknya, namun seseorang tiba-tiba saja datang meminta bantuannya.

"Ada apa ? " Tanya Lea pada Atala.

Atala menarik lengan Lea tanpa Arta tahu, Atala membawa Lea ke sebuah sudut rumah.

Lea merasa cemas dan khawatir, " Ada apa ? " pertanyaan itu tidak di jawab sama sekali oleh Atala.

"Emmm ... Alkohol. " Batin Lea.

"Kamu mabuk ? " Tans keras Lea.

Atala bukan menjawab pertanyaan Lea, ia malah menekan Lea ke tembok rumah yang dekat dengan pintu belakangan rumah itu, " Aaaawww ... Sakit. " rintih Lea.

"Kenapa kamu masih mendampingi Arta, lepaskan dia. Bersama lah dengan ku ! " Pernyataan itu membuat Lea tak percaya.

"Lepas ! Lepas ! Kau mabuk sadarlah. " Lea mencoba melepaskan diri dan menyadarkan Atala dengan cara terus mendorongnya.

Atala tertawa smirk, " Aku mabuk karna aku merasa mabuk dengan dirimu Lea. Sudah lah aku sudah tahu Arta menjadikan Mun bahan hanya untuk membungkam mulut Papah kan ? Dan ... Pernikahan mu hanya beberapa waktu saja, "

Lea merasa sangat takut saat itu, ternyata kebaikan yang ia berikan pada Atala di salah artikan oleh Atala.

"Dan ... Aku tahu kamu wanita normal yang menginginkan sentuhan hangat. Tapi Arta belum juga menyentuhmu, Ayolah bersama ku kamu akan lebih bahagia Lea. Arta tidak menginginkan mu, dia lebih mau bersama wanita lain di luar sana. Di bandingkan diri mu ! " Atala terus saja mengatakan yang mungkin dia pun sangat menyukai apa yang ada dari tubuh Lea.

"Aaaaaaa .... Lepas ! " Teriak Lea mendorong Atala yang berusaha mencium dirinya.

Ada rasa sakit hati kalau Atala mengatakan bahwa Arta lebih menyukai wanita di luar sana di bandingkan dirinya. Air mata mulai membasahi pipinya.

Lea berhasil menjauhkan diri dari dari Atala, namun langkah lebar Atala berhasil meraih tangan Lea.

"Mas ... Arta, tolong aku Mas ! " Teriak Lea beharap Arta mendengarnya dan mau menolongnya.

"Bruukkk ! " Tarikan kuat berhasil membuat tubuh Atala menjauh dari tubuh Lea.

"Papah. " Isakan terdengar dari mulut Lea.

"Apa-apa kau ini, Hah ? Dia kakak ipar mu Atala. "

Arta mendengar teriakan keras dari Ayahnya. Sementara Ibu mertua Lea hanya terdiam tanpa mau menenangkan Lea yang masih terisak menangis karna ketakutan. Di sudut ruangan itu.

Arta tiba di ruangan belakang itu, terkejut lah Arta kala melihat Lea yang menangis ketakutan dan memegangi pakaian yang sedikit terkoyak oleh Atala.

Arta tak terima, ia langsung menghajar Atala yang Hana tertawa. " Bibir istrimu manis juga Kak. " Bisik Atala membuat Arta semakin jengah.

Lea berhasil di cium oleh Arta, namun itu hanya beberapa detik saja. Tapi tetap saja ciuman pertama Lea di rebut paksa oleh Atala.

Arta terus saja memukuli Atala, sampai akhirnya Arta berhasil di pisahkan oleh Ayahnya.

"Lea dia itu tidak menginginkanmu, kamu lebih pantas bersamaku di bandingkan dengan Arta yang tidak memperdulikan mu. " Teriak Atala di iringi suara tawa yang begitu lepas.

Atala di bawa paksa oleh Ayahnya. "Setiap Papah pulang kenapa selalu di suguhi perkelahian, Hah ? "Teriak Ayah Arta dan Atala semakin lelah dengan situasi seperti itu.

Arta mendekat pada Lea, Arta ingin membawa tubuh Lea namun Lea menolak.

Lea bangkit dari duduknya, " Tidak usah memperdulikan aku. Aku tau kamu melakukannya hanya karna ada Papah kan ? " Ucap Lea dengan deraian air mata namun ia berusaha untuk menegaskan nada bicaranya. " Urus saja wanitamu yang ada di luar sana. "

Lea pun pergi membawa rasa sakit dan ketakutan dari tempat itu, Sementara Arta hanya mematung diam. " Sial, apa yang bajingan itu katakan pada Lea. "

Arta memang mempunyai kekasih di luar sana, namun alih-alih Arta ingin menikahi kekasihnya. Ayahnya malah menyuruh Arta menikahi wanita pilihannya.

Arta merasa senang kala mendengar pernikahannya akan di batalkan Karena calon yang di jodohkan dengannya itu melakukan kesalahan, tapi Arta Kembali murka kala tahu ada wanita lain yang akan menggantikan posisi pengantin wanitanya itu.

Lea sudah sampai di dalam kamarnya, ia masih terisak menangis sebari meratapi wajahnya di depan cermin, Arta pun masuk ke dalam kamar itu. Lea yang menyadarinya langsung berdiri dan menyeka air mata itu.

Lea menyambar kain handuk untuk segera memasuki kamar mandi yang ada di kamar itu.

Arta meraih tangan Lea, Arta memeluk Lea. " Maaf kan saya Lea, tidak seharusnya saya membiarkan mu dekat dengan Atala. "

Lea mencoba melelahkan diri dari pelukan Arta, namun itu percuma saja. " Aku tidak ingin tahu kejadian apa yang menimpa kamu dan Atala, dan aku pun tidak ingin tahu tentang hubungan mu dengan wanita lain di luar sana. Jadi lepaskan jangan bersikap seperti ini hanya sekedar takut jika aku akan mengatakan tentang kontrak pernikahan kita pada Papah. "Hanya itu yang ada dalam pikiran Lea.

"Diam, " Ucap Arta langsung membungkam mulut Lea dengan bib*r nya. Lea sontak merasa kaget.

Lea terus saja berontak, namun Arta terus membungkam mulut Lea, sehingga Lea lemas dan membiarkan Arta menguasai bib*r nya.