BERAWAL DARI SALAH KIRIM NOMOR, BERAKHIR DI PELAMINAN?!
Demi tes kesetiaan pacar sahabatnya, Dara (22) nekat kirim foto seksi sambil ngajak "kawin". Sayangnya, nomor yang dia goda itu BUKAN nomor pacar sahabatnya, tapi Antonio (32), Oom-nya Acha yang dingin, mapan, tapi... diam-diam sudah lama suka sama Dara!
Dara kabur ke pelosok desa, tapi Nio justru mengejar. Dara mencoba membatalkan, tapi Nio justru malah semakin serius.
Mampukah Dara menolak Om-om yang terlalu tampan, terlalu dewasa, dan terlalu bucin karena salah chat darinya ini?
Novel komedi tentang cinta yang beda usia 10 tahun. Yuk, gas dibaca. Biar tahu keseruan hidup Dara-Nio yang serba gedabak-gedebuk ini 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Mulai Nyaman?
Dara buru-buru mengambil laptop miliknya, mencari template yang bagus untuk di jadikan PPT. Dia memaki. Matanya sudah terasa berat—ngantuk, tapi informasi mendadak yang dikirimkan pihak kampus memaksanya untuk bekerja.
"Kenapa enggak ngabarin sejak pagi, sih? Ah, gak jelas emang."
Dara selalu cemberut, selalu terlihat kesal, tapi... kenapa Nio malah jadi semakin cinta kepadanya, ya?
"Oom enggak apa-apa?!"
Nio menunduk, menyembunyikan senyuman manis yang tiba-tiba terbit di bibirnya saat sekilas ingatan dari masa lalu tiba-tiba muncul.
Kakinya melangkah, mendekati Dara yang sedang membuat PPT dengan serius. Dia melihat pekerjaan istrinya. Sebuah PPT seminar hasil skripsi yang penuh dengan bunga-bunga dan warna pink. Sepertinya agak tidak cocok, ya?
"Sini, biar Mas yang buatkan. Kamu istirahat saja," ujar Nio sembari menarik laptop itu dari tangan Dara.
Dia mengambil kacamata miliknya, lalu duduk untuk segera mengerjakan PPT itu.
Dara yang sudah panik setengah mati karena dikejar deadline, langsung melongo melihat tindakan suaminya.
"Tapi Mas, ini materinya banyak banget! Besok aku harus presentasi jam delapan pagi, lho!" katanya.
Nio hanya tersenyum tipis, jemarinya mulai menari di atas keyboard dengan lincah—terlihat jelas sangat terbiasa melakukan ini.
Meski, yah, Dara tahu jari-jemari Nio memang sangat lincah dalam hal lain juga. Upsss.
"Sayang, aku biasa mempresentasikan proyek di depan dewan komisaris internasional. Membuat PPT seminar hasil begini... ini cuma kayak pemanasan buatku." katanya.
Dara memperhatikan wajah suaminya. Saat memakai kacamata begini, Wajah tampannya jadi kelihatan serius. Fitur wajahnya yang tegas juga membuatnya benar-benar match dengan jabatannya sebagai pemimpin perusahaan.
Dan seseorang seperti itu... kini sedang mengerjakan PPT seminar hasil milik Dara.
"Mas," panggil Dara pelan.
"Hm?"
Nio menyahut tanpa menoleh, fokusnya masih pada layout yang dibuatnya jadi super elegan dan profesional—tidak pinky-pinky seperti rencana Dara sebelumnya.
"Makasih, ya."
Nio berhenti sejenak saat mendengar ucapan terimakasih yang diucapkan oleh Dara. Dia menoleh ke arahnya, tersenyum. Tangannya menarik perlahan wajah Dara, lalu dia mendekat dan memberikan ciuman lembut di keningnya.
"Tidurlah. Besok pagi aku yang antar kamu ke kampus. Aku mau lihat istriku jadi mahasiswi paling bersinar di depan dosen pengujinya." katanya.
Dara tertegun. Jantungnya terasa memompa lebih cepat dari biasanya setelah mendengar itu. Bahkan, dia merasa wajahnya memanas—sepertinya memerah karena mendengar nada penuh perhatian yang Nio tujukan kepadanya.
'Mas Nio kalau lagi mode kompeten gini gantengnya nambah sepuluh kali lipat, Jir', batin Dara.
Dara berdeham pelan untuk menetralkan suaranya yang mungkin agak gemetar karena telah terpesona oleh ketampanan suaminya sendiri.
"Beneran, nih? Mas yang kerjain?" tanyanya, "Besok pagi aku seminar hasil, jadi PPT nya harus udah jadi sebelum pagi."
Nio terkekeh pelan, tapi tidak menoleh padanya. Tangan dan matanya fokus membuat PPT sesuai isi skripsi Dara.
"Iya, Sayangku, percayain semuanya sama Mas." katanya.
Dara akhirnya mengangguk, memilih percaya padanya. Dia kemudian beranjak menuju ranjang dan berbaring disana.
Pemandangan Nio yang sedang bekerja menjadi pemandangan terakhir sebelum dia memejamkan mata, pergi ke alam mimpi.
***
Besoknya, sesuai janji Nio mengantar Dara ke kampusnya. Istrinya itu tampak gugup sebelum seminar hasilnya—teringat salah satu dosen pengujinya yang cukup detil dalam mencari kesalahan mahasiswa. Apalagi pada seminar proposal sebelumnya, Dara sudah merasakan sendiri bagaimana ribetnya dosen itu.
Nio yang melihat itu langsung meraih tangan Dara, menggenggamnya erat.
"Jangan khawatir, kamu pasti bisa lewatin semuanya. Semangat!"
Dara akhirnya bisa tersenyum lagi.
Saat giliran Dara untuk presentasi, dia berdiri di depan para penguji dan penonton yang ingin melihat. Dara tak sepenuhnya langsung berani. Tapi saat melihat suaminya yang tersenyum sambil berbicara tanpa suara mengatakan, "Kamu pasti bisa", Dara kembali menguatkan hati dan memulai presentasinya.
Sang dosen penguji yang melihat arah tatapan Dara merasakan ada hal yang aneh. Dia melihat ke belakangnya—tempat para penonton berada. Disana, dia melihat sosok yang tak asing di dunia bisnis, Antonio Wijaya.
Dosen penguji Dara itu agak syok. Dia pun langsung menerka-nerka ada hubungan apa antara Dara dan pria itu.
Yang jelas... dia yakin. Hubungan mereka pasti cukup dekat.
Dia yang biasanya cukup ribet pada para mahasiswa, tiba-tiba tidak banyak bertanya maupun merevisi hasil kerja Dara. Para penonton dan dosen penguji lain bahkan sampai terheran-heran melihat itu.
Akhirnya, sidang skripsi Dara berakhir dengan mulus. Dia merasa senang sekali.
Tapi saat dia ingin menghampiri Nio, pria itu menghilang. Dara mencoba melihat ke kanan dan kiri—siapa tahu dia sedang mengangkat telepon, tapi tak ada sedikitpun dia melihat keberadaan suaminya itu.
"Ih, Mas Nio kemana, sih? Apa dia pergi tanpa ngabarin?" gerutunya.
Dara tidak terlalu memperhatikan kapan suaminya itu keluar, jadi dia tidak tahu sejak kapan Nio menghilang. Mungkinkah dia lelah menunggu Dara? atau justru dia bosan makanya dia pergi lebih dulu?
Dara akhirnya turun dari lantai 3 menuju lantai 1 sendirian. Dia berniat memanggil ojek online untuk mengantarnya pulang. Meski dalam hati, dia agak kesal tiba-tiba ditinggal seorang diri seperti tadi.
"Dara!"
Kepala Dara yang semula terus tertunduk sepanjang jalan, terangkat saat mendengar panggilan itu. Di depannya, Nio tersenyum lebar padanya. Bagasi mobil dibuka, dan ternyata... ada buket bunga besar disana. Acha dan Antony juga ada disana untuk memeriahkan.
"Kamu sudah bekerja keras. Sekarang—"
Ucapan Nio terhenti. Dara tiba-tiba memeluknya.
"Mas kemana, sih? tiba-tiba ngilang seperti itu." katanya.
Senyuman kecil muncul di bibir Nio. Dia balas memeluknya.
"Nyiapin surprise, kan? Kenapa? Kamu takut Mas digondol mahasiswi lain?" godanya.
"Coba aja kalau berani. Nanti Mas aku kebiri!"
Tawa Nio terdengar renyah. Dia memeluk istrinya yang kelihatan mungil saat berdiri di sampingnya itu dengan erat.
Acha yang melihat itu jadi ikutan memeluk Antony.
"Ih, pengen gitu juga, deh. Asik kayaknya kalau punya support sistem suami sendiri..." katanya.
Antony tersenyum kecil.
"Nanti, ya. Modal nikahnya belum kekumpul." kata pria itu.
Acha hanya cemberut. Hah, beginilah susahnya kalau pacaran seumuran.
***
Perbedaan nikah sama pria matang dan pria seumuran 🤤
Enggak semuanya begini, sih. Kalau matang doang tapi enggak jelas kerjanya, ya sama aja 😂 yang masih muda tapi kalau bagus kerjanya, mantap juga.
Jadi jangan salah pasangan aja, deh.
Setuju???
Jangan lupa like, komen, dan subscribe nya bolo-bolo.
Sampai jumpa di bab selanjutnya~
Acha bakal punya adekkk🤣
ayook, antonio gpl kejar target, biar cpt dapet dollar..
btw, Dar kuatin punggung lu aja ya, pria umur segitu masih ke itung muda. 🤣