NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku, Kak

Ambil Saja Suamiku, Kak

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh / Romantis / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:108.9k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Riana pikir kakaknya Liliana tidak akan pernah menyukai suaminya, Septian. Namun, kecurigaan demi kecurigaan membawanya pada fakta bahwa sang kakak mencintai Septian.

Tak ingin berebut cinta karena Septian sendiri sudah lama memendam Rasa pada Liliana dengan cara menikahinya. Riana akhirnya merelakan 5 tahun pernikahan dan pergi menjadi relawan di sorong.

"Kenapa aku harus berebut cinta yang tak mungkin menjadi milikku? Bagaimanapun aku bukan burung dalam sangkar, aku berhak bahagia." —Riana

Bagaimana kisah selanjutnya, akankah Riana menemukan cinta sejati diatas luka pernikahan yang ingin ia kubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

“Ma... mana mungkin aku menyembunyikan sesuatu,” sahut Alif dengan nada gugup. Tangannya refleks mengusap tengkuk saat tatapan Riana tak juga beralih darinya.

“Sudah malam. Kamu tidur dulu, ya. Besok kita ke rumah nenekku,” ucap Alif akhirnya, mencoba terdengar tenang meski jantungnya masih berdebar.

Riana menatapnya lekat-lekat, seolah ingin memastikan tak ada kebohongan di balik kata-katanya. “Aa, serius kan kali ini?” tanyanya pelan, tapi penuh ragu.

“Iya, Riana. Udah, tidur dulu, ya,” jawab Alif lembut, kali ini dengan senyum kecil yang berusaha menenangkan.

Riana akhirnya mengangguk patuh, lalu melangkah kembali ke kamar tamu. Sudah dua minggu ia tinggal di rumah Alif. Kadang ada rasa tak enak di hatinya, apalagi dengan omongan tetangga yang mulai berbisik di belakang. Tapi karena Alif selalu meyakinkannya, dan juga jarang pulang karena pekerjaan, Riana memilih untuk tidak ambil pusing.

Begitu memastikan Riana sudah benar-benar masuk, Alif menarik napas panjang lalu mengambil ponselnya. Ia menatap layar sejenak sebelum menekan nama Nenek Sekar di daftar kontak. Hanya butuh beberapa dering sebelum suara khas sang nenek terdengar dari seberang.

“Cucu kurang ajar! Kamu tahu ini jam berapa?” suara Sekar terdengar kesal, tapi ada nada khawatir yang terselip di sana.

“Nenek, ini penting banget,” ujar Alif buru-buru.

“Penting? Kamu mau menikah? Kalau iya, nenek maafin kamu,” sahut Sekar setengah menggoda, tapi jelas masih sebal.

Alif mengembuskan napas panjang. “Aku bisa nikah atau nggaknya sekarang tergantung nenek.”

“Hah? Maksudmu apa, Al?”

“Sebenarnya aku udah bilang ke Riana kalau nenek sakit parah,” ucap Alif pelan, sedikit menunduk meski tahu neneknya tak bisa melihat.

“Astaga, Alif! Kamu ini benar-benar cucu durhaka!” bentak Sekar di seberang sana.

“Gimana lagi, Nek... kalau nggak gitu calon cucu mantumu bisa kabur,” jawab Alif, berusaha terdengar santai padahal wajahnya menegang.

Beberapa detik hening. Lalu suara Sekar terdengar lagi, lebih lembut kali ini. “Ya sudah. Besok bawa dia ke mari. Nenek ingin lihat seperti apa gadis yang bisa bikin cucu nenek sampai segitu nekatnya.”

Alif terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. “Iya, Nek. Terima kasih.”

***

Esok harinya, Riana sudah siap dengan gaun sederhana berwarna krem lembut. Rambutnya dibiarkan tergerai natural, sedikit berombak di ujung. Di depan cermin, ia menarik napas panjang sambil merapikan kerah bajunya untuk kesekian kali.

“Ya ampun, Riana... apa yang kamu lakukan sih?” gumamnya pelan pada bayangan sendiri. “Ini cuma akting, cuma buat balas budi ke Alif. Bukan sungguhan.”

Ia menunduk, berusaha meyakinkan dirinya, tapi hatinya justru semakin berdebar. Harusnya ia cemas kalau aktingnya nanti malah membuat Alif terbebani, tapi yang ia rasakan justru berbeda, ia takut nenek Alif tidak menyukainya.

“Sadar, Riana!” katanya sambil menepuk-nepuk pipinya sendiri pelan, mencoba menepis rasa gugup yang semakin menjadi.

Ketukan lembut di pintu memecah lamunannya.

“Riana, udah siap?” suara Alif terdengar dari luar, tenang tapi terdengar menunggu.

“Iya, bentar, Aa!” jawabnya cepat. Ia menatap pantulan dirinya sekali lagi, memastikan semuanya rapi sebelum akhirnya membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, Alif berdiri di ambang dengan kemeja putih yang lengannya dilipat hingga siku. Pandangannya sempat tertahan, tak bisa segera berkata apa-apa.

“Cantik,” ucapnya akhirnya, singkat tapi tulus.

Riana mengerjap bingung. “Apa?”

Alif cepat-cepat mengalihkan pandangan dan berdehem kecil. “Ah... nggak. Aku cuma bilang, matahari hari ini... cantik banget. Cerah.”

Riana menatapnya beberapa detik, lalu tersenyum samar. “Iya, mataharinya memang cerah, Aa.”

Keduanya tampak canggung, namun akhirnya mereka berjalan beriringan keluar rumah dan masuk ke mobil. Perjalanan berlangsung dalam diam yang sesekali diisi dengan helaan napas pelan dari Riana.

Butuh hampir dua jam sebelum mobil yang dikendarai Alif berhenti di depan sebuah rumah besar bergaya lama, rumah milik Nenek Sekar.

Alif menoleh sekilas, melihat Riana yang tampak lelah setelah duduk terlalu lama.

“Capek?” tanyanya lembut.

Riana menggeleng pelan sambil memandang ke arah rumah itu. “Enggak, ini rumah nenek, ya?”

Alif mengangguk, senyum tipis muncul di bibirnya. “Iya.”

Riana menggigit bibir bawahnya, lalu menatap Alif penuh ragu. “Aa... kalau nanti nenek tahu kita cuma sandiwara, gimana?” tanyanya polos, tapi jelas ada nada cemas di suaranya.

Alif menatapnya sebentar, lalu tersenyum samar. “Kalau ketahuan, kita bilang aja... kita akan mulai dari nol.”

Riana tertegun. Jantungnya berdebar tak karuan, dan entah kenapa, kata-kata sederhana itu justru membuat pipinya memanas. Dulu bersama Septian tidak ada kata-kata yang membuatnya tenang sedikitpun yang ada hanya beban. Namun, bersama Alif, ia merasa ada sedikit rasa dihargai, mungkin karena itu kini ia mulai sedikit melupakan masa lalu yang belum benar-benar usai itu.

Begitu turun dari mobil, Riana langsung menggenggam tas kecilnya erat-erat. Pandangannya berkeliling, mencermati halaman yang rapi dengan pot-pot bunga warna-warni.

Namun sebelum sempat melangkah, suara panik terdengar dari dalam rumah.

“Cepat panggilkan dokter! Dada saya... aduh, dada saya... napas saya tinggal setengah!”

Riana sontak menoleh pada Alif dengan wajah pucat. “Aa! Nenekmu kenapa?! Kok nggak bilang kalau separah ini?”

Alif langsung kaku di tempat, matanya membesar. “Eh... i-itu—”

Belum sempat ia mencari alasan, dua orang pria berseragam putih keluar tergesa dari rumah sambil membawa kotak peralatan medis.

“Tekanannya tinggi, detak jantung cepat, pasiennya menolak mendapatkan penanganan sebelum bertemu cucunya,” lapor salah satu dokter sambil melirik curiga ke arah Alif.

Riana langsung tercengang dengan laporan dokter itu, “Ya Tuhan, kita masuk aja, Aa, cepat!”

Alif cuma bisa mengangguk kaku sambil dalam hati berteriak, Nenek, tolong jangan keterusan aktingnya...

Saat masuk ke dalam kamar Nenek Sekar, bola mata Riana langsung membulat lebar.

Ruangan itu penuh sesak, ada dua perawat mondar-mandir, alat tensi dan stetoskop tergeletak di meja, dan Nenek Sekar berbaring di ranjang dengan selimut tebal, lengkap dengan botol infus mainan anak-anak yang tergantung di sisi tempat tidur. Bahkan ada aroma minyak kayu putih yang menyeruak begitu kuat sampai-sampai membuat mata Riana sedikit perih.

Riana menyenggol Alif, yang kini meraup wajahnya frustasi.

"Nenek, hentikan. Riana seorang dokter, kalau mau akting harusnya lebih realistis sedikit,” desis Alif pelan sambil menahan napas panjang, setengah malu, setengah putus asa.

Namun bukannya berhenti, Nenek Sekar malah membuka mata dengan dramatis, lalu menatap ke arah cucunya dan Riana yang berdiri di ambang pintu. “Oh... jadi ini Riana?” katanya pelan, suaranya serak dibuat-buat. “Nenek... akhirnya bisa melihat calon cucu mantu Nenek sebelum... waktunya tiba...”

Riana sontak menahan napas. “Ya Tuhan, Nenek jangan ngomong gitu!” serunya panik sambil melangkah cepat ke sisi ranjang. Ia langsung memeriksa denyut nadi Sekar dengan sigap. “Nadinya stabil, detak jantung normal... tekanan darah pun—” Riana menatap alat tensi yang sudah terbuka tapi tak terpasang di tangan siapa pun, “—malah belum dipakai!”

Sekar pura-pura terkejut. “Oh, jadi aku belum diperiksa, Nak Dokter?” katanya dengan nada lemah, matanya mencuri pandang ke arah Alif.

Alif hanya bisa menggeleng pasrah. “Nenek...”

1
Dewi kunti
tertuduh klo ak ya Sinta itu
Ma Em
mungkin Dr Sinta yg sdh memfitnah Riana karena cintanya pada Dr Alif bertepuk sebelah tangan .
Maizuki Bintang
lanjut thor
Ida Sriwidodo
Sinta kah?
Dari bab2 lalu aku dah pen su'udzon soalnya terlalu baik n terlalu deket dengan Riana
Sinta suka dok Alif kah?
Dan menganggap Riana saingan? 🤔🤔🤔
Jemiiima__: Halo sahabat pembaca ✨
‎Aku baru merilis cerita terbaru berjudul BUKAN BERONDONG BIASA
‎Semua ini tentang Lucyana yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucy berani jatuh cinta lagi? Kali ini pada seorang Sadewa yang jauh lebih muda darinya.
‎Mampir, ya… siapa tahu kamu ikut jatuh hati pada perjalanan mereka.
‎Dukung dengan like ❤️ & komentar 🤗, karena setiap dukunganmu berarti sekali buatku. Terimakasih💕
total 1 replies
arniya
Sinta musuh dalam selimut.......
Dewa Rana
artinya sudah jatuh talak satu
Dewa Rana
kasian riana
Maizuki Bintang
bgs
Ariany Sudjana
ini dua hama harus disingkirkan, yang satu sudah amnesia, padahal dulu sudah talak Riana. yang satu nenek lampir yang selalu playing victim
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dito mau menyingkirkan lili kah?
total 1 replies
Ma Em
Buang Liliana dan Septian yg jauh agar TDK mengganggu Riana dan Alif , lbh baik Riana dana Alif secepatnya segera menikah agar TDK diganggu lagi oleh Liliana dan Septian .
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: jangan lupa ikut kondangan kak🤭
total 1 replies
Neng Saripah
apa mungkin sinta ya pelakunya 🤔🤔🤔
Ma Em
Riana terlalu lemah dan tdk tegas makanya kelemahan Riana banyak dimanfaatkan orang termasuk kakaknya sendiri si Liliana , karakter Riana kurang bagus Thor tdk cerdik 🙏🙏🙏
kalea rizuky
karakternya lemah oon jg
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: berasa pengen gapok terus bisikin sadar woy riana sadar
total 1 replies
arniya
apa Sinta dalangnya??!
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: apa iya dia?
total 3 replies
Kenick Cafe
geregetan am mak lampir liliana
Rezqhi Amalia: permisi kak, siapa tahu kakak minat mampir dikaryaku yang berjudul 'Dipaksa Menikahi Suami Sahabatku'

terimakasih sebelumnya 🤗💐
total 2 replies
Ma Em
karakter Riana terlalu lemah tdk tegas hrs nya seorang dokter itu cerdas tdk bodoh , masa selalu kalah dari Liliana , harusnya Riana lawan Liliana jgn lemah makanya Liliana mudah menindas Riana .
Dede Bleher
talak 3 dong!
tk bisa kembali 🤣🤣🤣🤣.
kecuali di mantan Istri nikah dulu
Ida Sriwidodo
Masalahnya muter2 trus kk..
Tapi mang salahnya Riana.. jadi perempuan kelewat naif jadinya mengarah ke bodo
Gampang banget di manipulasi
Ngga punya pertahanan diri.. huft!
Satu sisi kasian.. satu sisi lagi gumuss..
Bersyukur sekarang ketemu Alif yang bener cinta dan tulus
Cobaa ketemunya kayak Septik tank lagi.. wis runyam..
Ngga bakal ada hepi endingnya.. nelongso truss 🤦🏻‍♀️
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: sad ya kak 🤭
total 1 replies
Ariany Sudjana
Riana kamu jangan diam saja dong, sudah tahu kakak kamu itu selalu memanipulasi fakta
Mundri Astuti
dasar mak lampir...dah tau watak kakakmu begitu, jangan didenger ucapannya Riana
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dia baik loh aslinya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!