NovelToon NovelToon
Dendam Putri Pengganti

Dendam Putri Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu / Balas dendam pengganti / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: eka zeya257

Asa terkejut saat membuka matanya semua orang justru memanggilnya dengan nama Zia Anggelina, sosok tokoh jahat dalam sebuah novel best seller yang menjadi trending topik paling di benci seluruh pembaca novel.

Zia kehilangan kasih sayang orang tua serta kekasihnya, semua terjadi setelah adiknya lahir. Zia bukanlah anak kandung, melainkan anak angkat keluarga Leander.

Asa yang menempati raga Zia tidak ingin hal menyedihkan itu terjadi padanya. Dia bertekad untuk melawan alur cerita aslinya, agar bisa mendapat akhir yang bahagia.

Akankah Asa mampu memerankan karakter Zia dan menghindari kematian tragisnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13

Semua ini adalah kesempatan kedua yang telah Tuhan berikan, dan ia tidak ingin menyia-nyiakan hidupnya lagi hanya demi mengejar cinta Arza, orang yang jelas-jelas tidak menginginkannya.

Arza sempat tertegun sejenak, menatap Zia lekat-lekat. Ada sesuatu yang terasa salah saat ia melihat sorot mata gadis itu yang lembut, tapi juga penuh luka yang lama terpendam. Perlahan, kepalan tangannya menguat.

"Gue minta maaf bukan untuk dimaafkan, gue cuma ngerasa lo berhak dapat permintaan maaf atas segala hal yang gue lakuin yang merugikan lo," ucap Zia dengan senyum tipis.

Mereka terdiam. Hanya keheningan yang mengisi ruang di antara mereka. Zia mendesah pelan ketika Arza tak kunjung menjawab. Mungkin memang benar, Arza sudah terlalu terluka untuk bisa memaafkan dan Zia tak lagi mengharap itu.

"Emm... itu aja yang mau gue omongin, dan I hope that you always have a good life. Gue permisi," katanya tulus.

Sebelum melangkah pergi, Zia sempat melihat wajah Arza yang tersenyum samar. Entah kenapa, setelah mengucapkan semuanya, beban di dadanya terasa lebih ringan. Walau Arza tidak membalas permintaan maafnya, setidaknya Zia tahu dia sudah berusaha menyelesaikan satu bab yang menggantung terlalu lama.

Sementara itu, Arza masih berdiri terpaku di tempat, pikirannya penuh kekacauan. Ia menatap punggung Zia yang perlahan menghilang di ujung lorong.

Saat di tikungan koridor, Zia berhenti sejenak dan bersandar pada tembok, menatap kosong ke depan.

"Gue mau egois, Zia," gumam Zia pelan. "Mungkin bagi lo Arza adalah harapan, tapi bagi gue... Kehidupan lebih lama merupakan pilihan terbaik. Lo percaya sama gue, jalan yang gue pilih gak akan buat kita menyesal."

***

"Kamu yang apa-apaan, Mas! Bisa-bisanya kamu bawa jalang itu ke sana!" Bentakan dari wanita paruh baya menyambut pendengaran Arza.

Arza menghisap rokoknya dalam-dalam sebelum membuang puntungnya ke luar balkon kamarnya. Ia melirik pintu kamar yang sedikit terbuka, membuat suara dari luar terdengar jelas ke dalam ruangan yang seharusnya kedap suara itu.

Dengan langkah malas, Arza keluar kamar, diiringi suara bantingan pintu yang memecah keheningan malam. Semakin ia melangkah, semakin jelas pula suara pertengkaran yang datang dari arah ruang tamu.

"Gak seharusnya kamu muncul bersama selingkuhan kamu di pesta itu, Mas! Kamu buat aku malu!"

"Malu? Kamu yang buat aku malu! Bisa-bisanya kamu siram Tina di depan kolega!" bentak Halim Regaza, menatap istrinya dengan mata penuh amarah. "Aku jadi bahan tertawaan, Hera! Reputasiku bisa hancur besar!"

"Kamu gak bisa sepenuhnya nyalahin aku! Berapa kali aku bilang, kamu boleh aja jalan sama wanita mana pun asal gak bawa mereka ke tempat yang sama denganku. Itu kesepakatan kita, Halim!" balas Hera tajam, matanya memerah.

Baru saja Halim hendak membalas, suara langkah kaki terdengar dari arah tangga langkah yang sudah lama tidak mereka dengar.

Halim menoleh dan mendengus. "Bagus. Setelah berbulan-bulan, inget pulang juga kamu!" tegurnya tajam.

Arza menuruni tangga dengan wajah datar, tanpa menoleh sedikit pun ke arah ayahnya. Tatapannya kosong, langkahnya tegas. Ia tahu tidak ada satu pun di rumah itu yang benar-benar menantikan kepulangannya.

"Arza!" bentak Halim. "Papa sedang bicara sama kamu, di mana letak sopan santun kamu, ha!" Urat-urat di leher lelaki paruh baya itu menonjol menahan emosi.

PRANG!

"Anak sialan!" Halim membanting guci yang ada di sampingnya hingga serpihannya hampir mengenai kaki Arza, yang hanya menatap dengan tatapan datar penuh muak.

"Mas!" Hera menjerit marah sambil melihat guci antik kesayangannya hancur lebur. "Keterlaluan! Itu yang kamu banting guci kesayanganku!" ujarnya tidak terima.

"Diam kamu!" sentak Halim pada istrinya. "Lihat anak kamu! Gara-gara kamu, anak itu jadi makin gak bisa diatur! Kurang ajar dan gak tahu adab! Ini pasti karena hasil didikan kamu yang selalu manjain dia!"

"Enak banget kamu nyalahin aku! Kamu sebagai Papa ke mana, hah?! Sibuk selingkuh sana-sini cuma bikin malu keluarga!" balas Hera sinis, matanya berkaca-kaca.

Arza menipiskan bibir, kedua tangannya mengepal kuat. Tatapannya dingin, matanya berkilat berbahaya seperti bara yang nyaris menyala. Inilah salah satu alasan mengapa dia jarang pulang.

Pertengkaran seperti ini bukan lagi hal baru, melainkan sudah menjadi kebiasaan busuk yang melekat di rumah ini. Dulu, saat masih tinggal di sini, pertengkaran orang tuanya sudah menjadi santapan sehari-hari. Uang, harta, dan perselingkuhan tiga hal itu selalu jadi sumbernya.

Halim, dengan wajah merah padam, hendak membalas ucapan istrinya. Namun mulutnya terkatup kaku ketika suara tawa rendah Arza tiba-tiba menggema di ruangan itu.

Arza menatap mereka berdua dengan sorot mata dingin. "Kalian berdua, kenapa gak mati aja?"

Raut wajah Arza terlihat menyeramkan, nada suaranya datar tapi menusuk tajam.

"Berani kamu bicara seperti itu sama orang tua?!" Jari telunjuk Halim terangkat, namun suaranya justru bergetar untuk pertama kalinya, ia takut pada tatapan anaknya sendiri.

Arza membalas tatapan Halim dengan mata kelam yang terlihat bengis. "Kenapa? Manusia seperti kalian lebih baik mati!"

Hera meremas tangannya lalu berkata gugup, "A-Arza, sayang. Kamu tenang, Papa sama Mama cuma lag–"

"Diam!" Arza memiringkan wajahnya menatap Hera tajam. "Lebih baik Mama tutup mulut, menjijikkan."

Ucapannya terdengar mengerikan, membuat Hera sontak menutup mulut sendiri dengan mata bergetar syok.

Tatapan Arza lalu beralih pada Halim. "Hidup sesuka kalian, tapi jangan pernah usik hidupku."

Setelah itu, Arza membalikkan badan dan melangkah pergi tanpa ekspresi. Sekali Halim membanting barang yang ada di dekatnya, suara keras bergema.

"Kurang ajar kamu, hah?! Anak sialan! Cuma bikin malu keluarga!"

Namun Arza tak menoleh sedikit pun. Ia melangkah meninggalkan ruangan itu, mengabaikan berbagai kata-kata kotor dan umpatan yang Halim tunjukan padanya.

***

Zia keluar kelas dengan langkah berat. Wajahnya kusut, matanya sedikit merah menggambarkan betapa berantakan keadaan dirinya saat ini.

Semua gara-gara ia tak sengaja tertidur di kelas saat pelajaran Seni Budaya, dan ketika pelajaran itu berakhir, Maddy membangunkannya dengan paksa karena jam pelajaran telah berganti menjadi pelajaran penjas. Pelajaran yang sangat tidak ia sukai.

Jika kebanyakan siswa lain membenci pelajaran matematika atau pelajaran berhitung lainnya, berbeda dengan Zia. Ia sangat tidak menyukai pelajaran penjas. Alasannya sederhana karena pelajaran itu terlalu melelahkan bagi dirinya yang malas bergerak.

Zia lebih suka menyelesaikan deretan angka atau disuruh menghafal dan membaca buku asalkan tetap membuatnya duduk diam dan tidak membuat dirinya kelelahan. Selain itu, Zia selalu tidak tahan terlalu lama berdiri di bawah terik matahari ia akan merasa pusing dan lemas.

"Zia Angelina! Kenapa masih diam di situ? Cepat ikut baris!"

Panggilan Pak Beni membuat Zia semakin cemberut. Ia melangkah malas menuju barisan, bergabung bersama teman-temannya yang lain.

Kemudian Pak Beni memerintahkan Brian untuk memberi contoh cara memberikan umpan yang baik dalam permainan bola voli.

"Sekarang perhatikan teman kalian yang akan memberi contoh. Brian, sebagai anggota voli kamu tahu cara melakukan umpan, kan? Coba kamu perlihatkan kepada teman-teman kamu," perintahnya.

" Siap, Pak!" seru Brian penuh semangat. Ia mengedarkan pandangan pada teman sekelasnya, kemudian dengan gaya berlebihan menyiapkan diri.

"Biasa aja kali lihatnya! Gue belum mulai aja kalian udah terpesona," ujarnya penuh percaya diri, disambut sorakan teman-temannya.

Brian lalu cengengesan, memegang bola di tangan kiri, sementara tangan kanannya mengepal. Ia berayun dari belakang ke depan, lalu memukul bola ke arah Pak Beni. Dengan sigap, Pak Beni langsung menangkap bola dari Brian.

"Good job, Brian!" puji Pak Beni sambil bertepuk tangan.

Mendengar pujian itu, Brian semakin besar kepala. Ia berjalan kembali ke barisan sambil menyibak rambut pirangnya dan melambaikan tangan sok ganteng.

"Najis banget gue lihat muka lo!" Bayu menempeleng kepala Brian ringan sambil mengumpat jengkel.

"Iri bilang, nyet!" balas Brian dengan nada bercanda.

Pak Beni menggeleng pelan sambil tersenyum. "Sekarang kalian bentuk kelompok yang terdiri dari dua orang dan praktikkan seperti tadi secara bergantian. Bapak mau ke kantor sebentar, setelah Bapak kembali semuanya harus sudah siap!"

1
kriwil
jalang maruk🤣 semau laki mau di embat
Rossy Annabelle
no coment 🤧huhu
Heni Mulyani
lanjut author 💪
Murni Dewita
double up thor
Zee✨: bsk² yak hehe
total 1 replies
Murni Dewita
👣👣
Wahyuningsih
kpn thor zia bahagia 🤔🤔kan kasihan q jdi males mau baca soalnya zia d tindas mulu haaaaaaaaaah
Zee✨: sabar belum jg pertengahan kak😄
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Heni Mulyani
lanjut
Sribundanya Gifran
lanjut💪💪💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut
Dewiendahsetiowati
part yang bikin nyesek
Wahyuningsih
thor buat mereka yg menyakiti zia menyesal d buat segan matipun tk mau n buat gaby terpuruk n menderita oran g kok manipulatif gedek q sebel banget d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪💪
Heni Mulyani
lanjut
Wahyuningsih
thor perasaan novel author yg lain blm pd tamat trus anda jga jrng up kk udah ada novel bru yg lma gimna d tamti dlu lah thor jgn d gantung syg klau gk d lanjutin 🤔🤔🤔🤔
Zee✨: itu udh tamat kak, sengaja di bikin gantung buat season 2 nanti hehe
total 3 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut up yg bnyak thor💪💪💪💪
Zee✨: Siappp, tungguin yakk
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Zee✨: okeee
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut 💪
Heni Mulyani
lanjut
Heni Mulyani
lanjut 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!