naya menbeci atasan nya yang bernama raka tapi berujung jadi jatuh cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsifa nur zahra u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13 * surat tak sampai *
Aku membuka buku kulit itu setiap malam. Menulis kalimat-kalimat yang terlalu berat untuk diketik. Terlalu personal untuk dibagikan di layar. Aku mulai terbiasa menuangkan isi kepala dan hati dalam tulisan tangan yang berantakan, sambil membayangkan Raka membacanya nanti, satu per satu.
Dan anehnya... itu cukup. Untuk sekarang, itu cukup.
Tiap kali aku tulis sesuatu yang nyentil, aku bisa bayangin dia cemberut. Tiap kalimat rindu, aku bayangin dia nyengir malu. Dan tiap aku tulis “aku kangen kamu,” aku bayangin dia narik napas panjang, seperti yang biasa dia lakukan waktu lagi nahan rindu.
Malam minggu itu, aku sedang menulis tentang hari-hariku yang mulai normal kembali, ketika Alia masuk ke kamar sambil senyum aneh.
“Lo masih nulis di buku itu?” tanyanya sambil melirik curiga.
“Masih. Kenapa?”
“Karena... kayaknya seseorang dateng buat ambil bukunya langsung.” kata alia
Aku menoleh cepat. “Hah?”
Alia cuma ngangguk ke arah jendela. Aku bangkit, dan saat aku buka pintu kamar, jantungku nyaris copot.
Raka.
Berdiri di depan pintu rumahku, dengan koper kecil di sampingnya dan senyum hangat yang bikin lututku lemas.
Aku buru-buru turun ke ruang tamu. Pintu belum sepenuhnya terbuka, tapi dia langsung bicara.
“Aku gak tahan nunggu tiga bulan. Jadi aku cuti. Dan aku mau kamu tahu... aku pulang, Nay.”
Hatiku meledak pelan-pelan. “Pulang?”
“Bukan cuma ke kota ini. Tapi ke kamu.” jawab raka
Aku tertawa kecil, menahan air mata. “Kamu gila.”
“Gila karena sayang.”
Dia masuk ke rumah dan langsung melangkah ke ruang tamu. Lalu duduk, menatapku dengan serius.
“Naya, aku baca semua tulisan kamu yang terakhir dikirim via foto. Dan... aku tahu kita masih harus hati-hati. Tapi aku juga tahu satu hal.”
“Apa?”
“Aku gak pengen hubungan ini sembunyi lagi. Aku gak pengen kita jadi rumor yang dibisikkan orang.”
Aku mendekat, duduk di sebelahnya.
“Terus kita harus gimana?”
“Jujur Sama diri sendiri ,Sama orang sekitar , Kita gak nyolong waktu buat cinta. Kita cuma butuh tempat untuk bisa jalanin ini dengan benar.”
Aku mengangguk. Lalu berbisik, “Kita masih bisa punya itu?”
“Bisa. Aku udah ngomong sama HRD , Aku minta mutasi resmi ke divisi lain, dan kita gak lagi di satu tim. Jadi... gak ada konflik kepentingan.”
Mataku membesar. “Kamu rela?”
“Demi kamu? Iya. Karena aku gak mau kehilangan kamu hanya karena takut sama aturan yang bisa disiasati dengan cara baik.”
Aku menarik napas. “Jadi mulai sekarang... kita?”
Dia menggenggam tanganku. “Kita. Secara utuh.”
Dan untuk pertama kalinya, sejak semua ini dimulai, aku merasa benar-benar tenang. Gak ada rasa bersalah. Gak ada kebingungan.
Hanya dua orang yang saling jatuh cinta. Dengan cara sederhana tapi tulus.
*
Sore itu kami duduk di teras rumah, minum teh dan menertawakan hal-hal kecil. Raka cerita soal pengalaman lucu di Surabaya, dan aku cerita soal Ara yang makin pasang aksi di kantor tapi gak lagi menggangguku.
Kami gak ngomong soal masa depan jauh. Tapi kami ngomong soal esok pagi, dan itu lebih dari cukup.
“Kalau kamu bisa ulang semuanya dari awal,” tanyaku tiba-tiba, “kamu masih akan pilih jatuh cinta sama aku?” tanyaku
Dia menoleh, memandangku lama. Lalu menjawab:
“Aku gak akan pilih jatuh cinta. Aku akan langsung milih untuk bertahan.” kata raka
Dan di tengah senja yang mulai turun perlahan, aku tahu... perjalanan ini masih panjang. Tapi untuk hari ini, hati kami sudah sampai di rumah.
g bertele-tele 👍👍👍👍👍
😘😘😘😘😘😘
gmn klo a ny jdi e😩😩😩😩