Xaviera marcella, Remaja usia 17 tahun harus menerima nasib yang buruk. di mana dia tinggal di panti asuhan, selalu dibully dan dijauhi. ia tumbuh menjadi gadis yang pendiam. suatu hari, ia bermimpi bertemu dengan gadis cantik yang meminta pertolongan padanya. itu berlangsung sampai beberapa hari. di saat ia sedang mencari tahu, tiba-tiba kalung permata biru peninggalan ibunya menyala dan membawanya masuk ke sebuah dimensi dan ia pun terhempas di jaman peradaban. hari demi hari ia lalui, hingga ia bertemu dengan gadis yang ada di mimpinya. ternyata gadis tersebut merupakan seorang putri dari negeri duyung. ia pun dijadikan pengawal utama untuk melindungi putri duyung itu.
gimana kisah selanjutnya? akankah Xaviera mampu menjaga putri duyung itu? ikuti kisah selanjutnya hanya di sini🥰
NO PLAGIAT!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
meminta mengembalikan permata biru
Di sebuah goa yang besar dan gelap terdapat seorang pemuda yang tengah bersemedi dengan telanjang dada. raut wajahnya sangat serius sekali sebab ia harus berhasil menguasai ilmu hitam tingkat tinggi. pemuda itu adalah John. sudah hampir beberapa hari ia tinggal menimba ilmu untuk menambah kekuatannya. lalu, waktu semedinya sudah selesai, ia pun mulai berdiri dan mencoba ilmu yang sudah ia pelajari. ia pun menyerang bebatuan besar hingga hancur berkeping-keping, tak hanya itu ia juga melatih tubuhnya mengasah ilmu bela diri yang akan dipadankan dengan ilmu sihirnya.
Melihat batu yang sudah hancur, John menyeringai sebab ia berhasil menguasai ilmu itu hanya dalam beberapa hari saja. lalu ia merasakan adanya aura hitam yang akan menyerangnya. ia pun nampak berjaga-jaga untuk melindungi dirinya. dan tak lama ada sebuah serangan sihir yang cukup besar menyerangnya. ia pun dengan mudah membuat perisai dan menangkisnya hingga sihir itu tidak mengenainya.
Lalu aura hitam itu berubah menjadi wujud manusia misterius dan kembali menyerang John dari segala arah. namun dengan kecepatannya ia cukup mempu menandingi orang tersebut hingga bisa menyerangnya dan membuat orang misterius itu terpental membentur bebatuan goa. nafasnya pun tersengal dan matanya terbelalak saat orang misterius itu kemudian menghilang. lalu terdengar bunyi tepuk tangan dari arah belakang, John yang terkejut pun langsung menoleh untuk melihat siapa orangnya.
"Gg-guru.."
prok..
prok..
"Kamu hebat sekali John, aku sangat kagum dengan kemampuanmu yang mampu menguasai ilmu hanya dalam beberapa hari saja." manusia iblis itu memuji kemampuan John atas kerja kerasnya. John yang mendengar pujiannya pun tersenyum bangga dengan memberikan hormatnya pada guru barunya itu.
"Terima kasih guru, karena bantuanmu aku akan bisa melampaui kekuatan gadis itu. aku akan membunuh Debbara dan gadis itu, serta menghancurkan kekuatan sinar permata biru." ucap John dengan semangat membalas dendam.
"Aku menyukai semangatmu, tapi aku tidak menyarankanmu muncul pada mereka hari ini."
John terheran kenapa gurunya tidak mengizinkannya menyerang keberadaan Debbara, "Memangnya kenapa guru?"
"Kau memang sudah cukup hebat, tapi kau masih belum mampu untuk mencapai level yang kumaksud. masih banyak yang harus kau pelajari. tapi, untuk membantu meringankan balas dendammu, aku akan mengirim bala bantuan untuk meghancurkan perisai itu. dan kau bisa menyerang mereka dengan mudah."
Mendengar itu, John terdiam sejenak. ia ingin segera membalaskan dendamnya. namun ia teringat akan perisai biru yang membentang melindungi Debbara dan gadis muda itu. karena tidak ada pilihan lain, ia pun mengangguk menyetujui permintaan dari gurunya itu.
"Baiklah guru, aku menyetujui saranmu."
Guru iblis itu tersenyum menyeringai, lalu ia membacakan mantra memanggil seseorang. tak lama, orang-orang berwujud monster keluar satu persatu. berbadan besar dan berbulu warna hijau. rupanya sangat menyeramkan, siapapun yang melihatnya akan ketakutan. mereka juga memiliki kekuatan yang luar biasa hebat. namun bedanya, mereka sangatlah polos berbanding terbalik dengan wajahnya sehingga mudah di manipulasi.
"Kalian semua, harus pergi ke Alexa house. di sana terdapat 2 musuh yang harus kita hancurkan. musuhnya adalah ini." guru iblis itu menampilkan gambar rumah, serta Xaviera dan Debbara yang sedang berada di area latihan. mereka pun melihat dan mengingatnya.
Namun sebelum berangkat, ada seseorang yang muncul secara tiba-tiba diantara mereka. John pun yang terdiam dibuat terkejut sebab gurunya yang pertama datang.
"Apakah aku bisa membantu kalian?"
***
Xaviera tengah menikmati makan siang untuk mengisi energinya sebab ia sudah berlatih, dan mengerjakan tanggung jawab Anvi yang sudah diberikan padanya. di dekatnya ada Debbara yang sedang menikmati makanan bersamanya. semenjak bersama dengn Xaviera, Debbara lebih sering makan di meja dapur istananya, padahal dulu ia selalu menganggap berbeda. kali ini, ia mencoba hal-hal diluar dari kebiasaannya dan ia pun menyukainya akhirnya menjadi kebiasaan barunya.
Di tengah makan siangnya, mereka berdua saling diam karena sedang makan. Debbara sedari tadi memandangi Xaviera yang tengah lahap memakan makanannya. ia pun melihat peluh di dahiny amenandakan bahwa ia sudah bekerja keras demi dirinya. dan matanya pun tertuju pada kalung yang menjuntai di lehernya. apakah ia harus mengambilnya kembali? Xaviera ternyata menyadari jika Debbara sedari tadi memperhatikannya.
"Tuanku, ada apa? sedari tadi kamu hanya melihat diriku."
Debbara pun tersadar, ia pun terdiam sejenak. melihat Debbara terdiam, Xaviera memandanginya dengan wajah heran. "Eum.. Xaviera,"
"Ya tuanku?"
"Setelah makan, apa kau ingin ikut bersamaku?"
"Hm?" Xaviera bertambah bingung dengan yang diucapkan Debbara. "Memangnya ada apa tuanku?"
Namun Debbara tidak menjawab. melihat Debbara sudah selesai makan, ia pun buru-buru menyelesaikan makannya. dengan terburu-buru, ia mengejar Debbara yang sudah meninggalkan area dapur. "Tuanku, tunggu aku." Xaviera berhasil mengejar Debbara yang sudah berada d tepi kolam dalam istana. terlihat ia diam saja sembari memandangi air di sana. kali ini skap Debbara sangat aneh sekali dan membuat Xaviera kebingungan dengan tingkahnya.
"Tuanku?"
"Apa kau bisa berenang, Xaviera?"
"Ha? berenang?" Xaviera semakin tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukan oleh tuan putri itu. "Aku bisa.." ujarnya sedikit ragu.
Lalu Debbara mulai berjalan ke belakangnya, Xaviera yang melihat itu pun terheran namun ia diam saja tidak menanyakan apa yang akan Debbara lakukan. namun beberapa detik kemudian, ia dibuat syok dengan Debbara yang tiba-tiba saja mendorongnya jatuh ke kolam. Terlihat Xaviera terkejut dengan yang Debbara lakukan. "Haaaaaa!!"
Byurrr...
Debbara pun ikut menyusul dengan menyelam ke kolam tersebut. Xaviera menahan nafas seketika karena berada di dalam air. ia pun menggapai atas untuk menyelamatkan dirinya.
"Hemmmm... heemmmmm..." ucapnya panik saat di dalam air. Debbara yang sudah berubah menjadi putri duyung pun dengan santai mendekatinya.
"Bernafaslah, kau bisa bernafas di dalam air."
Awalnya Xaviera ragu dengan ucapan Debbara itu, namun ia pun mencoba untuk bernafas sesuai yang diucapkan Debbara padanya. ia pun membuang nafasnya dan menarik nafas kembali sebab sesak menahan nafas tadi. "Uh... selamat, eh-.." Xaviera baru menyadari jika ia bisa bernafas di dalam air. terlihat kalung permatanya itu pun menyala.
"Bagaimana bisa aku bernafas di dalam air?!" ia syok dan masih tidak mengerti bagaimana bisa ia bernafas di dalam air sementara dirinya itu manusia yang tidak bernafas dalam air.
"Sudah, jangan pikirkan itu.. ayo ikuti aku."
Wajah syok Xaviera perlahan hilang, dan ia pun mengikuti arah Debbara pergi. ia baru pertama kali berenang seperti ini. ternyata kolam ini sangat dalam dan luas, ia kira hanya kolam biasa saja. tubuhnya merasakan sebuah arus air, dan melihat Debbara mengencangkan berenangnya. ia pun mengikuti alur berenang tuannya itu agar tidak ketinggalan. ia pun masuk ke sebuah pintu bundar yang tidak tahu apa yang ada di dalam sana. namun seketika, seakan tersedot tubuhnya merambat ke atas dan melewati selang-selang seperti seluncuran namun bedanya ia meluncur ke atas.
"Yuhuuuuu.... ini menyenangkan sekali," seru Xaviera dengan gembira. Debbara pun tersenyum tipis melihat antusias Xaviera pada selang seluncurnya. lalu kemudian ia sudah berada di kolam besar lagi dan tidak menaiki selang seluncur.
"Xaviera, ayo kita ke atas." gadis itu pun mengangguk, lalu ia pun kembali berenang menuju ke atas permukaan. mereka pun sudah mulai menaiki daratan. lagi-lagi, Xaviera merasa aneh karena pakaian dan rambutnya tidak basah sama sekali. begitu pun Dbbara yang sudah dalam wujud manusianya. awalnya ia tidak fokus pada sekitar, namun saat ada cahaya yang menyoroti wajahnya, Xaviera melihat sekelilingnya dan ia kembali Syok melihat pemandangan yang ia lihat.
"Waaawww... banyak sekali permata di sini." bak taman permata, di sana banyak sekali permata yang beterbangan.
"Xaviera, aku mengajakmu kemari untuk membicarakan sesuatu padamu. mengenai permata yang ada di kalungmu, kau sudah mengetahui jika itu adalah permata leluhur kami." Xaviera terdiam ketika mendengar penjelasan dari Debbara tersebut. lalu Debbara pun mengambil sebuah buku yang menyimpan informasi soal permata yang ada di dunia. lalu ia menampilkan permata yang persis sekali dengan yang dimilikinya.
"Lihatlah, ini punyamu bukan? Permata itu, adalah permata legenda yang hanya dimiliki oleh leluhur yang menjadi penyelamat bangsa kami. menurut sejarah, saat kami mengalami perang besar, ada seorang kesatria duyung yang sangat kuat, ia mampu mengalahkan ribuan pasukan dan sihir yang menyerangnya. ia pun memiliki teknik penyembuhan yang luar biasa hebat. namun akhir perang ia memilih untuk mati sebab ia tidak berhasil membunuh ketua pasukan raja saat itu. dan kematiannya dibarengi dengan kehilangan permata biru. lalu saat sejak itu, tidak ada jejaknya lagi hingga akhir ini. sebenarnya aku mampu menguasai ilmu itu, tapi sampai ke level itu sangatlah sulit. namun tiba-tiba saja kau datang, dengan kekuatan yang luar biasa. dan itu membuatku mengingat kembali sejarah ini." jelasnya panjangnya lebar.
Xaviera yang mendengar itu hanya tercengang, ia pun sembari memegangi permata biru yang ada di kalungnya. "Permata ini?"
"Xaviera, secara keturunan kau jauh dari kami. jadi kau tidak berhak memiliki permata itu. hanya para bangsawan saja yang memiliki permata itu. apa kau bisa mengembalikan permata itu padaku?"
"Apa?!"