Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Puzzle
Melihat lift tertutup, Clara bergumam lirih. “Aku tidak menyangka, bahwa kita akan bekerja di bawah seseorang yang begitu hebat!”
Salah satu pria yang ada dibelakang Clara pun mengangguk, tanda mereka pun setuju dengan apa yang dikatakan oleh Clara.
Clara tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu sederhana, namun sebegitu mendominasi seperti Arsa.
“Bagus jika kaliaj sudah tahu! Sekarang, saatnya untuk kita membuktikan, bahwa kita pantas bekerja untuknya.” Ucap Clara tegas pada bawahan di belakangnya.
“Siap!” Seru mereka serentak.
Semua berjalan dengan sangat baik, sesuai dengan apa yang di inginkan Arsa. Untuk sementara waktu, dia bisa sedikit tenang dalam menjalani kuliahnya.
“Arsa, aku mendengar Hawk menganggumu lagi. Apa itu benar?” Tanya Bryan, yang baru saja kembali ke asrama, bahkan saat bertanya pemuda itu masih berdiri di pintu masuk kamar mereka.
Arsa dan Harris yang sibuk dengan bacaan mereka masing-masing, langsung menoleh heran. Harris langsung berbalik dan ikut menanyakan hal itu. “Benarkah?”
Arsa menggelengkan kepala sambil mengatupkan giginya. Pemuda itu kembali menatap halaman buku yang ada di depannya, lalu berkata kemudin. “Bukan masalah besar. Dia hanya berpikir, bahwa aku mengejar-ngejar gadisnya.”
“Gina? Apa maksudmu dia?” Tanya Bryan, setelah masuk dan mendekat.
“Sial! Akhir-akhir ini sepertinya bocah itu semakin besar kepala.” Umpat Harris, sambil menutup majalah dewasa miliknya, dan di meja tepat di samping tempat tidurnya.
“Arsa, seingatku bukankah gadis itulah yang sejak awal mengejar-ngejar dirimu?” Lanjut Harris sambil berdiri dan mendekat pada lemari yang ada di kamar itu.
Keduanya tahu siapa gadis yang bernama Gina tersebut. Hanya saja, sudah cukup lama sejak Arsa berhubungan dengan Fitri. Gina tidak lagi mengikuti Arsa hingga ke depan pintu kamar mereka di asrama ini.
“Ini hanyalah salah paham saja. Gadis itu berpikir aku mengejar dirinya, setelah hubunganku dengan Fitri berakhir. Kebetulan, dia mengambil clas yang sama denganku.” Ucap Arsa menjelaskan.
“Buk!”
Tiba-tiba saja, Arsa terkejut saat Harris melemparkan sesuatu tepat di atas halaman buku yang sedang di baca Arsa.
“Apa ini?” Tanya Arsa penasaran.
Dia mengangkat sebuah kotak kecil, yang masih terbungkus dengan sangat rapi. Saat melihat kode pengiriman tertera. Arsa langsung tahu siapa yang mengirim benda yang ada di depannya.
“Apa kau memiliki keluarga atau kerabat diluar negeri?” Tanya Bryan, sambil menunjuk benda yang tengah di pegang Arsa. Lalu menambahkan. “Aku lupa memberitahumu sebelumya.”
Arsa mengangkat bahu, namun saat itu dia mengangguk. “Bukan keluarga, aku tidak seperti apa yang kalian pikirkan, tapi ini dari kenalanku.”
Tidak terlalu memperdulikan hal itu, Bryan kembali ke topik yang dimulainya tadi.
“Jadi. Dia memang menghancurkan ponselmu?” Tanya Bryan, lebih terdengar menuduh.
“Bryan, apa kau ingin menciumku? Kau terlalu dekat, kawan!” Ucap Arsa, sambil memundurkan wajah Bryan dengan telapak tangannya.
Mata Bryan melebar, bahkan otaknya sempat berhenti berpikir saat mendengar Arsa mengatakan hal itu.
“Oh, maafkan aku, aku hanya terbawa suasana.” Ucapnya sambil terkekeh.
“Brengsek itu, benar-benar keterlaluan. Dia bisa sedikit sombong hanya karena produk perusahaan tempat ayahnya berinvestasi, menunjukkan penjualan yang bagus.” Ujar Harris dengan geram, namun kembali mengambil majalahnya.
Namun, sebelum dia sempat membukanya, Arsa yang mendengar ucapan itu. Penasaran dengan apa yang sebenarnya bisa membuat keluarga Hawk meningkatkan kekayaannya secepat itu.
“Produk? Perusahaan apa?” Tanya Arsa dengan raut wajah penasaran.
“Ah, aku pikir kau tidak akan tahu. Bahkan aku yang menghitung stok barangnya pun, tidak begitu mengerti kenapa penjualan bisa begitu meningkat.” Sahut Bryan, sambil menaruh tas dan melepas jaket yang dia kenakan.
Dari sudut matanya, Harris melihat Arsa masih penasaran dengan produk yang sedang mereka bahas itu.
“Apa kau pernah mendengar obat yang katanya bisa menyembuhkan banyak penyakit, berbahan dasar dari akar-akaran yang—,”
Saat mendengar penejelasan Harris, meski dia belum sempat menyelesaikannya, mata Arsa sedikit melebar. Dan dia sudah bisa menebak produk apa yang sedang mereka bicarakan itu.
“Oh, itu….. aku rasa, tidak lama lagi perusahaan itu akan bangkrut.” Ucap Arsa, setelah memotong penjelasan temannya.
“Benarkah? Bagaimana kau bisa tahu?” Tanya Bryan, yang pekerjaannya berhubungan langsung dengan produk yang dimaksud.
Arsa melihat kedua temannya sedang terdiam memperhatikannya. Membuatnya sedikit ragu untuk mengatakannya. Namun, dia memang mengetahui tentang kejanggalan yang ada pada perusahaan tersebut.
Arsa tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya tersenyum. Dia menggelengkan kepalanya laku berkata. “Jika kalian mengenal ayah Hawk, sebaiknya suruh dia menarik investasinya dari sana. Perusahaan tempat dia berinvestasi, menggunakan skema Puzzle. Mereka akan hancur, karena bobot mereka sendiri.”
Mendengar penjelasan Arsa, kedua temannya itu langsung melebarkan mata tak percaya.
“Arsa, apa kau punya bukti untuk itu? Kau tentu tahu bahwa kita tidak bisa mengatakan hal semacam itu begitu saja, bukan? Dan bukankah skema Puzzle yang kau bicarakan, biasanya tidak memiliki produk nyata?” Kata Harris.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Harris, Arsa mengangguk. Namun sedetik kemudian dia menggeleng.
“Tidak semua, tapi kalian tentu tahu kemana sebenarnya produk itu dipasarkan bukan? Aku pikir, meski sedikit berbeda, pada dasarnya, perusahaan itu hanya mengumpulkan uang dari para investor dengan cara membeli barang-barang itu dengan uang investor lainnya, agar calon investor baru tertarik untuk berinvestasi.” Ucap Arsa dengan santai.
Skema Puzzle, bahkan di zaman sekarang, anak kecil saja sudah mengetahui penipuan berkedok investasi ini.
Namun, mendengar apa yang baru saja di katakan Arsa, keduanya merasa apa yang dikatakan teman mereka ini, meski masuk akan, namun tidak bisa menjadi bukti sama sekali.
Setiap hari. Keduanya bekerja sebagai karyawan magang di perusahaan yang menangani investor produk ini.
“Arsa, aku rasa kau masih baru. Sebaiknya, kau belajar lebih giat untuk mendapatkan lisensimu itu.” Ujar Harris sambil kembali membuka majalah.
“Orang-orang di perusahaan tempat kami magang, tidak mungkin akan tertipu jika apa yang kau katakan itu benar.” Sambung Bryan.
Mendengarnya, Harris menganggukkan kepalanya, menyetujui. “Ya. Aku rasa kau terlalu bersemangat. Sebaiknya, kau lebih teliti lagi dalam analisamu, meski aku tidak menyukai keluarga Hawk, namun aku haris mengakui bahwa perusahaan mereka, memiliki pakar-pakar investasi.”
Tidak ingin berdebar dengan keduanya, Arsa hanya bisa menganggukkan kepala. “Baiklah, jika begitu, biarkan aku tenang, oke!”
Arsa baru saja akan kembali membaca, namun lagi-lagi Bryan membuyarkan konsentrasinya. Bahkan sebelum dia sempat membaca satu kalimat pun disana.
“Arsa, bagaimana dengan acara nanti malam? Kau tidak melupakannya, bukan?”
Arsa sempat ingin bertanya, namun saat kembali melihat bagaimana kedua temannya itu menatapnya, dia langsung mengingat apa yang sedang dibicarakan oleh Bryan.
Arsa menghembuskan napas kasar, lalu berkata. “Tentu saja! Kita akan kesana.”
Mendengar itu, wajah keduanya langsung berubah cerah.
“Aku ingin melihat reaksi dari wajah para brengsek itu, saat mereka melihat kta ada disana.” Ucap Bryan dengan penuh semangat sambil mengacungkan kepalan tinju.
Harris mengangguk. “Aku yakin mereka akan benar-benar terkejut, karena kita tidak perlu menjilat siapapun, kecuali pemuda ini, untuk bisa menbawa kita kesana.”
Arsa tiba-tiba menjadi begitu penasaran dengan apa yang dikatakan dua orang temannya ini.
“Aku mengerti kenapa kalian ingin datang keacara itu. Tapi melihat kalian saat ini, aku tidak yakin jika kalian ingin untuk memperbanyak koneksi saja.” Balas Arsa sambil menatap keduanya dengan curiga.
Bryan san Harris langsung saling bertatapan, lalu akhirnya tersenyum bersamaan.
Cepat Bryan mengambil ponsel dan membuka kunci layarnya. Sambil menunjukkan layar utama ponselnya, Bryan bertanya. “Apakah kau tahu gadis ini?”
Begitu melihatnya, mata Arsa melebar. Namun detik itu juga dia mengangguk. “Ya! Aku mengenalnya, lalu?”
“Oh, sial tentu saja dia mengenalnya, pertanyaan macam apa itu?” Ujar Harris dari tempat tidurnya.
Mendengarnya, Bryan sempat tertegun, lalu berkata. “Aah.. itu salahku,” lalu menoleh ke arah Arsa dan berkata. “Dia akan datang kesana.”