Pasangan rumah tangga Kisman dan Mawar kehilangan anak satu-satunya karena sakit. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit dan menginginkan putri mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Rumahku
“Itu siapa pak?”,
“Ini namanya Laily”,
Jawab Kisman sambil mengedipkan sebelah mata sebagai kode untuk sang istri.
Mawar yang mengerti bahasa isyarat dari sang suami kemudian menutup pintu depan dan menguncinya.
“Lily ini namanya Mawar, dia istriku”,
Kisman mengenalkan Lily kepada Mawar.
“Di rumah ini kamu bisa memanggilnya ibu dan kamu juga bisa memanggilku bapak”,
“Lily kemari karena ingin melihat permen gulali kupu-kupu sebesar piring”,
“Bukan begitu Lily?”,
“Iya, mana?”,
“Tunggu sebentar ya aku buatkan”, kata Kisman.
“Sebelumnya kamu makan dulu ya”,
“Biar ibu siapkan makanan”, ucap Mawar.
Mawar begitu senang dengan kehadiran Lily di rumahnya. Wajah anak kecil itu begitu mirip dengan mendiang Seroja.
Mawar kemudian masuk ke dapur. Ia membuatkan telor dadar untuk Lily makan siang.
Kisman menyuruh Lily untuk memilih mainan mana saja yang ia suka. Ia bisa bermain sepuasnya.
Lily memilih mainan masak-masakan. Dengan mainan itu Lily pura-pura memasak.
“Lily mau masak apa?”,
“Aku mau buat piza”,
Sementara itu Kisman menyiapkan bahan-bahan untuk membuat permen gulali berukuran besar seperti yang ia janjikan kepada Lily yang telah bersedia ikut pulang ke rumahnya.
“Ini sekarang makan dulu”,
“Lily habis sekolah pasti capek”,
“Tadi di sekolah Lily belajar apa?”,
Mawar mulai menyuapi Lily dengan nasi dan telor dadar yang baru saja dibuatnya. Sambil bermain Lily pun makan dengan lahap.
“Selesai makan Lily tidur siang ya?”,
“Nanti setelah tidur siang baru main lagi”,
*
Sore hari di rumah Kisman,
Lily terbangun di dalam kamar yang baru pertama kali ia lihat. Di sampingnya ada seorang perempuan yang sedang memeluknya sambil tertidur. Ia adalah Mawar.
Lily kemudian menangis. Ia tahu ini bukanlah rumahnya dan perempuan di sampingnya itu bukanlah ibunya.
Mendengar Lily menangis Mawar pun ikut terbangun.
“Kenapa Lily sayang, bangun-bangun langsung nangis?”,
“Aku mau pulang”,
“Aku mau sama ibu”, jawab Lily terisak.
“Ini ibu sayang”, kata Mawar.
Mendengar tangisan Lily Kisman masuk ke dalam kamar. Ia membawa apa yang sebelumnya sudah ia janjikan.
Yaitu permen gulali berbentuk kupu-kupu yang ukurannya sangat besar. Diameternya selebar piring.
“Lily kenapa nangis?”,
“Ini gulali kupu-kupu besar yang sudah bapak janjikan”,
Melihat gulali kupu-kupu raksasa itu perhatian Lily kembali bisa dialihkan. Anak kecil itu perlahan mulai berhenti menangis.
Lily menyukainya dan mulai memakannya.
Ketika langit sore mulai menua dan permen gulali besar juga sudah tidak lagi tersisa.
Lily kembali merengek untuk minta pulang ke rumah orang tuanya. Lily tinggal di kampung sebelah yang jaraknya tidak jauh dari kampung Kisman.
“Aku mau pulang”,
“Aku mau pulang”,
“Aku mau pulang”, kata Lily kali ini dengan amarah.
“Aku akan mengantarmu pulang, tapi mandi dulu ya”,
“Biar kalau sampai di rumah Lily sudah bersih dan wangi”, kata Kisman.
Mawar kemudian memandikan Lily dengan air hangat. Perasaannya terenyuh terkenang kembali saat anaknya Seroja masih seusia Lily.
“Ibu gosok-gosok pakai sabun biar badan Lily bersih”,
“Airnya tidak kepanasan kan?”,
Mawar memperlakukan Lily dengan lembut layaknya anak sendiri.
“Bajunya pakai ini ya, ini punya mbak Seroja waktu seumur kamu”,
“Pasti muat”,
Mawar memakaikan pakaian Seroja kepada Lily.
“Pas, kamu benar-benar mirip seperti mbakmu”,
Setelah Lily selesai mandi dan ganti baju. Lily bersiap-siap untuk pulang.
Tapi munculah Kisman dari dalam dapur.
Kisman membawa mie rebus.
“Sebelum pulang makan dulu ya”,
“Nanti dikira di sini tidak dikasih makan”,
“Besok Lily bisa main ke sini lagi”, bujuk Kisman.
“Besok Lily dibuatkan permen lagi ya?”,
“Tapi yang bentuknya bunga”, pinta Lily.
“Pasti”,
“Sekarang dimakan dulu mienya”,
“Mau makan sendiri atau mau disuapin?”,
“Lily sudah bisa makan sendiri”,
“Lily kan sudah besar”,