Istri Yang Tak Dirindukan

Namun, melihat lirikan mata Galih pada Alvian, terlihat jelas jika pria itu hanya sedang mengerjai suaminya.

Membuat Aylin menjadi lebih santai dan tidak terlalu tegang.

"Gal, ayo cepat kita berangkat. Aku mau ganti baju dulu," ucap Alvian ingin mengusir sahabatnya secara tidak langsung.

Ia sudah merasa jengah melihat kelakuan Galih yang semakin keterlaluan.

"Iya," jawab Galih menahan tawa melihat kegusaran Alvian.

Setelah Alvian sudah tak terlihat, Galih menatap Aylin dengan serius.

"Aylin, saya sangat menyayangkan sikap Alvian yang bodoh itu. Saya tahu dia sudah mulai menerimamu, tapi sepertinya harga dirinya yang di luar nalar itu terus saja berusaha membohongi. Tapi, saya yakin kamu memang yang terbaik untuk Alvian. Jadi, jangan pernah menyerah ya? Suatu saat nanti, saya yakin Alvian akan sangat mencintaimu sampai sedetik pun tidak bisa berpaling darimu," ucap Galih.

"Terima kasih atas semangatnya, walaupun saya sendiri tidak yakin. Tapi, saya akan berusaha sebaik mungkin," jawab Aylin merasa cukup terkejut karena sikap sahabat Alvian yang perhatian dan ia tahu masalah dalam rumah tangganya.

"Apa yang membuatmu tidak yakin?"

"Riana, dan mungkin masih banyak lagi perempuan di luar sana. Terlebih Mas Alvian selama ini begitu membanggakan perempuan yang cantik dan berpakaian seksi. Sedangkan aku?" balas Aylin yang merasa cukup lelah.

Namun, rasanya seperti ada ruang yang kosong setelah ia bisa mengutarakan kegundahannya.

"Justru kamu yang paling berbeda dan paling berkesan dari semua perempuan yang pernah Alvian kenal. Tapi, kamu memang harus sabar dengan sikapnya. Terkadang Alvian selalu mengucapkan hal berbanding terbalik dengan hati dan pikirannya. Itu karena dia orang yang gengsinya tinggi dan tak mau rendah hati," jawab Galih seraya terkekeh.

Aylin yang mendengar hal itu, merasa sedikit lebih semangat.

Memang akhir-akhir ini suaminya sudah terlihat mulai berubah sedikit demi sedikit walaupun sikap menjengkelkannya belum hilang.

"Heh, apa yang kalian bicarakan?" tegur Alvian dengan tatapan penuh curiga.

Aylin seketika terpana saat melihat suaminya yang terlihat sangat tampan jika suaminya menata rambut.

"Aku hanya bilang pada Aylin, kalau dia memang tidak mencintaimu jangan dipaksakan. Aku siap menunggunya karena Aylin adalah perempuan idamanku," ucap Galih menggoda.

"Sialan kamu! Ayo pergi!" sergah Alvian benar-benar merasa marah.

"Aylin, saya pamit dulu ya? Terima kasih atas semuanya. Lain kali kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa menghubungi saya. Anggap saja saya sebagai teman," ucap Galih bersungguh-sungguh.

"Iya, terima kasih, " jawab Aylin mencoba menghargai.

Setelah keluar dari rumah, Alvian terus saja menggerutu.

"Apaan sih? Kamu menjijikkan sekali," gumam Alvian dengan tatapan tajam.

"Kamu kenapa sih?" jawab Galih tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Lain kali jangan datang lagi ke rumahku," jawab Alvian mendengkus kesal.

"Sudahlah Al, akui saja kalau kamu sudah mulai mencintai Aylin. Jangan terlalu sok jual mahal. Nanti kamu sendiri yang akan menyesal. Dan soal tadi aku serius loh, kalau Aylin sudah tidak mau denganmu, maka aku siap menunggu,"

"Aku sungguh ingin menghajarmu," umpat Alvian.

"Kamu merasa aku berbahaya? Kamu takut aku benar-benar mengambil Aylin darimu?" tanya Galih.

"Lihat saja nanti. Aku pastikan Aylin yang tidak akan bisa jauh dariku " jawab Alvian penuh percaya diri.

"Jangan egois, aku mengenalmu bukan setahun dua tahun," ejek Galih.

"Ya sudah, kita lihat saja nanti," jawab Alvian acuh.

"Oke ... Akan aku lihat nanti akan seperti apa. Mari kita tunggu sama-sama," kata Galih santai.

Alvian berangkat menggunakan mobil milik Galih, sepanjang perjalanan Alvian terus mengingatkan Galih agar tidak mengatakan rahasia soal dirinya yang sudah menikah.

Galih bahkan sampai merasa jengah mendengar Alvian yang tidak perduli pada istrinya, tapi terlihat cemburu saat istrinya dipuji pria lain.

Sesampainya di club malam di sana sudah ada teman-teman Alvian yang sudah menunggu.

Mereka semua membawa pasangan mereka masing-masing kecuali Alvian dan Galih.

"Mana pasangan kalian?" tanya Doni.

"Heh, aku mengajak kalian berkumpul bukan untuk pamer pasangan. Aku sedang patah hati dan ingin bersenang-senang dengan kalian, tapi malah membuatku semakin merasa sesak," jawab Galih kesal.

"Gal, jadi pria jangan terlalu mellow. Nanti, aku kenalkan dengan perempuan yang lebih cantik, dan akan membuat mantanmu menyesal," kali ini Rival yang menjawab.

"Oke deh, kalau seperti itu panggilkan dua perempuan, sekalian untuk Alvian. Sepertinya dia juga sudah mulai bosan dengan Riana," balas Galih ingin melihat reaksi keangkuhan Alvian tadi.

Alvian hanya melirik Galih sekilas, ia tahu jika pria itu hanya sedang ingin mengetesnya saja.

"Iya, tapi harus cantik dan sebanding dengan Riana," jawab Alvian menjaga harga diri, ia selalu ingin terkenal sebagai seorang bad boy. Karena baginya itu keren.

"Kalau itu tidak masalah, aku hubungi mereka dulu," jawab Rival.

Padahal malam ini Alvian sama sekali tidak bersemangat berkumpul dengan teman-temannya.

Namun, ia juga sedang merasa kesal pada istrinya yang terus mengganggu pikirannya.

Saat minuman yang di pesan sudah datang, Alvian langsung mengambil minuman itu dan meneguknya hingga tandas.

"Eh, pelan-pelan, Al! Kita baru saja mulai, tidak seru kalau nanti kamu sudah mabuk duluan," sela Galih.

"Diamlah! Sudah lama sekali aku tidak minum," jawab Alvian acuh.

"Wah, sebenarnya aku atau kamu yang sedang butuh hiburan sih," sela Galih menahan tawa.

Semua teman-temannya mulai minum seteguk demi seteguk. Sedangkan Alvian seperti orang yang sedang kehausan.

Hingga tak lama kemudian datang dua orang perempuan cantik yang tadi dihubungi oleh Rival.

"Hmmm ... lumayan juga," gumam Galih.

Alvian menoleh, menatap gadis itu sekilas lalu dengan cepat berpaling.

"Aku mau sendiri, jangan ganggu aku," ucap Alvian yang mulai mabuk.

"Loh, bukannya kamu tadi yang setuju aku panggilkan teman?" ucap Rival.

"Tidak, aku tidak mau ketahuan istriku, dia pasti akan marah. Dan itu sangat menggangu pikiranku," jawab Alvian tanpa sadar.

"Istri? Riana maksud kamu?" pekik River terkejut.

"Bukan, tapi Aylin. Dia perempuan bercadar yang entah wajahnya seburuk apa. Aku membencinya, dia selalu mengganggu ketenanganku," jawab Alvian yang membuat semua teman-temannya merasa syok kecuali Galih.

Mereka terlihat sangat heboh, karena tak menyangka Alvian yang beberapa hari sempat menghilang ternyata sudah menikah.

"Alvian, kamu sendiri loh yang mengatakannya pada mereka. Jadi jangan salahkan aku, " ucap Galih sambil merekam Alvian agar menjadi bukti jika dirinya bukan yang membuka rahasia pernikahan Alvian.

"Gal, jadi kamu sudah tahu. Astaga... Kalau Alvian malam ini tidak mabuk, kita semua tidak akan tahu soal pernikahan Alvian. Wah, Al, kamu tidak setia kawan," ucap Doni kecewa.

"Iya, tega sekali kamu. Kamu bahkan tidak mengundang kami. Nanti kalau aku menikah, juga tidak akan mengundangmu," timpal Leon.

"Pantas saja beberapa hari ini dia tidak terlihat, ternyata betah di rumah dengan istrinya," sindir Heri.

"Kalian ini apa-apa sih? Aku sama sekali tidak menginginkan pernikahan itu. Tapi, kenapa Aylin terus saja membuat hatiku tidak tenang? Kenapa aku jadi merasa terbelenggu dan tidak bebas? Aku seorang Alvian! Ha ... Ha... Ha... Aku dijerat oleh perempuan bercadar. Aku seorang Alvian, aku tidak boleh kalah olehnya, sialan!"

Alvian terus meracau mengucapkan kata-kata yang tidak jelas, membuat teman-temannya hanya menonton saja.

"Gal, dia kenapa sih? Kenapa Alvian jadi frustrasi seperti ini," tanya Heri penasaran.

"Entahlah, yang aku tahu, dia awalnya menolak istrinya. Tapi setelah menikah, dia mulai merasa nyaman dan mungkin jatuh cinta. Tapi kalian tahu sendiri bagaimana sikap Alvian yang sok jaim dan memiliki gengsi yang tinggi," jawab Galih.

"Wah ... Aku jadi penasaran seperti apa istrinya," gumam Leon.

"Nih aku kasih lihat fotonya," ucap Galih antusias.

Galih memperlihatkan foto viral Aylin yang membuat mereka semua seketika menganga lebar.

***********

***********