Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.
Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.
Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.
Ini bukan cerita tentang orang ketiga.
Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manis , Asem, Asin = Alaska
"Dionna..." Alaska baru keluar dari kamarnya, kebetulan sekali berpapasan dengan Dionna yang baru bangun dan membuka pintu kamarnya. Akting pinggang keseleo ia lakoni kembali.
"Wah, ekspresimu seolah aku ini mahluk yang paling kamu hindari dialam semesta padahal sebelum ini kamu selalu menempel didekatku seperti permen karet." Dionna memilih tidak mengindahkan apa yang baru di katakan Alaska.
Itu waktu kemarin hari, tapi mulai detik ini sebisa mungkin Dionna akan menjauh dari pria mesum seperti Alaska. Dionna tidak menyangka ternyata dibalik sifat dinginnya itu ada kemesuman yang entah sejak kapan sudah mendarah daging dan belangnya baru terlihat sekarang . Memikirnya lagi membuat Dionna merinding terus.
Jika bukan karena rasa manusiawi, Dionna tidak ingin melihat Alaska. Namun dia harus membantu pria itu jalan karena dirinyalah penyebab sampai Alaska sakit punggung sampai ke pinggang . Dengan kondisi yang seperti ini, tampaknya Alaska tidak bisa bekerja hari ini.
"Kamu mau sarapan apa ? Tunggu saja dikamar, nanti aku antar sarapannya kekamar."
"Syukurlah kamu masih tau diri dengan apa yang kamu perbuat."
Haruskah Dionna meracuni Alaska ? Tidak. Itu terlalu jahat atau memberinya obat pencahar ?
Dionna menghembuskan napas pelan. Jika ia benar-benar mengabaikan lelaki itu, bisa-bisa Alaska kelaparan lalu pingsan, mati dibawah selimut dan Dionna dipidana . Menjauhkan seluruh hal buruk yang berkeliaran dikepalanya, segera ia menuju kedapur, dilihatnya halaman belakang yang sedang diguyur hujan. Dari semalam hujan belum juga reda, sampai menyebabkan rumput-rumput disana sudah digenangi air .
Hal yang dituju pertama kali begitu Dionna tiba didapur adalah kulkas. Namun apa yang dilihat selanjutnya membuatnya shock, kulkas itu nyaris kosong dan dia baru ingat bahwa sudah seminggu dia belum membeli persediaan dapur.
Dionna beralih kelemari kitchen set yang berada jauh tinggi darinya. Beginilah jika Alaska mendesain dapur hanya untuk dirinya sendiri, tidak memikirkan postur tubuh istrinya yang pendek. Akhirnya, Dionna menggunakan kursi untuk meraih bahan-bahan makanan yang berada disana. Seingatnya ada mie instan yang dia sembunyikan. Dionna sengaja menyembunyikan mie instan agar tidak dibuang lalu diomeli satu jam oleh Alaska.
Dionna memasukkan tangannya kedalam lemari, meraba-raba kedalam lalu menemukan sebungkus mie instan. Segera ia menyiapkan panci dan memasukkan sedikit minyak. Sebelum itu Dionna sudah menyiapkan perbumbuan yang akan ia tumis sebelum mie dimasukan. Untung saja masih ada sawi dikulkas, jadi Dionna memotongnya kecil-kecil lalu dicampurkan . Tidak butuh waktu yang lama hingga masakan itu selesai. Cukup untuk porsi Alaska.
Mie instan itu disajikan dalam mangkuk. Dionnapun segera membawanya kedalam kamar Alaska. Aroma mie instan yang begitu khas langsung menusuk hidung pria itu. Dia langsung bangkit dari tidurnya tanpa mengerang sakit pinggang. Instingnya tajam jika soal menyangkut makanan.
"Kamu masak mie instan ?" Dionna mengangguk. Alaska sudah langsung menebak dari baunya.
Melihat wajah Alaska yang mulai beraurakan tidak sedap dipandang mata, Dionna langsung menutup mulut pria itu dengan tangannya. Alaska itu pria pecinta makanan sehat, dia pasti akan mengomelinya habis-habisan sekarang.
"Didapur cuma ada mie instan dan kamu tidak akan langsung mati hanya karena makan mie instan."
Alaska melepaskan tangan Dionna . Matanya menyipit siap melayangkan komentar pedas nyelekit " Sejak kapan didapurku ada mie instan ? dan bagaimana kamu tahu kalau aku tidak akan langsung mati karena makan makanan ini ? Jangan-jangan kamu taruh racun dimakanan ini ?" Biarkan Dionna mengelus dada sebentar.
Kalau tahu akan dikata-katai seperti ini, Dionna seharusnya mencampurkan pestisida dimie itu biar penyakitnya dan nyawapun hilang sungguhan. Tapi sayangnya Dionna tidak sekejam mulut Alaska .
"Jadi kamu tidak mau makanan ini ?" Rasa kesal mulai menjalar didada Dionna.
Alaska mengamati sekilas raut wanita itu, dia tidak boleh lagi salah bicara seperti kemarin hari. Akan rumit jika nanti Dionna tersinggung sampai merajuk lagi.
"Taruh disitu, nanti aku makan. Masih panas soalnya. " Nada suara Alaska turun satu oktaf. Senyuman kecil langsung terbit diwajah Dionna. Coba saja Alaska bilang tidak mau, pasti akan ia siram kuah mie instan itu kewajahnya.
"Mau aku suapi ?" katanya iseng.
"Tanganku masih bisa bergerak normal" Tolak Alaska mentah-mentah.
"Setelah ini aku akan kesupermarket buat belanja bahan dapur." terangnya sambil melihati Alaska makan.
"Naik apa ?"
"Naik bus mana ada uang buat naik taksi." Niatnya menyindir namun tidak mempan untuk Alaska. Pria itu sibuk mengunyah masakannya.
"Biar aku antar." Tumben-tumbenan Alaska menawarinya tumpangan.
"Kamu yakin gak akan nyusahin aku disana ?"
Sontak Alaska melotot, sejak kapan dia menyusahkan orang lain ? "Memangnya siapa yang buat aku seperti ini ?" Dionna menyengir kuda.
"Ya, maaf. Aku tidak sengaja."
•••
Beberapa waktu kemudian , mereka tiba disupermarket. Jika Alaska memborong buah-buahan dan sayuran, maka Dionna memborong berbagai jenis camilan dan makanan instan. Satu troli dengan gaya hidup yang berbeda.
"Dionna, kembalikan semua makanan instan ini." Kata Alaska siap mengomeli Dionna. Inilah sebabnya Alaska harus ikut wanita itu belanja.
"Kenapa dikembalikan ? kamu lupa makanan instan ini yang menyelamatkan perut kamu tadi pagi ? "
Alaska tidak peduli, dia mendorong troli kebagian rak-rak makanan instan " Kembalikan ! cepat ! " Katanya dengan nada memerintah yang kental. Kebiasaannya.
Dionna tidak mau mengembalikannya begitu saja, ia menahan tangan Alaska sambil memohon dengan wajah memelas. Kenapa sifat menyebalkan Alaska harus kumat sekarang ? sifat yang membuatnya kebanyakan mengelus dada. Tapi jika dipikir-pikir Dionna lebih nyaman dengan sifat menyebalkan itu dibandingkan mesum.
"Makanan ini tidak sehat jika dikonsumsi berlebih Dionna." Setelah mengucapkan itu, Alaska memasukkan beberapa camilan kedalam troli.
Tidak ada yang bisa menebak pikiran seorang Alaska. Tadi dia mengomeli Dionna dan menyuruhnya mengembalikan semua camilan yang dia borong dan sekarang dia malah meninggalkan beberapa camilan di dalam troli. Maksudnya apa coba ?
Setelah membeli dan membayar semua keperluan dapur, Dionna hendak mengambil kantong plastik yang berisi barang-barang yang mereka beli, tetapi Alaska lebih cepat mendahuluinya . Dua kantong plastik itu dijinjing olehnya tanpa memberi Dionna kesempatan.
"Bukankah punggungmu sakit ?" Saka tidak menyahut , diapun terpaksa mengekori Alaska dengan langkah kakinya yang kecil sambil jaga-jaga dibelakang jika punggung Alaska tiba-tiba sakit dia akan menyelamatkan belanjaan itu.
"Alaska , hai." suara itu membuat kepala Dionna menyembul dari belakang punggung Alaska.
"Kaluna.." Alaska balas menyapa dengan senyum kecil, coba saja senyumannya lebar detik itu juga Dionna akan merobek mulut pria itu.
"Kalian belanja ?"
"Bukan memancing." Sahut Dionna sewot dengan tatapan tak bersahabat , dia tidak senang dengan pertemuan itu makanya dia langsung menjawab asal dengan nada ketus pertanyaan basa-basi Kaluna.
Menyadari ada sinyal-sinyal mengundang bencana, Alaska buru-buru memasukkan semua barang-barangnya kebagasi mobil dan mengakhiri pertemuan singkat dengan Kaluna.
"Kenapa wajah kamu masam begitu ?" Dipecut dengan kehadiran Kaluna membuat Dionna merasa kecut hingga wajahnya masam.
"Dionna ?" Panggil Alaska sampai membuatnya kaget.
"Aku memang belum mandi makanya masam." Jawab Dionna asal, tidak nyambung, ingin berkata ketus tapi yang terjadi adalah pasrah dengan keadaan.
Berbagai macam praduga mulai meracuni otak Dionna setelah kemunculan Kaluna walaupun cuma beberapa detik. Jadi, alasan mengapa Alaska tiba-tiba kuat mengangkat barang belanjaan padahal punggungnya sakit karena ada Kaluna ?
Kaluna. Mengingat nama itu membuat Dionna gondok, tapi juga dilain sisi membuat Dionna serba salah. Wanita itu memang cantik, jika ia saja bisa terpesona bagaimana dengan lelaki terutama Alaska ? Kedua manusia itu terlihat cocok satu sama lain dan tampaknya memiliki pikiran yang sejalan. Bodo amat mereka sejalan, sepenanggungan, Dionna tidak peduli karena realitanya Alaska itu sudah jadi suaminya.
SUAMINYA.
SAH.
"Aku haus." Kata Dionna tiba-tiba.
"Kamu tidak beli air mineral ?"
"Kalau beli aku tidak akan berteriak haus."
Alaska langsung melirik wanita disampingnya dan Dionna membalas lirikan tak kalah sinis pada Alaska.
Kenapa lagi dia ?
"Berhenti dicafe itu, aku mau beli minuman." Kata Dionna lagi sok memerintah .
"Baiknya minum air putih Dionna, minuman yang mengandung gula tinggi tidak baik untuk kesehatanmu." Demi apapun Alaska persis seperti Papanya, dan Dionna selalu siap mencibir dibalik itu .
Mobil Alaska berhenti dihalaman parkir cafe yang ditunjuk Dionna. Wanita itu bergegas turun dan membanting pintu mobil kuat-kuat sampai Alaska kehilangan kata-kata . Mobil kesayangannya, jangan sampai hancur ditangan Dionna.
"Selamat siang, mau pesan apa ?" Dionna diam sejenak, dia sedang membaca daftar menu namun detik selanjutnya dia sudah memutuskan.
"Aku pesan chocolate milkshake dengan whip cream yang banyak. Satu saja."
"Dionna Patrania ?" Kedua mata itu bersirobok.
"Dewangga ?" Dan pria itu langsung memamerkan senyumnya yang lebar hingga lesung dipipinya nampak.
Tidak salah lagi , pria yang berhadapan dengan Dionna saat ini adalah Dewangga Mahendra. Teman semasa SMA yang terkenal playboy cap kadal yang mantannya ada disetiap sudut penjuru sekolah, dari kakak kelas dua tingkat diatasnya sampai adik kelaspun banyak masuk daftar mantannya.
Dewangga Mahendra memang tampan tapi sekarang jauh lebih tampan dan juga keren . Hanya dalam sekali pandang mungkin bisa membuat siapapun jatuh cinta. Namun Dionna tentu tidak terpesona karena jujur saja Alaska lebih melebihi semuanya dari Dewangga.
"Maaf aku tidak mendengar jelas pesananmu tadi, jujur saja pertemuan ini tak terduga."
Seorang Dewangga meminta maaf ? Itu sedikit aneh terdengar, mengingat Dewangga terlalu banyak dosa dimasa lalu. Terutama dibagian memiliki empat pacar dalam waktu bersamaan, tetapi malah meminta Dionna untuk menjadi pacar barunya. Pacarnya yang kelima. Sesinting itu memang Dewangga semasa SMA.
"Chocolate milkshake dengan whip cream yang banyak. Satu saja." Ulang Dionna tersenyum tipis.
"Oke, chocolate milkshake satu dengan whip cream yang banyak. " Dewangga memberi secarik kertas pada salah satu karyawan cafe yang bertugas membuat minuman.
"Seleramu dari dulu tidak berubah, gemar yang manis-manis." Dionna tersenyum tipis, jadi teringat kenangan semasa SMA, Dewangga selalu membelikannya minuman seperti ini di cafe depan sekolah. Bentuk sogokan agar Dionna menerima cintanya.
"Kamu---terlihat banyak berubah tapi kelakuanmu juga ikut berubah kan ?" Dewangga tertawa renyah.
"Tentu saja. " Pria itu kemudian mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan cincin emas yang melingkar dijari manisnya.
"Kamu sudah menikah ?" tanya Dionna tak percaya setelah melihat cincin dijari manisnya sama seperti yang ada dijarinya.
"Aku sudah menikah. Kenapa ? kamu seperti tidak percaya aku bisa komitmen."
Untungnya Dewangga tidak tersinggung karena reaksinya Dionna. Akhirnya si-playboy cap kadal menikah, mengingat Dewangga dulu sangat suka bermain-main dengan perasaan. Tidak sedikit wanita yang patah hati akibat ulahnya.
Dewangga tiba-tiba memperlihatkan layar ponselnya pada Dionna " Ini putriku, baru berumur 2 tahun."
"Serius ini anakmu ? wahh lucunya." Dionna heboh, gemas sekali melihat anaknya Dewangga. Matanya bulat besar berwarna hitam, dengan pipi chubby yang mengembung.
"Ya, masak anak orang."
Keduanya tertawa seolah tak ada orang lain dicafe itu, padahal setiap mejanya hampir terisi penuh. Jika didengar orang lain, pasti mereka akan salah paham. Mengira keduanya sedang berselingkuh ditempat umum.
"Kamu kerja disini ?" Dionna menerima pesanannya dari tangan Dewangga.
"Aku kerja disini, sekaligus pemilik cafe ini."
Dionna takjub sekaligus kaget karena Dewangga bisa mengelolah cafe sesukses itu. Cafe itu juga selalu ramai setiap kali Dionna lewat dan baru kesampaian sekarang Dionna singgah disitu.
"Jadi berapa yang harus aku bayar ?" Dionna sudah membuka dompetnya hendak mengeluarkan uang .
"Untukmu gratis. Lain kali kalau lewat sini jangan lupa mampir, nanti kamu cicipi produk terbaru cafeku." Dionnapun mengangguk setuju.
"Dionna , apa aku boleh minta nomor ponsel kamu ?"
"Dia tidak punya nomor ponsel, dia cuma punya suami. Kamu mau suaminya ?"
Suara serak yang dingin tiba-tiba muncul dibelakang Dionna. Wanita itu sangat hafal suara siapa itu . Alaska.
"Maaf Pak, mau pesan apa ?"
"Saya bukan bapak kamu" Alaska mengambil minuman ditangan Dionna lalu menyedot milshake itu hingga habis lewat sedotan.
Dionna mengerutkan kening melihat kejadian itu. Bukankah Alaska tidak minum minuman yang mengandung gula tinggi ? Dia anti dengan minuman itu namun kali ini pria itu malah menyedot habis tak tersisa sampai whip creamnya pun Alaska habiskan.
"Berapa harga minuman ini ? Sekalian cafe ini saya beli " Dionna rasa ucapan Alaska sedikit berlebihan apalagi dengan nadanya yang terdengar ketus ? untuk apa coba dia pamer kekayaan didepan Dewangga ? Diliriknya sang suami dengan tatapan sulit diartikan.
"Dionna kamu kenal--"
"Saya suaminya." Pria itu memasang wajah dingin dan bersedekap dada.