NovelToon NovelToon
KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Selingkuh / Mengubah Takdir / Keluarga / Penyesalan Suami / Chicklit
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Jalan berliku telah Nina lalui selama bertahun-tahun, semakin lama semakin terjal. Nyaris tak ada jalan untuk keluar dari belenggu yang menjerat tangan dan kakinya. Entah sampai kapan

Nina mencoba bersabar dan bertahan.
Tetapi sayangnya, kesabarannya tak berbuah manis.

Suami yang ditemani dari nol,
yang demi dia Nina rela meninggalkan keluarganya, suaminya itu tidak sanggup melewati segala uji.

Dengan alasan agar bisa melunasi hutang, sang suami memilih mencari kebahagiaannya sendiri. Berselingkuh dengan seorang janda yang bisa memberinya uang sekaligus kenikmatan.

Lalu apa yang bisa Nina lakukan untuk bertahan. Apakah dia harus merelakan perselingkuhan sang suami, agar dia bisa ikut menikmati uang milik janda itu? Ataukah memilih berpisah untuk tetap menjaga kewarasan dan harga dirinya?

ikuti kelanjutannya dalam

KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08

“Apa yang kamu bawa itu, Mas...?” tanya Nina pada suaminya yang datang dengan membawa kantong kresek hitam. Malam sudah agak larut. Suaminya itu baru saja pulang dari rumah ayahnya.

“Ini nasi dengan lauk, Dek, dari tempat selamatan sana tadi. Mereka bilang kamu tidak kembali setelah kamu sedikit berselisih paham dengan Mbak Romlah,” jawab suaminya.

Mendengar nama Romlah disebut, membuat darah Nina kembali mencapai ubun-ubun.

“Memangnya kenapa kamu pulang terus tidak kembali ke sana, Dek..? Kita ini yang punya hajat. Seharusnya, walaupun kamu tidak bisa membantu, setidaknya kamu terlihat ada di sana. Jadi orang tidak akan menggunjing Kamu. Masa Romlah saja bantu-bantu di sana, malah Kamu gak kelihatan?!”

Nafas Nina memburu mendengar setiap kata yang keluar dari mulut pria yang masih menjadi suaminya. “Jadi menurut kamu, aku harus haha hihi ketawa ketiwi sama gundikmu itu? Begitu?” mata Nina melotot tajam. Tidak habis pikir dengan suaminya.

“Dek! Kok Kamu sekarang ngomongnya kasar gitu sih?” protes Wito. Dia merasa belakangan ini sikap istrinya berubah drastis. Nina tak lagi lembut seperti dulu. Nina selalu berkata kasar yang menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang suami. Wito merasa tak lagi dihargai.

“Terus kamu maunya aku bagaimana? Kamu mau minta aku berdamai dengan Romlah? Begitu?” Nina berdiri sambil berkacak pinggang.

“Ya memang apa salah nya berdamai? Romlah itu bisa membantu keuangan kita!”

“Gila! Ora waras kowe, Mas! Aku ora sudi. Aku tidak akan memberi makan Agus dengan uang hasil kamu jual diri. Dan kata-kataku kemarin masih berlaku. Buktikan kalau kamu memang hanya khilaf. Putuskan hubunganmu dengan Romlah. Cari kerjaan lain Jangan lagi bekerja sama dia. Bekerja apa saja walau hasilnya tak sebanyak yang diberikan Romlah. Kalau tidak aku yang memilih mundur dari pernikahan kita!”

Nina berbicara panjang lebar dengan menatap tajam wajah suaminya. Berharap pria itu mengerti. Tidak masalah, demi Agus dia akan memberikan kesempatan kedua.

“Kamu itu pasti capek makanya omonganmu ngelantur. Sudah, makan dulu terus tidur sana!” Wito tak menanggapi ucapan istrinya. Dia memilih segera mengambil sarung dan berbaring di depan TV. Baginya omongan Nina itu hanya karena emosi sesaat. Nina pasti akan menerima hubungannya dengan Romlah saat menyadari Romlah adalah orang yang berjasa dalam hidup mereka. Romlah bahkan sudah membantunya melunasi hutang mereka.

Nina menatap nanar punggung suaminya yang sudah bergelung sarung. Lalu dia sendiri segera masuk ke dalam kamar. Dibiarkannya kantong kresek yang tadi dibawa oleh suaminya. Dia sedang tidak berselera untuk menelan makanan. Agus juga sudah tidur sejak tadi. Mungkin lauk itu akan dia panaskan untuk sarapan agus besok pagi.

***

Pagi datang Nina sudah bangun sejak sebelum adzan subuh. Menyiapkan segala sesuatu untuk sekolah Agus. Tak banyak yang dia lakukan. Hanya bersih-bersih saja, dan menghangatkan makanan semalam.

“Memangnya benar, kamu dan dua kakakmu itu dulunya ikut Budhe, Mas?” tanya nina sambil menemani suaminya yang sedang minum kopi. Dia juga membuat pisang goreng tadi.

“Iya, Dek. Tapi kami ikut juga statusnya sebagai pangon (penggembala ternak) cuma memang aku yang ikut Budhe sejak bayi, karena ibu meninggal saat aku usia satu tahun jadi Budhe yang merawat aku. Sedangkan Kang Damin dan Kang sapar baru ikut Budhe setelah mereka lulus SD. Memangnya kenapa, Dek?” tanya Wito sambil menyeruput kopi buatan istrinya.

“Kemarin dia kakakmu itu berkelahi karena harta Budhe. Aku heran dengan mereka berdua, Mas. Bagaimana bisa mereka bertengkar, baku hantam, hanya karena memperebutkan harta warisan dari Bude? Padahal Bude saja masih hidup, kok hartanya mau diperebutkan? Apa hanya karena Bude tidak punya anak?” Nina nerocos panjang lebar. Suaminya yang tidak tahu apa-apa terkena omelannya.

Nina benar-benar heran dengan sikap kedua kakak iparnya. Mereka sudah kaya raya, tetapi masih berebut warisan yang nilainya tidak seberapa dibandingkan harta yang sudah mereka miliki. Mungkin memang itulah sifat manusia: memiliki sebanyak apa pun akan tetap merasa kurang.

“Ya bukan cuma kang Sapar sama kang Damin saja, Dek. Nantinya semua keponakan Budhe pasti akan memperebutkan warisan itu.” Wito mulai menjelaskan situasi yang tak dimengerti oleh Nina.

“Padahal mereka sudah kaya. Kalau kondisi mereka masih miskin seperti kita sih wajar.” Nina merasa tak habis pikir. “Tapi sudahlah. Aku tidak mau ambil pusing,” ucap Nina yang kemudian memilih bergerak untuk membangunkan Agus.

Tapi ada satu hal yang masih menggelayuti pikiran Nina. Yaitu ucapan yang Nina dengar dari kang Sapar kemarin, yang mengatakan kalau rumah almarhum Ayah mertuanya akan menjadi bagian untuk suaminya. Kedengarannya seolah-olah kakak ipar pertamanya membela hak suaminya. Tetapi Nina ragu apakah itu tulus atau hanya kamuflase.

Nina ingat, Kakak sepupu suaminya yang tinggal di desa lain pernah menasihati suaminya untuk tidak mau jika kang Sapar datang membujuknya menjual sawah milik Ayah mertuanya. Kakak sepupu itu mengatakan bahwa kang Sapar sering datang dan meminta ia membujuk suaminya untuk menandatangani persetujuan penjualan sawah tersebut. Namun, kakak sepupu itu tidak pernah mau mengatakannya pada Wito. Ia bahkan bilang sawah itu sebaiknya tidak dijual karena untuk masa depan anak mereka.

“Oh iya, Pak. Memangnya benar rumah milik almarhum Ayah itu nantinya akan jadi bagianmu? Itu yang aku dengar dari kang Sapar kemarin?” tanya Nina.

“Sebenarnya sih memang iya, Dek. Karena dulu Kang Sapar sudah pernah menjual rumah Ayah. Kan rumah Ayah itu dulu sebenarnya ada dua dan yang satu sudah dijual sama kang Sapar. Sedangkan Kang Damin sudah mendapatkan bagian sawah seluas seperempat hektar. Jadi kalau dihitung secara adil, harusnya rumah yang masih ada itu adalah bagianku. Tapi aku sendiri sebenarnya tidak mengharapkannya. Toh rumah itu sudah reot, akan memerlukan banyak biaya jika kita ingin mengambilnya.”

“Bukan biayanya yang aku pikirkan, Mas. Tetapi masalahnya, bukankah Ibu mertua saja masih hidup, kenapa rumahnya diperebutkan? Sekarang apa mereka benar-benar akan mengusir Ibu mertua? Seperti yang sering mereka ucapkan dulu? Jujur saja, aku kasihan pada Ibu. Dia sudah tua. Walaupun Ibu hanya ibu sambung kalian, bukankah Ibu yang telah merawat Ayah selama ini? Walaupun dia bukan ibu kandung kalian, apa tidak ada setitik pun niat untuk balas budi padanya?”

“Sudahlah. Biarkan saja. Jangan dengar apa pun kata-kata mereka. Bahkan aku sendiri tidak berminat untuk mengambil rumah itu, Dek. Kita sudah punya rumah. Ini saja tidak kita semua gunakan untuk tidur. Paling yang kita gunakan untuk tidur juga hanya seluas tikar saja...!”

Jadi, memang benar Kakak pertama membela hak suaminya. Tetapi kenapa kata kakak sepupunya, Kang Sapar mengharapkan suaminya menjual sawah milik ayahnya? Apa itu hanya siasat Kang Sapar agar suaminya menyetujui penjualan sawah tersebut? Nina pernah mendengar bahwa sawah Ayah mertuanya tidak bisa dijual jika suaminya tidak mau ikut menandatangani. Nina bingung memikirkan semua itu. Dunia ini memang penuh tipu muslihat. Nina tidak akan membiarkan suaminya menjadi boneka untuk siapa pun.

“Mau kemana Kamu, Mas?” Nina baru saja selesai membantu Agus mandi. Dan sekarang bocah itu sedang berganti seragam di kamarnya.

“Kamu itu gimana sih, Dek? Ya aku mau ke pasar. Memangnya mau kemana lagi.” Wito bergerak untuk mengambil lalu memakai tas pinggangnya.

Nina terhenyak dengan jawaban Wito. Setelah kata-katanya semalam, dia pikir Wito akan berhenti dan memperbaiki hubungan mereka.

“Jadi kamu akan tetap kerja sama Romlah?”

“Kalau tidak kerja di sana mau kerja di mana lagi? Sudah ah, matahari sudah kelihatan. Ini aku sudah telat. Romlah pasti sudah nunggu dari tadi!” Wito pergi tanpa menoleh lagi.

“Baiklah jika ini maumu, Mas!”

1
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
bikin cerita bener2 bikin esmosi😁 up 2 bab thor please🙏
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
sdh bcara baik2 wito , nina mnta km cr kerjaan lain n jgn hub dg janda bolong lagi tp kamune tamak bin rakus mau enak sendiri
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Rabiatul Addawiyah
emang enak Wit..diceeai in sm istri sah
〈⎳ Moms TZ
duhhh...mak nyes kan
〈⎳ Moms TZ
jajan apa dulu, klo cuma ngopi ngopi sih oke, lah ini jajannya jemblem loh...upsss🤭
〈⎳ Moms TZ
sukurin, siap suruh kamu lebih getol nggarap sawah tetangga drpd sawah sendiri/Curse/
〈⎳ Moms TZ
hahhh...pak lik lik???
〈⎳ Moms TZ
bener ini namanya pak lik parni?
bukan parno?
〈⎳ Moms TZ: ooolahhh, nek tonggoku warni jenenge, nek kang iparku nani /Facepalm/
〈⎳Mama Mia: memang parni. soalnya nama pak lik ku juga parni. adik kandung bapak. fan jadi bayan juga .

ya ampun aku masukin apa sih ke ceritaku 🙈🙈🤣🤣🤣
total 2 replies
〈⎳ Moms TZ
kan gak dpt duit jd gak diitung kerja, begitulah ibu rumahtangga, selalu dipandang sebelah mata, padahal pekerjaan gak ada habisnya klo mau dipegang semua. dari bangun tidur mpe mau tidur lagi
〈⎳ Moms TZ
waduh, ternyata nama damin sama sama bikin mules/Facepalm/
〈⎳ Moms TZ
berarti podo arane yone
〈⎳ Moms TZ: hoohh...
〈⎳Mama Mia: yg nyombor itu kah?
total 2 replies
〈⎳ Moms TZ
nama nama tetangga ku ngumpul dimari/Facepalm/
〈⎳Mama Mia: damin itu kuambil dari nama kakak iparku🙈🙈
〈⎳ Moms TZ: mpok Romlah tetangga kontrakan sedangkan Damin tetangga di kampung /Facepalm/
total 3 replies
〈⎳ Moms TZ
lututnya lemah tp masih bisa nggarap sawah yang menguras tenaga....ya walaupun...../Facepalm/
〈⎳ Moms TZ
enak aja lo bandingin istri lo sm orang lain! emang selama ini lo kasih duit buat dia perawatan? beli skin care ini dan itu....
buat makan aja susah, /Curse/
〈⎳ Moms TZ
nah kan bener....
ternyata imun dan iman Wito tak selemah lututnya 🤭🤗
〈⎳ Moms TZ
jendes ya????
wahhhh....bagaimana kalau.....?????
〈⎳ Moms TZ
masa cuma buat beli garam dapur perumpamaannya, yg harganya cuma 3rb perak...
nanti bisa bisa Nina cuma dikasih segitu lagi 🤔🤭
Patrick Khan
..puede bgt km darmin selingkuh kok bangga .. adek kakak sm aja..
. ayo nina demi kewarasan lawan aja mereka😂
FT. Zira
satu server berarti ini😮‍💨😮‍💨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!