"Sulit adalah kita, tapi kisah cinta ini hanya ada kita, aku dan kamu tanpa ada mereka."
-----------
Ketika melanjutkan jenjang pendidikan ke sebuah Universitas, Cheryl terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya untuk tinggal di rumah Tantenya Diandra dan Gavin, suaminya. Awalnya Cheryl menolak karena sejak dulu dia sudah tertarik dengan Gavin yang di matanya terlihat sebagai sosok yang dewasa. Namun, karena paksaan dari keluarga, akhirnya Cheryl setuju untuk tinggal di rumah Diandra.
Gavin yang sejak dulu selalu menganggap Cheryl sebagai gadis kecil yang lucu, kini harus mengubah pola pikirnya saat melihat Cheryl yang kini tinggal bersamanya sebagai sosok yang dewasa. Kesibukan Diandra sebagai seorang model yang sering meninggalkan Gavin dan Cheryl dalam satu rumah semakin membuat keduanya semakin dekat, hingga suatu malam saat Diandra sedang menghadiri gelaran Paris Fashion Week, hubungan satu malam pun terjadi diantara Gavin dan Cheryl yang menjadi awal dari hubungan gelap me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Weny Hida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Mulai
"Kau ternyata sangat licik, Amara!"
"Saya tidak licik Ibu Diandra, saya hanya mencoba realistis. Bukankah benar begitu? Di dunia ini tidak ada yang gratis. Kalau anda tidak mau, juga tidak apa-apa. Saya bisa memberikan ini pada wartawan, dan tentunya saya juga bisa mendapatkan nominal seperti yang saya inginkan. Hahahahahaha.... "
"Dasar iblis! Cepat tulis berapa yang kau inginkan!" bentak Diandra pada Amara sambil memberikan ponselnya untuk menuliskan jumlah yang Amara inginkan pada aplikasi m-bankingnya. Amara pun tersenyum menyeringai sambil mengetik angka pada ponsel Diandra. Diandra memang tidak ingin keretakan hubungannya dengan Gavin tercium oleh media, dia harus menjaga imagenya sebagai istri yang berbakti pada Gavin, seperti yang dipikirkan oleh publik selama ini, dia juga masih membutuhkan Gavin untuk menutupi perselingkuhannya.
"Apaaaaa? Dua Miliar? Apa kau sudah gila, Amara!" teriak Diandra saat melihat jumlah angka yang diinginkan oleh Amara.
"Jadi Ibu Diandra tidak mau? Baiklah, kalau begitu aku berikan semua bukti perselingkuhan Pak Gavin dan Nona Cheryl pada wartawan saja."
"Baiklah!" jawab Diandra. Dia kemudian memberikan selembar cek pada Amara karena tidak mungkin mentransfer uang sebanyak 2 miliar melalui aplikasi m-banking miliknya.
"Terima kasih Ibu Diandra," ucap Amara setelah Diandra memberikan selembar cek padanya.
"Sekarang berikan bukti-bukti itu padaku!" perintah Diandra pada Amara. Amara kemudian mengirimkan beberapa foto dan video tentang kemesraan Gavin dan Cheryl saat berada di Lombok.
Jantung Diandra seakan berhenti berdetak, tubuhnya pun melemas melihat foto-foto Gavin dan Cheryl saat berpelukan bahkan berciuman di samping bibir pantai, serta kemesraan lainnya saat mereka ada di dalam pesawat dan saat mereka ada di bungalow tempat mereka menginap.
"Saya pulang dulu Ibu Diandra, terima kasih banyak," ucap Amara sambil meninggalkan Diandra yang saat ini tampak begitu terpukul.
"Brrengsek kalian!" umpat Diandra di dalam hati saat melihat foto-foto tersebut, diiringi rasa sesak di dalam dadanya. Emosi kini begitu menyelimuti hatinya. Rasanya, dia tidak percaya kalau Gavin telah bermain api di belakangnya. Namun, kenyataan berkata lain, dia harus menerima kenyataan itu, meskipun terasa begitu pahit.
Perasaan Diandra begitu berkecamuk, dia baru menyadari kalau perkataan Alex ternyata benar, Cheryl kini bukanlah gadis kecil lagi, dia sudah dewasa dan seharusnya Diandra menyadari itu. Semua terjadi, tak luput dari kesalahannya yang sering meninggalkan Gavin dan Cheryl berdua dalam satu rumah serta kondisi yang memberinya kesempatan. Bagaimanapun juga Gavin seorang laki-laki dewasa yang membutuhkan perhatian serta kebutuhan biologis yang harus tersalurkan.
Diandra kemudian pergi begitu saja dari rumah makan tersebut tanpa membawa makanan yang telah dibayar olehnya. Alex yang terkejut melihat Diandra yang tiba-tiba masuk ke dalam mobilnya, dan terlihat begitu marah pun hanya bisa mengerutkan keningnya.
"Kau kenapa Diandra? Mana makanan yang kau beli?"
"Diam Alex! Lebih baik kau antar aku pulang sekarang juga!" bentak Diandra yang kini terlihat begitu marah.
"Kau sebenarnya kenapa, Sayang?"
"Lebih baik kau antar aku pulang sekarang juga, Alex. Aku belum ingin bicara apapun denganmu!"
Alex yang melihat keadaan Diandra yang sedang tidak baik-baik saja hanya bisa menuruti keinginan kekasihnya untuk mengantarnya pulang ke rumah, meskipun hatinya dipenuhi tanda tanya, dia belum berani menanyakan itu karena hanya akan membuat Diandra semakin kesal. Sepanjang perjalanan, mereka pun hanyut dalam pikiran masing-masing.
"Alex, aku turun dulu. Sepertinya kita tidak bisa bertemu untuk sementara waktu."
"Tapi kenapa, Sayang?"
"Jagan banyak bertanya, tunggu sampai urusanku selesai nanti kau kuhubungi lagi!" jawab Diandra. Dia kemudian keluar dari mobil Alex, meninggalkan Alex yang saat ini melihatnya dengan dipenuhi berjuta tanda tanya.
Sementara itu, Diandra yang kini sudah masuk ke dalam rumah mencoba meredam emosinya. Dia tidak ingin Gavin dan Cheryl tahu kalau dia telah mengetahui perselingkuhan mereka. Saat melewati ruang kerja Gavin, tampak ruangan itu masih menyala. Diandra kemudian mendekat ke ruangan itu, dan melihat Gavin yang masih berkutat dengan pekerjaannya.
"Mas!" sapa Diandra.
"Diandra? Bukankah tadi kau mengatakan kalau malam ini kau tidak pulang ke rumah?" tanya Gavin saat melihat Diandra yang masuk ke dalam ruangannya. Di salah satu sudut hatinya, Gavin bersyukur karena malam ini dia tidak menghabiskan malam bersama Cheryl karena Cheryl sedang sibuk dengan tugas kuliahnya, begitu pula dirinya yang sibuk dengan pekerjaannya. Diandra kemudian mendekat ke arah Gavin lalu duduk di pangkuannya sambil melingkarkan tangannya pada leher Gavin.
"Shootingnya dibatalkan karena ada beberapa perlengkapan shooting yang masih kurang, jadi aku memutuskan pulang. Emh, besok aku juga libur, Mas. Kita bisa menghabiskan waktu berdua."
Diandra heran melihat sikap Gavin, dia terlihat biasa saja, dan tidak lagi terlihat responsif seperti biasanya. Jika dia duduk di pangkuan Gavin seperti ini, biasanya Gavin akan mengusap punggung lalu menciumnya sekaligus menggodanya. Tapi kali ini Gavin hanya terdiam, dia mengabaikannya dan memilih mengerjakan pekerjaannya.
"Maaf Diandra, aku banyak pekerjaan. Lebih baik kau tidur saja sekarang."
"Baiklah kalau begitu, maaf aku sudah mengganggumu. Aku ke kamar dulu, Mas," pamit Diandra. Gavin kemudian mengangguk lalu kembali fokus dengan pekerjaannya. Sedangkan Diandra bangkit dari atas pangkuan Gavin kemudian berjalan menuju ke kamarnya dengan perasaan begitu kesal merasakan perubahan dari Gavin.
Gavin saat ini memang berubah, dia menjadi begitu dingin. Biasanya sesibuk apapun Gavin, ketika dia bersikap manja padanya, pasti Gavin akan meresponnya dengan begitu begitu romantis. Tapi sekarang Gavin terlihat begitu saja bahkan mengacuhkannya. Sikapnya seolah membenarkan kalau dia telah melakukan perselingkuhan dengan Cheryl.
"Semua ini pasti gara-gara, Cheryl!" gerutu Diandra.
***
Keesokan Harinya...
Cheryl tampak mengawasi keadaan sekitar sebelum masuk ke dalam mobil Gavin yang sudah berhenti di depannya. Saat dia baru memasuki mobil itu, tiba-tiba tubuh Gavin sudah mendekat ke arahnya lalu melummat bibirnya begitu saja.
Cheryl yang mendapat ciuman mendadak dari Gavin hanya bisa pasrah dan membalas ciuman Gavin yang begitu bergairah, hingga ciuman itu terhenti takkala mereka sudah kehabisan napas.
"Om, kau mengagetkanku saja!" protes Cheryl.
"Tapi kau suka kan sayang?" kekeh Gavin.
"Bagaimana kalau ada yang lihat?"
"Memangnya kenapa? Kau calon istriku!"
"Om masih punya Tante Diandra."
"Tapi aku sudah tidak peduli lagi padanya, sama seperti dia yang tidak pernah mempedulikan aku. Aku kangen Cheryl."
"Jadi itu alasannya Om memaksa untuk menjemputku?"
Gavin menganggukan kepalanya. "Ya, tadi malam kita belum sempat bermesraan tapi Diandra sudah pulang. Dan saat ini Diandra juga ada di rumah, jadi lebih baik kita mencari tempat lain untuk bermesraan, aku sangat merindukanmu."
"Memangnya kita mau kemana?"
"Hotel," jawab Gavin, tanpa rasa berdosa sambil mengendarai mobilnya.
"OM!" protes Cheryl, sebenarnya dia begitu enggan. Tapi pada akhirnya, dia tidak bisa menolak permintaan Gavin.
Beberapa saat kemudian, mereka pun sudah sampai di hotel. Gavin dan Cheryl turun dengan mengenakan masker dan kaca mata hitam seperti yang biasa mereka lakukan. Namun, meskipun wajah keduanya sudah sedikit tertutup, tak mengurangi keyakinan seorang wanita yang saat ini sedang mengamati gerak-gerik mereka.
"Ini tidak boleh dibiarkan, Mas Gavin tidak boleh melanjutkan hubungannya dengan Cheryl. Hanya boleh ada aku yang ada di dalam hatinya, tidak boleh ada orang lain, apalagi keponakanku itu! Mari kita mulai peperangan ini, Cheryl."