Dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang raja.
Namun jiwa seorang pemimpin sudah melekat sejak kecil dalam dirinya. Dan darah seorang raja mengalir dalam tubuhnya.
Carlos, seorang pemuda yang menjadi pewaris dan penerus dari kakek moyangnya Atalarik attar.
Namun tidak semudah seperti apa yang dibayangkan, rintangan demi rintangan harus ia hadapi. Mampukah Carlos menghadapinya?
Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini hanya fiksi belaka tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Carlos dan Diyan pun dibuang begitu saja di suatu tempat yang sepi. Dan juga tempat itu cukup jauh dari kota dan disekelilingnya hanya hutan belantara.
"Ayo kita pergi, biarkan mereka dimakan hewan buas," ucap salah satu dari mereka.
Merekapun pergi setelah membuang Carlos dan Diyan ke tebing yang tidak terlalu dalam. Carlos dan Diyan dibiarkan begitu saja.
Sementara di tempat lain ...
Prang...! Piring tiba-tiba jatuh dari tangan Carlina. Carlina tertegun sejenak lalu memeriksa tangannya ternyata tidak licin.
Perasaannya mulai tidak enak, ia segera menghubungi Carla. Namun Carla tidak menjawab karena ia sedang merawat pasien dan ponselnya tertinggal di ruangannya.
Lalu Carlina menghubungi suaminya, suaminya juga sedang ada rapat. Jadi Arthur tidak bisa menjawab panggilan tersebut.
"Pada kemana sih? Disaat seperti ini tidak ada satupun yang menjawab panggilanku," gerutu Carlina.
"Nyonya, biar aku bereskan," pinta pelayan.
"Baik Bik, oya Bik, aku mau ke perusahaan suamiku," ucap Carlina.
Pelayan pun mengangguk, Carlina yang tadinya ingin memasak pun tidak jadi. Ia bergegas menyambar kunci mobil sembarangan.
Lalu dengan cepat keluar untuk menyusul suaminya di kantor. Sungguh, hatinya benar-benar tidak tenang saat ini. Pikirannya selalu tertuju kepada Carlos.
Dengan kecepatan tinggi iapun menyetir mobilnya. Tidak perduli umpatan pengendara lain.
Hingga akhirnya Carlina tiba di gedung perusahaan milik suaminya. Carlina berjalan cepat menuju lift tanpa menghiraukan sapaan dari resepsionis.
"Nyonya!" panggil resepsionis saat Carlina hendak masuk kedalam lift.
"Ya, ada apa?" tanya Carlina. Karena sedikit panik ucapan Carlina pun menjadi ketus. Biasanya lembut dan sopan.
"Tuan sedang meeting, sekarang belum selesai," jawab resepsionis.
"Baik terima kasih," ujar Carlina berubah lembut.
Pintu lift tertutup setelah Carlina masuk. Ia langsung menuju ruang meeting. Tidak perduli suaminya sibuk atau apa?
"Suamiku." Carlina langsung menghampiri Arthur. Arthur pun menghentikan meeting nya.
"Ada apa sayang? Kenapa terlihat panik?" tanya Arthur.
"Aku punya firasat tidak baik, jangan-jangan sudah terjadi sesuatu pada Carlos," jawab Carlina.
"Tenang sayang, tenang. Mungkin hanya perasaan mu saja, karena kamu terlalu khawatir dengan anak kita," ucap Arthur.
"Suamiku, aku seorang ibu, aku dapat merasakan sesuatu yang terjadi pada Carlos," ujar Carlina. Kemudian ia menangis dalam pelukan Arthur.
Arthur pun menenangkan istrinya dan meminta mereka semua untuk bubar. Dan akan dilanjutkan nanti.
Arthur pun membawa istrinya pulang. Tapi sebelum itu Arthur menghubungi Carla dan memintanya untuk pulang.
"Ada apa Pa?" tanya Carla melalui telepon.
"Pulang dulu, papa ada yang ingin dibicarakan dan tidak bisa lewat telepon," jawab Arthur.
Carla pun mengiyakan lalu menutup teleponnya secara sepihak. Bahkan untuk mengucapkan salam ia sampai lupa.
Arthur meminta asistennya untuk menghandle pekerjaan. Karena ia ada perlu sedikit yang akan diurus.
"Bagaimana dengan mobilku?" tanya Carlina saat mereka sudah di parkiran.
"Tinggal saja sayang, nanti penjaga membawanya," jawab Arthur.
Tidak lupa Arthur memberitahu mama dan papanya, mendengar hal itu Lina dan Randy juga ikut cemas dan bergegas ke rumah Arthur.
Kini mereka sudah berkumpul di ruang tamu. Arthur sengaja tidak memberitahu yang lain terlebih dahulu.
"Apa benar terjadi hal buruk pada Carlos?" tanya Lina.
"Belum pasti Ma, ini hanya firasat Carlina saja," jawab Arthur.
Carla teringat pesan yang dikirim oleh Carlos, seakan sudah memberi pertanda bahwa akan terjadi sesuatu. Ditambah lagi firasat sang mama.
"Pa, tadi Carlos mengirim pesan kepadaku," ucap Carla.
Arthur, Lina, Randy dan Carlina membaca pesan tersebut. Kemudian mereka saling pandang.
"Sayang, coba retas cctv tempat mereka menginap. Jangan-jangan sudah terjadi sesuatu kepada mereka," kata Lina.
"Baik Oma," ujar Carla.
Carla pun mulai meretas cctv hotel tempat Carlos menginap. Carlos sudah memberitahu nama hotel tersebut sehingga dengan mudah Carla meretas nya.
Terlihat Carlos dan Diyan keluar menggunakan taksi. Kemudian Carla meretas cctv jalan untuk mengikuti taksi tersebut.
Dan terlihat Carlos dan Diyan masuk kedalam istana, namun didalam, Carla tidak bisa meretas nya lagi karena tidak ada cctv.
Terakhir hanya sampai disini Pa," kata Carla. "Sejak mereka masuk tidak keluar lagi, aku curiga mereka ditangkap atau mungkin di bunuh," imbuh Carla.
Mendengar hal itu Carlina semakin menangis. Ia tidak menyangka jika putranya akan berakhir tragis.
"Carlos, kalau tahu begini aku tidak akan mengizinkan kamu Nak," ucap Carlina lirih.
"Kita tidak bisa mengambil kesimpulan seperti itu. Bisa saja mereka diterima dengan baik," ujar Randy menghibur menantunya.
"Aku akan menyusulnya ke sana Pa, Ma," kata Carla.
"Iya sayang, tapi kamu jangan pergi sendiri," ujar Lina.
"Pasti Oma, aku akan mengajak dua atau tiga orang untuk kesana. Sekalian menyelidiki Carlos dan Diyan," kata Carla.
Carla menghubungi Axelle dan Keenan dan juga Virendra untuk ikut dengannya. Dan merekapun tidak keberatan.
Mereka akan berangkat hari ini juga dengan menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Henderson.
Di tempat Carlos ...
Seorang gadis sedang berburu kelinci dengan panah ditangannya mengendap-endap mengintai hewan buruannya.
Gadis itu belum menyadari jika ada dua sosok yang sedang tergeletak di tanah. Kelinci itu melompat-lompat mendekati tubuh Carlos dan Diyan.
"Dapat kau, kali ini aku akan makan daging kelinci," gumam gadis itu.
Gadis itu membidik anak panahnya kearah kelinci. Namun saat ingin melepaskan anak panah tersebut, matanya menangkap sesuatu.
Karena penasaran iapun mendekatinya. Alangkah terkejutnya gadis itu saat melihat dua sosok pemuda yang terkapar di tanah.
"Apa mereka mati dibunuh? Biar aku periksa," gumamnya.
Gadis itu bernama Sofia, dia tinggal bersama sang kakek. Dan rumah mereka terletak di pinggir hutan.
Sofia memeriksa nadi Carlos, kemudian memeriksa nadi Diyan. Sofia menatap wajah keduanya yang sangat tampan.
"Syukurlah masih hidup, aku harus beritahu kakek," gumamnya.
Sofia pun berlari kembali ke rumah untuk memberitahu sang kakek. Ia tidak perduli lagi dengan hewan buruannya.
"Kek, kek...!" pekiknya memanggil sang kakek.
"Ada apa? Apa dapat harimau sehingga berteriak-teriak seperti itu?" tanya sang kakek.
"Ayo kek ikut aku, aku bertemu dua orang. Mereka masih hidup kek, tapi terluka parah," ucap Sofia menarik tangan sang kakek.
"Sebentar, jangan terburu-buru," ujar sang kakek.
"Ayo kek nanti keburu mati," desak Sofia.
Akhirnya merekapun tiba ditempat Carlos dan Diyan. Pria tua itu melihat keadaan keduanya. Ada beberapa bekas luka tembak. Kemudian pria tua itu menengadah keatas.
"Sepertinya mereka sengaja dibuang dari atas tebing," batin pria tua itu.
Satu persatu mereka menggotong tubuh Carlos dan Diyan. Hingga sampai juga ke rumah mereka.
"Siapkan perlengkapannya, kakek akan menolong keduanya. Jika terlambat mereka pasti akan mati," ucap sang kakek.
"Baik kek," jawab Sofia.
Sofia pun menyiapkan peralatan yang ada untuk membuang peluru ditubuh keduanya. Pertama Carlos dan setelah itu baru Diyan.
Saat pria itu membuka pakaian Carlos, sesuatu terjatuh dari saku jasnya. Pria tua itu tertegun memandangi lambang kerajaan negara ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Anggap saja ini Carlos ya.
mending perang apa bunuh²an aja .. wkkwkw