"Aku hamil."
Savanna yang mendengar sahabatnya hamil pun terkejut, dia menatap sahabatnya dengan tatapan tak percaya.
"Dengan Darren , maaf Savanna."
"Nadia, kalian ...." Savanna membekap mulutnya sendiri, rasanya dunianya runtuh saat itu juga. Dimana Darren merupakan kekasihnya sekaligus calon suaminya telah menghamili sahabatnya.
***
"Pergi, nikahi dia. Anggap saja kita gak pernah kenal, aku ... anggap aku gak pernah ada di hidup kalian."
Sejak saat itu, Savanna memilih pergi keluar kota. Hingga, 6 tahun kemudian Savanna kembali lagi ke kota kelahirannya dan dia bertemu dengan seorang bocah yang duduk di pinggir jalan sedang menangis sambil mengoceh.
"Daddy lupa maca cama dedek hiks ... dedek di tindal, nda betul itu hiks ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Darren bertanya tentang sapu tangan
Larut malam, Darren kembali ke rumahnya. Wajahnya terlihat sangat lelah, dirinya terlalu sibuk bekerja hingga lupa waktu.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, dirinya berniat akan segera tidur. Namun, netranya melirik ke arah kamar putra kembarnya. Langkahnya terhenti, mendadak hatinya tergerak ingin masuk untuk melihat anak-anaknya.
Cklek!
Benar saha, Darren masuk ke kamar putra kembarnya. Kamar dengan nuansa biru laut dengan motif planet ciri khas anak-anak, di tengah kamar terdapat ranjang king size tempat tidur kedua putra kembarnya.
Perlahan, Darren melangkah mendekati mereka. Di tatapnya dengan seksama wajah kedua anak kembarnya yang cenderung mirip dengannya.
Darren duduk di tepi kasur, tepat di sebelah Gabriel. Dia mengamati putra sulungnya yang selalu tidur dengan memeluk buku, begitu sukanya putranya dengan buku. Bahkan sama membawanya tidur.
"Dia selalu membaca buku, tiada hari tanpa buku." Lirih Darren.
Daddy dari si kembar itu mengambil buku yang berada di pelukan Gabriel, dia meletakkan di atas nakas dan setelahnya beralih menarik menarik selimut putranya yang sedikit turun.
Cup!
"Good night sayang," ujar Darren setelah mencium kening putranya dengan sayang.
Tatapan Darren beralih pada si bungsu, berbeda dengan Gabriel. Gibran tidur sedikit lasak, bahkan kakinya sudah keluar dari selimut dan menindih sang kembaran.
Darren menggelengkan kepalanya, dia beranjak memutari ranjang dan membenarkan posisi tidur Gibran.
Saat membenarkan posisi putranya, netra Darren menangkap sebuah kain yabg putranya pegang erat.
"APa ini?" Gumam Darren.
Darren mengambil kain itu, tetapi cengkraman putranya begitu erat. Dia sampai heran, putranya itu tertidur tetapi mengapa sangat sulit benda itu di ambil olehnya.
Tak kehabisan akal, Darren beranjak mendekati meja khusus putranya. Di sana sudah terdapat stok susu bubuk dan juga termos air panas, dia membuat susu untuk putra bungsunya itu.
Darren mengocok botol susu, dia kembali mendekat pada Gibran dan mencoba memasukkan ujung dot susu pada mulut putranya.
"Eum ...." Gibran mulai meminumnya, bahkan dia sampai melepas kain itu untuk memegang botol susunya.
Rencana Darren berhasil, dia melepaskan botol yang sudah di pegang putranya dan beralih mengambil kain yang sedari tadi di genggam erat oleh Gibran.
"Sapu tangan?" Batin Darren.
Tak sengaja Darren mencium aroma yang sangat familiar, dia mengendus sapu tangan itu. Masih terdapat aroma parfum, parfum yang sangat dia hafal hingga saat ini.
"Ini ... wangi Vanilla, wangi Savanna." Gumam Darren.
"Dari mana Gibran mendapat sapu tangan ini?"
Darren melirik putranya, botol susu itu sudah hampir habis. Segera Darren menaruh kembali sapu tangan itu dan mencium kening Gibran sebelum memutuskan untuk keluar dari sana.
Benar saja, setelah susu itu habis Gibran terbangun. Dia melihat botol susunya dan menjauhkan nya dari mulutnya.
"Eum ... capu tanganna mana?" Gumam Gibran.
Gibran melihat sapu tangan kesayangannya berada di sebelah bantalnya, dia oun mengambilnya dan menggenggam erat sapu tangan itu seolah takut kehilangan.Tak lama, anak manis itu kembali terlelap.
***
Tap!
Tap!
Tao!
Seorang wanita berpakaian seragam baby sitter tengah berjalan ke arah kamar si kembar, wajahnya terlihat sangat kesal.
"Awas saja, jam segini masih juga belum bangun. Aku akan cubit pipinya." Gerutu wanita itu.
Cklek!
Wanita itu begitu terkejut saat melihat Gibran yang sudah siap dengan pakaian sekolahnya, tampak kedua anak kembar itu terkejut saat melihat baby sitter mereka.
"Abang." Cicit Gibran, segera bersembunyi di belakang tubuh sang abang.
"Jangan sakiti adikku, kali ini dia bangun sendiri dan tidak rewel." Ujar Gabriel sambil memeluk adiknya.
Tampaknya baby sitter itu mengangkat satu sudut bibirnya, dia menutup pintu dan berjalan mendekati dua G yang sedang ketakutan.
"Begini dong! jadi saya gak perlu repot-repot membangun kan anak cengeng seperti dia!" Bentaknya.
Gibran tak seperti Gabriel, anak itu sulit di bangunkan. Bahkan Gabriel yang sudah teriak pun Gibran tak bangun juga, tetapi entah mengapa pagi ini Gibran tampak bersemangat.
Gabriel bersyukur, karena hari ini adiknya tam mendapati cubitan atau bentakan dari baby sitter mereka.
"Saya peringat kan kembali, jangan lapor apapun sama daddy kalian. Ingat! jika kalian mengadu maka akan ku cubit kalian habis-habisan!" Ancamnya sambil menunjuk ke arah wajah Gabriel.
Mereka mengangguk patuh, takut dengan ancaman wanita itu. Mungkin orang dewasa berpikir, kenapa tidak mengadu saja? toh dia akan di keluarkan? Namun, mereka hanyalah anak kecil. Jika di ancam akan takut dan menjadi menurut karena paksaan. Yang dia pikirkan, terpenting dirinya aman. Pikiran mereka masih polos, hatinya pun bersih.
"Bagus! ke ruang makan sekarang!" Titahnya dan berlaku begitu saja.
Gibran melepas pelukannya, dia menatap ke arah pintu yang terbuka. Wajahnya masih terlihat ketakutan.
"Dedek takut." Lirih Gibran.
"Mulai besok, jangan memancing amarahnya. Jangan sulit jika abang bangunkan, jika dia yang bangunkan akan banyak lagi luka biru di paha mu." Titah Gabriel.
Gibran mengangguk cepat, tapi entahlah besok dia akan cepat bangun atau tidak.
Sementara di meja makan, Darren sedikit merasa ada yang aneh. Tak seperti biasanya, pagi ini benar-benar sunyi.
"Tumben sekali Gibran tidak rewel, biasanya pagi selalu ribut dengan suara tangis dia." Gumam Darren.
Tak lama, terdengar langkah kaki dari arah tangga. Muncullah kedua putra kembarnya yang sudah rapih bahkan dengan tas di bahunya.
"Tumben kamu tidak menangis," ujar Darren pada Gibran yang akan menarik kursi.
"Daddy ini aneh, dedek nanis di malahi. Dedek nda nanis di helanin, pucing pala dedek. Nda tau mana yang betul." Kesal Gibran.
Gabriel hanya diam, dia duduk di meja makan sambil membaca bukunya. Sedangkan Gibran, dia langsung mengambil roti dan memakannya.
"Tumben sekali, Gibran sangat aneh hari ini." Batin Darren.
Lagi-lagi Darren melihat sapu tangan yang semalam putranya bawa tidur, dia sangat penasaran sebenarnya ada apa dengan sapu tangan itu.
"Gibran." Panggil Darren.
"Heum?"
"Ekhem, daddy mau tanya. Itu, sapu tangan milik siapa?" Tanya Darren dengan mata yang melirik sapu tangan itu.
Gibran menyembunyikan sapu tangan itu, dia menggeleng dan hal itu membuat Darren kesal. Tak biasanya Gibran seperti itu, itulah yang membuat Darren merasa penasaran.
"Dedek, daddy tanya itu sapu tangan punya siapa?" Tanya Darren dengan lembut, mencoba membujuk putranya.
"Puna pacal dedek, daddy janan lihat. Nanti daddy cuka," ujar Gibran.
Darren menghela nafas sabar, dia yakin putranya hanya berbicara melantur. Sebab, anak seusia Gibran masih tidak paham soal pacar.
"Itu sapu tangan milik guru baru kami, katanya adek guru baru itu yang menemaninya Saat daddy lupa menjemputnya lusa kemarin." Sahut Gabriel tanpa mengalih pandangannya dari buku yang ia baca.
"ABANG! EMBEL BANGET CIH MULUTNA!! NDA BETUL ITU!!!" Sewot Gibran.
Darren mengangguk mengerti, dia beralih menatap Gibran yang masih menatap tajam sang kembaran.
"Ooohh dari guru tersayang ceritanya." Ledek Darren.
"Daddy." Cicit Gibran dengan senyum malu-malu.
"Ya, dia guru baru yang sangat cantik. Wajahnya tidak asing, tapi aku kupa pernah lihat dimana. Pokoknya, dia guru yang baik dan lembut." Celetuk Gabriel.
"Oh ya? siapa namanya?" Seru Darren merasa tertarik.
_________
Maaf yah kawan, kali ini up satu🤧🤧🤧 sibuk banget aku hari ini. Biasalah, hari senin💆♀️💆♀️💆♀️. Tapi tenang kok, kalau besok waktunya lebih longgar aku up 3 yah🥰🥰🥰 untuk menggantikan hari ini.