Ellara, gadis 17 tahun yang ceria dan penuh impian, hidup dalam keluarga yang retak. Perselingkuhan ayahnya seperti bom yang meledakkan kehidupan mereka. Ibunya, yang selama ini menjadi pendamping setia, terkena gangguan mental karena pengkhianatan sang suami bertahun tahun dan memerlukan perawatan.
Ellara merasa kesepian, sakit, dan kehilangan arah. Dia berubah menjadi gadis nakal, mencari perhatian dengan cara-cara tidak konvensional: membolos sekolah, berdebat dengan guru, dan melakukan aksi protes juga suka keluyuran balap liar. Namun, di balik kesan bebasnya, dia menyembunyikan luka yang terus membara.
Dia kuat, dia tegar, dia tidak punya beban sama sekali. itu yang orang pikirkan tentangnya. Namun tidak ada yang tahu luka Ellara sedalam apa, karena gadis cantik itu sangat pandai menyembunyikan luka.
Akankah Ellara menemukan kekuatan untuk menghadapi kenyataan? Akankah dia menemukan jalan keluar dari kesakitan dan kehilangan?
follow ig: h_berkarya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Weekend~~
“Nona mau apa?” tanya Bibi Lastri ketika melihat Ellara yang datang ke dapur. Jarang jarang gadis itu pergi ke dapur, biasanya hanya sampai di meja makan.
Hari ini weekend, Ellara baru saja turun dari kamarnya.
“Aku mau buat jus Bi” jawab gadis cantik itu. Mendengar hal itu, Bibi Lastri tentu saja merasa aneh. Begitu pula dengan bibi Ima yang saat ini sibuk membuat makanan.
“Nona, kan bisa minta bantuan bibi,” ujar wanita tua itu, dia tidak membiarkan Ellara untuk membuat jusnya sendiri. Ellara hanya tersenyum tipis.
“Aku lagi pengen buat jus sendiri Bibi,” jawabnya sambil mengambil gelas. Menyiapkan semua yang dia perlukan. Pagi ini, Ellara menyiapkan apel dan strawberry sebagai buahnya.
Di tengah kesibukannya di hari weekend, Melody juga datang ke dapur. Entah kenapa, satu minggu ini gadis cantik itu selalu ingin berdekatan dengan Ellara. Cukup sulit sebenarnya, karena Ellara yang jarang sekali di rumah, membuat Melody kesusahan untuk mengakrabkan diri dengan kakaknya itu.
“Selamat pagi kak Ellara,” sapanya dengan suara lembut syok akrab. Ellara menoleh, tersenyum tipis.
Melihat senyum manis itu, Melody tertegun. Pertama dan mungkin ini adalah hal yang akan dia lihat untuk terakhir kalinya. Bagaimana senyum indah Ellara menyambut sapaannya. Saat tersenyum, wajah cantik itu semakin terlihat mempesona berkali lipat.
“Selamat pagi Melody,” jawab Ellara. Melody semakin di buat heran setengah mati. Kembali lagi, ini adalah hal langka. Bukan hanya Melody yang berdiri mematung sambil menatap heran, para pelayan yang sejak tadi berada di sana kembali di buat melongo dengan tingkah aneh Ellara pagi ini.
“entah apa yang akan terjadi setelah ini, aku merasakan hawa yang kurang enak” batin Bibi Lastri.
Hal langka, bahkan sudah hampir satu minggu mereka tinggal di atap yang sama, selama ini Melody selalu berpapasan dengan Ellara, tapi gadis itu menutup diri untuk berakrab dengannya. Bagi Ellara, Melody adalah musuhnya.
“Apa dia kerasukan?” suara hati Melody berperang. Antara percaya dan tidak percaya Ellara balas menyapanya.
Tidak mau ambil pusing, Melody mengambil kesempatan langka itu untuk semakin akrab.
“kakak lagi buat apa itu?” tanya Melody, dia mendekat ke arah Ellara dengan gelas berisi air putih di tangannya.
“Aku lagi buat jus strawberry, kamu mau?” tawar Ellara dengan suara pelan.
Gleggggg
Melody menelan air itu dengan paksa. Jika saja tidak bisa mengendalikan diri, mungkin Melody sudah tersedak mendengar itu. Di tawari jus? Wuah suatu peningkatan yang luar biasa.
“Apakah akan ada gerhana matahari? Ataukah dunia terbalik? Atau mungkin akan terjadi peristiwa bangkitnya semua orang yang telah terkubur?” Melody kembali berperang dengan pikirannya. Entah harus senang atau takut, dia was was dengan tawaran Ellara barusan.
“Kalau nggak mau juga nggak apa apa, aku hanya menawarkan!” sebelum Melody menjawab, Ellara kembali bersuara.
“Boleh kak, kakak buat jus apa?”
“Haiss, kan sudah aku bilang tadi, aku buat jus strawberry. Tuli ya?” hanya sedikit kesabarannya, dia kembali ngegas kala Melody bertanya memastikan.
“Oh iya, maaf kak. Boleh deh, samain aja dengan kak Ellara ya” Ellara mengangguk cepat, kemudian kembali fokus dengan pekerjaannya. Sementara itu, Melody duduk diam di meja makan. Dia juga tengah menunggu kedua orang tuannya yang belum turun makan.
.
.
.
Di sisi lain, Ellara sudah menyiapkan dua jus strawberry. Tiga sebenarnya, satu lagi Ellara masih menyimpannya di dapur.
Bibi Lastri yang melihat satu gelas jus di dapur itu mengangguk paham. Apalagi bubuk cabe yang terlihat di sana, belum di rapikan. Gegas, wanita tua itu mengembalikan bubuk cabe ke tempat penyimpanannya, agar nanti tidak ada curiga sama sekali.
Salah memang, tapi wanita tua itu akan selalu ada di pihak Ellara, walau gadis itu terkadang berbuat di luar nalar.
“Ini jus nya Nona muda..” ujar Ellara sembari menyerahkan satu gelas jus ke Melody. Dengan senang hati Melody menerimanya. Dia mendongak, tersenyum ke arah Ellara.
Dia pikir perlahan gadis cantik di depannya akan membutuhkan teman, dan teman yang baik adalah saudara sendiri bukan? Pikir Melody terlampau positif.
Dia juga tidak menaruh curiga sama sekali dengan kebaikan Ellara pagi ini. Melihat Ellara yang meminum jus buatannya dengan santai, membuat Melody tergiur untuk mencoba. Dari ekspresi Ellara, kelihatannya sangat enak.
Tanpa menunggu lebih lama, Melody meneguk jus itu, dan_____
“Mamaaaaaa, pedasssss. Air___ aku butuh air, tolonggg....” teriak Melody menggema di meja makan. Dia berdiri dari kursi, berlari ke kulkas untuk mencari air dingin. Tangannya tak berhenti mengibas lidah yang terasa amat panas. Wajahnya memerah, air matanya tergenang karena menahan rasa pedas yang kian menggelora. Entah beberapa sendok bubuk cabe yang Ellara campurkan dalam minumannya, ini terlihat sangat pedas luar biasa.
Saat Melody berlari untuk mengambil air dingin, Bibi Lastri yang mengerti pekerjaan lanjutannya, langsung membawa gelas jus yang tertinggal di dapur tadi, menukarnya dengan punya Melody.
Teriakan Melody sampai juga di kamar atas. Dua tetua itu berlari cepat menuruni anak tangga, pergi ke meja makan.
“kamu kenapa Melody?” Ellara dengan wajah yang terlihat panik menghampiri Melody. Gadis itu menatap Ellara tajam.
“kenapa? Apa yang terjadi? Melody, kamu kenapa sayang?” papa Morgan berlari mendekati putrinya itu. Tangisan Melody semakin kencang. Bukan karena berdrama seperti Ellara, tapi gadis itu menangis sungguhan lantaran pedas yang masih belum menghilang.
Lidahnya seolah terbakar dan mati rasa, keringat menguncur di sertai air mata.
“jus, jus itu pedas... tolong, ini sangat pedas, huhuhuhu” jawab Melody dengan suara pelan dan lirih. Baik mama Luna dan Papa Morgan melihat jus yang ada di meja makan.
“pedas? Siapa yang buatkan jus untuk Melody, pelayan!!!!” panggil papa Morgan dengan suara keras.
“Aku, aku yang buatkan jus untuk Melody. Tapi punyaku nggak pedas, kok bisa ya?” Ellara menjawab dengan nada rendah. Raut wajahnya masih menampilkan wajah cemas terhadap Melody.
“Ellara!!! Apa yang kamu campurkan di jus Melody?” bentak papa Morgan. Dia membopong tubuh Melody ke kursi.
“aku tidak campur apa apa, coba saja!” jawab Ellara dengan suara yang tidak kalah tinggi.
Papa Morgan spontan mencoba minuman Melody.
“Iya, ini nggak pedas” ujar pria itu kebingungan. Entah siapa yang harus dia percaya, tapi melihat wajah Melody yang memerah, membuat pria itu heran sendiri.
...----------------...
“Mas, kamu jangan bela dia dong. Mana ada Melody sampai teriak histeris begini kalau itu nggak pedas? Asal kamu tahu ya mas, Melody itu tidak boleh makan pedas, apalagi minuman!” teriak Mama Luna nyalang. Dia tidak percaya dengan respon suaminya yang terkesan membela perbuatan Ellara.
“Tapi, ini benaran nggak pedas Luna. Kamu coba saja, sini!” melihat itu, Mama Luna menyicip jus itu juga. Dia memicingkan matanya, memperhatikan Melody lamat lamat.
“Sayang, kamu tidak sedang berdrama kan?” tanya wanita itu. Melody kembali menangis, dia melirik ke arah Ellara. Gadis itu sedang menampilkan wajah sendunya, seolah dia tidak melakukan apapun dan menjadi korban disini.
Melody muak, muak sekali melihat wajah itu. Menyesal juga dia menerima tawaran Ellara tadi. Ternyata gadis di depannya sangat cerdik. Dia pandai berdrama.
“Melody, kamu sengaja kan? Kamu sengaja buat seperti itu agar aku terkesan buruk di mata dia..” wajahnya menatap sendu dengan jari telunjuknya menunjuk ke papa Morgan.
“Aku sudah baik menerima kalian di rumah ini. Aku lapangkan dada untuk menerima walau berat, tapi jika begini, sepertinya aku tidak bisa tinggal diam!! Brakkk!” dia meletakkan gelas jus yang memang sudah habis dengan kasar di meja. Dia tidak ikut makan bersama, kembali ke kamarnya dengan langkah cepat.
Melody yang terpojok, hanya bisa diam dan menatap kepergian Ellara. Entah apa yang ada di pikirannya, Melody menggeleng pelan setelahnya.
Dia juga tidak ikut makan, hanya meminum air dingin sejak tadi, untuk menawarkan rasa pedas yang masih ada dalam lidahnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...