SEMUA GARA-GARA PARIJI
Ini Novel harusnya horor, tapi kenapa malah komedi, saya yang nulis juga bingung, tapi pasti hororlah.
KOK dengan huruf yang terbalik, ya semua serba terbalik di dalam novel ini, tidak ada yang sesuai dengan semestinya, dan jangan berpikir dengan nalar, karena nggak akan masuk di otak kita.
Jangan dipikir dengan otak normal, karena akan bikin kram otak.
kebalikan adalah keasikan, ingat baliklah hidup kalian agar mengalami sesuatu yang luar biasa!
KOK,
Kalok dibilang time travel kok rasanya nggak jugak, tapi ada yang hilang dan bertambah di dalam diriku.
KOK gini rasanya, KOK aku ada disini, KOK aku diginiin, KOK aku harus ada di sini, KOK sakit gini, KOK KOK KOK KOK semua harus KOK.
Jangan takot, gitu kata orang yang aku temui, tapi KOK rasanya takot tapi enak dan menyenangkan..
Itulah KOK yang dibalik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Bashi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. KOOOOK!!!
Aku nggak mau keadaan tambah koyok gini, lebih baik aku iyakan aja ajakan Jum untuk jalan-jalan,dari pada disini dia nanti tambah mupeng.
“Ayo mbak Jum, ajak saya jalan-jalan di sekitar sini, tunjukan tempat-tempat yang aduhai dong. Oh iya tadi si WIldan sempat mau nunjukin saya tempat yang katanya sesuai dengan selera kami mbak, tapi nggak jadi gara-gara tadi tole saya kumat mbak”
Jum hanya diam, koyoke dia sedang memikirkan sesuatu, atau bisa juga dia sedang mencerna apa yang barusan aku katakan.
Pokoknya untuk saat ini aku merasa ada yang nggak beres sama si Jum ini, ada sesuatu yang sedang dia sembunyikan dari aku.
“Eh Jum mau lihat pakaian mas Pariji yang basah dulu ya, semoga udah kering mas”
Jum pergi ke bagian belakang warungnya, bagian belakang warung ini yang tadi terlihat dari bawah sungai. Sungai itu ada di bawah, jadi kayak semacam jurang gitu.
“Mas Pariji, pakaiannya sudah kering ini, itu tolenya mas Pariji kalau bisa disembunyikan aja di masukan ke salah satu lubang celana mas, kan celananya itu kedodoran”
Selesai dengan urusan pakaian, dan mbak Jum juga menutup warungnya, Jum ini bener-bener mirip artis Ariel Tatum, bibirnya itu lho yang sangat mirip, teros bagian dadanya juga yah miriplah. Jangan-jangan Ariel Tatum itu titisan dari mbak Jum.
“Kita ke arah sungai aja ya mas, siang-siang gini biasanya agak ramai disana”
“Emang ada apa disana mbak?”
“Cuma pemandangan aja kok mas, tapi kalau pagi lebih asik, tadi kan mas WIldan mau ngajak liat sesuatu, ya seharusnya pagi aja ke sananya hehehe”
Sepanjang perjalanan ke sungai, yang aku temui hanya perempuan saja, dan rata-rata setengah baya, untuk saat ini aku nggak nemuin anak kecil sama sekali.
Ternyata sungai yang ditunjuk mbak Jum itu jauh juga dari warungnya, memang pemandangan disini indah, karena sungai ini selain jernih juga seberangnya itu adalah persawahan, sungai dengan banyak batu besar ini sangat dangkal sehingga banyak ibu-ibu yang mencuci baju.
“Kok nyucinya siang hari gini mbak Jum, bukanya nyuci baju itu pagi hari?”
“Hehehe enak siang hari gini mas, jadi langsung dijemur, kalau pagi hari disini banyak orang mandi”
“Oh iya mbak, kenapa kok dari tadi saya nggak liat penduduk laki-laki disini?”
“Sebenarnya banyak mas, eh malah yang lakik itu lebih banyak dari pada yang perempuan, mas Parijik aja yang nggak liat mas”
Kami nggak lama di pinggir sungai, karena langit mulai mendung, dan mendung itu datang tiba-tiba, sangat gelap. Orang yang tadi pada nyuci baju buru-buru pulang ke rumah masing-masing.
Begitu juga aku dan mbak Jum…..
“Mas Parijik, kita pulang ke rumah Jum aja ya, dari pada di warung mas”
“Bukanya nanti mas WIldan jemput saya di warung sana mbak?”
“Kalau keadaan mendung gelap gini lebih baik ke rumah Jum aja mas, itu disana ada jembatan, nah rumah Jum ada di balik pohon-pohon yang disana itu mas” tunjuk Jum pada jembatan yang agak jauh dari sini
“Kita ke rumah Jum aja mas karena Jaraknya lebih jauh ke warung dari pada ke rumah Jum mas”
Akhirnya aku setuju untuk ke rumah Jum, karena hujan mulai turun, aku dan Jum setengah berlari ke arah jembatan yang tadi ditunjuk oleh dia.
Pakaianku basah lagi terkena hujan, dan aku yakin sewek dan pakaiannya juga dalam keadaan basah kuyub. Sekitar sepuluh setelah menyeberang jembatan yang terbuat dari bambu, akhirnya terlihat sebuah rumah di antara pepohonan.
“Ayo masuk mas” kata Jum kemudian membuka pagar bambu rumahnya
“Eh mbak Jum tinggal disini sendirian?”
“Ialah mas…. Nggak ada siapa-siapa”
Aneh juga, seorang perempuan tinggal sendirian di rumah yang agak jauh dari penduduk desa, tapi mbuhlah.
Didalam rumah ini gelap, tetapi nggak lama kemudian Jum menyalakan lampu teplok, cahaya api dari lampu cukup menerangi keadaan rumah ini.
Keadaan rumah yang hampir sama dengan yang dimiliki si Wildan, hanya saja yang disini lebih bersih, lebih tertata daripada rumah Wildan
“Apa aman disini mbak Jum?”
“Jum jamin lebih aman dari pada di desa sana mas. Eh sebaiknya mas Parijik ganti baju dulu, sebentar Jum ambilkan baju dulu mas”
Lhooo kok diambilkan baju…. Apa Jum ini punya baju lakik, apa dia punya suami, atau ah pusing!
Nggak lama Jum keluar dari dalam kamarnya, dia sudah berganti pakaian sejenis daster panjang, rambutnya diurai karena basah akibat air hujan, dia membawa satu stel pakaian dan handuk untukku.
Di remang cahaya lampu, Jum terlihat nampak cantik dan natural, dia tersenyum kepadaku.
“Nggak usah tanya ini pakaian apa dan milik siapa ya mas Parijik, yang penting mas Parijik punya pakaian untuk ganti agar tidak masuk angin”
Diantara gemuruh geluduk dan derasnya hujan, aku manut saja ketika Jum melepaskan pakaianku, kemudian dia mengeringkan tubuh dan kuntilaku dengan handuk yang sudah dia sediakan juga.
Dia profesional, dia nggak ngapa-ngapain aku, setelah mengeringkan tubuhku dan membersihkan ujung kuntilaku….
“Nggak usah ngacung mas, jangan ngacung karena belum waktunya ngacung mas, jum kan cuma bersihkan dari kotoran aja mas” katanya dengan suara manja
Tapi namanya juga hukum alam, benda lemes kalau dipegang lawan jenis yang aduhai ya angkat tangan juga.
“Wooooo udah mas, Jum nggak mau bersihkan, gimana mau bersihkan kalau ujung kuntilanya mas lebih tinggi dari pada tinggi badan mas parijik”
“Eh maabh mbak, ini kan sudah hukum alam, eh semoga nanti bisa lemes lagi mbak”
“Gini aja mas parijik, Jum minta tolong diambilkan panci yang ada di rak atas itu, pakai kuntila mas aja buat nyangking pancinya mas. Dari pada Jum harus naik kursi segala”
Gilak kuntilaku bisa berguna disini, mulai ngambil panci di atas lemari, sebagai jemuran pakaian yang basah, kemudian yang terakhir mukul kecoak yang lewat.
Setelah selesai makan, kami duduk di kursi yang terbuat dari anyaman rotan, mbak Jum duduk di depanku, dia terus tersenyum tanpa hentinya. Dan kami seperti sepasang kekasih yang memendam rindu, tetapi belum sampai melakukan adegan yang lebih lanjut.
Untungnya Jum bisa menahan hasratnya, ketika aku pangku dia tiba-tiba berdiri dan duduk di sebelahku.
“Mas, Jum mau ngomong sesuatu, tapi mas jangan kaget ya….. Tolong biarkan Jum bicara dulu, jangan dipotong mas”
“Pertama, sebenarnya mas Parijik ini Jum selamatkan. Mas Wildan kan hanya menyuruh mas Parijik tinggal bersama Jum diwarung, bukan di rumah ini”
“Hal itu ada alasanya, nanti setelah hujan berhenti akan Jum ajak ke desa itu lagi”
“Yang kedua eghh sebenarnya sulit untuk mengatakan, tetapi nggak papa dari pada nanti mas Parijik malah takut bersama Jum”
“Eh jum ini sebenarnya lakik mas”
“APA MBAK JUM!!!!”
“Jum ini lakik mas!”
seru ,...
mimpi yang sangat panjang ya ji.... mimpi yang nggak pernah bangun-bangun...
Hendrik dalam bahaya dong....
asal nebak hhhhh😁
operasi dimana bisa nyembul gede sana sini...???🤣