Novel ini menceritakan kisah seorang Naila Shababa, santri di pondok pesantren Darunnajah yang di cap sebagai santri bar-bar karena selalu membuat ulah.
Namun, siapa sangka nyatanya Gus An, putra dari pemilik pesantren justru diam-diam menyukai tingkah Naila yang aneh-aneh.
Simak selalu di novel yang berjudul “GUS NACKAL VS SANTRI BARBAR.” Happy reading🥰🥰...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 09
“Asyik... diajar Gus An... ”
“Assalamu'alaikum... ”
“Wa'alaikum salam Gus... ” seluruh isi ruangan menjawab serempak dan sangat antusias.
“Buku pelajarannya dibuka...!!! ” ucap Gus An dengan tegas dan berwibawa. Tidak ada guratan senyum sama sekali di wajahnya.
“Kok galak sih kalau ngajar... ” bisik salah seorang murid kepada teman sebangkunya.
“Gapapa kok, meskipun galak tapi tetap ganteng juga... hihi...”
“Baca sampai nadhom terakhir...!!! dan kamu, kemana buku tulismu...? ” Gus An menunjuk Naila yang masih berdiri didepan kelas.
“Hehe... lupa Gus. Bukunya ketinggalan...”
Brak... Gus An menggebrak mejanya. Naila sangat terkejut. Begitu juga murid lainnya.
“Niat sekolah apa lihatin orang sekolah...? Buku nggak dibawa, pelajaran nggak hafal. Mau jadi apa kamu nanti...? ” bentak Gus An seketika membuat Naila menundukkan kepala. Sepertinya Gus An akan menjadi kelemahan Naila jika selama ini Dia berani mengalahkan ustadz Taufiq.
“Ini hari pertama saya masuk, jadi saya tidak ingin marah-marah dulu. Duduk...!!! ”
...****************...
Malam telah tiba. Naila tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia memutuskan untuk bangun dan mengambil air wudhu kemudian meraih mukenanya. Gini-gini Naila juga rajin sholat tahajud loh... hihi...
Selesai sholat Naila melipat mukenanya. Dia memandangi halaman Pesantren yang luas lantas menatap langit yang dipenuhi dengan hiasan Tuhan. Suara berbagai macam makhluk hidup saling bersahutan. Antara jangkrik, tikus dan dengkuran manusia bercampur menjadi satu.
Subhanallah, begitu indah ciptaanmu... Naya mendongak dan terus memuji keindahan yang ada dilangit.
Tap... tap...
Tap... tap... terdengar suara derap kaki yang begitu keras. Naila menoleh kearah sumber suara.
Orang itu lagi... pasti pencuri pakaian dal*mnya adalah mereka... Naila mengintip dari balik tembok pembatas. Jika memang mereka pelakunya Dia akan menangkap basah dan menyeret kehadapan Abi. Dan benar, dua orang itu melangkah menuju jemuran seperti kejadian sebelumnya.
“Cepetan ambil ini...!!! ” ucap salah satunya sambil melemparkan beberapa lembar bra dan cel*na dal*m.
“Sstt... jangan keras-keras...!!! suaramu melengking.”
Naila masih terus memperhatikan. Disaat orang itu akan pergi, Naila langsung meraih mukenanya dan mengikuti dibelakangnya.
“Hentikan...” teriakan Naila membuat orang itu lari dengan sekencang-kencangnya. Naila terus mengejar hingga keluar dari batas pintu belakang.
“Hei... berhenti, lawan Aku jika berani.” orang itu justru lari semakin kencang. Naila kehilangan jejak. Matanya menatap sekitar dengan tajam. Indra penglihatannya ternyata mirip dengan kelelawar.
“Nah, itu Dia...” Naila melihat seorang laki-laki yang kostumnya mirip dengan maling tadi.
“Kena kau... ” Naila menangkap lalu menarik wajah yang ditutupi dengan sarung.
“Gus... ternyata Anda Gus... nggak nyangka ya ternyata pelaku pencurian itu jenengan... huhu... saya akan adukan kepada Abi dan Umi'.”
“Hei kamu ngapain malam-malam begini jalan melewati batas pesantren...? Aku akan mengadukan kepada Abi dan Umi'.” sungut Gus An dengan nada tinggi.
“Gus, saya keluyuran malam-malam gini buat nangkap maling pencuri pakaian dalam. Bukan karena pengen jalan-jalan. Gini-gini saya juga punya aturan loh Gus... ”
“Huft... terserah kamu lah. Aku mau lanjut dulu...”
“Astaghfirullah Gus, mentang-mentang anak kiyai kecipratan banyak pahala. Pulang kuliah dari luar negeri malah jadi maling. Astaghfirullah... ”
“Hei, sembarangan kalau ngomong. Kamu sudah banyak berbuat nggak sopan hari ini. Hukumanmu saya tambah... ”
“Yang seharusnya dihukum itu Anda Gus, bukan saya...”
“Mulutmu nggak bersahabat sama sekali... ”
“Biarin yang penting saya berhasil menangkap Anda... ”
“Maksud kamu apa menangkap saya... hah...? ”
“Kan tadi Anda habis nyolong di jemuran... ”
“Markona, saya tadi melihat pencuri itu. Dan memutuskan untuk mengejarnya. Tapi urusan denganmu malah menghambat langkahku saja.”
Hah, jadi bukan Dia...?
“Awas minggir, tuh maling udah kabur jauh lagi... ”
Sesuatu yang sangat memalukan. Naila telah menuduh Gus An sebagai pencuri.
...****************...
“Cepetan larinya... kuntilanak itu mengejar kita... ”
“Tenang, dia udah nggak kelihatan Mon... ”
“Huft... akhirnya bisa bernafas juga... ”