"Saya tidak merasa terjebak dengan pernikahan ini.Kamu tau,tak ada satu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.Semua atas kehendak Tuhan.Daun yang jatuh berguguran saja atas kehendak Tuhan.Apalagi pernikahan kita ini,terjadi atas kehendak-Nya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
"Mami mau mati aja...!" Mami Rieta melepas jarum infus yang menancap pada tangannya.
"Kalian senangkan melihat mami lumpuh! Pergi...pergi semua....!" Mami Rieta histeris tak terima dengan kondisinya terkena struk pasca terjatuh di taman.
"Tenang sayang,ga ada yang senang melihat mami begini..." Papi Panca memeluk tubuh istrinya dengan erat.
"Lepaskan...mami mau mati aja,mami ga mau hidup lagi..." Kini mami Rieta menjambak-jambak rambutnya sendiri.
"Mami,jangan begini mi..kami semua sayang mami..." Galang ikut memeluk sang mami yang mulai mengamuk.Melempar bantal dan selimut yang ada di tempat tidur.Pria itu pun terlihat menangis.Hatinya terasa teriris melihat wanita yang telah melahirkannya ke dunia tampak putus asa dan rapuh.Wanita yang kesehariannya begitu kuat dan berkharisma kini tampak begitu menyedihkan.
Sabrina istri Galang yang dari tadi berdiri di pojokan pintu masuk merasa tersentuh melihat Galang begitu menyayangi maminya.Ada sesuatu yang menggelitik hatinya.Biasanya seorang pria yang sayang kepada ibunya,dia akan sayang juga terhadap istrinya." Apakah aku harus mulai menerima pernikahan ini dan mulai belajar menerima Galang sebagai suamiku...' Bathin Sabrina.
"Mami ga mau hidup lagi...mami mau mati saja...!" Kini mami Rieta memukul-mukul kakinya yang mati rasa dan tak bisa bergerak sambil menangis histeris.
Hati papi Panca begitu hancur melihat kondisi sang istri.
"Sayang,apapun yang terjadi,papi akan selalu di samping mami.Kita akan selalu bersama." Tak terasa air mata papi Panca menetes.
Mami Rieta tak menggubris apa yang di katakan suaminya.Dunianya seakan runtuh saat tau kedua kakinya lumpuh.Di pikiran wanita itu saat ini hanyalah ingin mati.
"Lepas...mami ga mau hidup lagi...pergi semua...pergi...!" Mami Rieta memukul-mukul papi Panca dan Galang yang terus memeluk tubuh wanita itu agar tak melukai dirinya sendiri.
Tiba-tiba mami Rieta menggigit tangan suaminya.
Aaakkk...! Papi Panca menjerit kesakitan namun tetap memeluk tubuh istri tercinta.
"Dokter,tolong lakukan sesuatu...!" Teriak papi Panca pada Dokter yang dari tadi diam melihat drama keluarga itu.
Dengan sigap dan cekatan Dokter di bantu sang perawat memberi suntikan penenang pada mami Rieta.
Mami Rieta mulai kelihatan tenang,lambat laun tertidur.Papi Panca memandang wajah sang istri dengan perasaan hancur.Di raihnya tangan wanita itu,di kecupnya lembut dengan berurai air mata.
Sabrina mendekat pada Galang,dan mengusap pundak pria itu dari belakang untuk menenangkan.Tanpa di duganya,Galang memeluk tubuhnya.Dan menumpahkan sisa tangisnya di pundak Sabrina.
Tubuh Sabrina seketika kaku,tak tau harus berbuat apa.Namun tak sampai hitungan menit dia mulai menikmati hangatnya pelukan Galang.Aroma maskulin tubuh pria itu membuatnya jantungnya berdebar.Tanpa sadar Sabrina membelai dan mencium rambut Galang yang terasa harum.
Sisa tangis Galang tak terdengar lagi namun pria itu tak juga mengangkat kepalanya dari pundak Sabrina.Entah mengapa nyaman rasanya berada dalam dekapan sang istri.Dia dapat mendengar detak jantung Sabrina berdebar dengan kencang seirama dengan detak jantungnya.
Sepasang suami istri itu larut dalam perasaan masing-masing.Perasaan aneh yang entah apa namanya.Hanya hati dan perasaan mereka yang tau.Yang tak dapat di diungkapkan dengan kata-kata.
Pelukan dua insan itu terurai ketika papi Panca bersuara." Hari sudah malam,sebaiknya kalian pulang saja..."
Galang dan Sabrina sama-sama salah tingkah,padahal papi Panca tak menyadari apa yang mereka lakukan.
"Kami masih mau di sini,pi.Temani papi nungguin mami." Sahut Galang masih terlihat grogi.
"Ga apa-apa,kalian pulang saja,papi mau sendiri nungguin mami." Papi Panca menatap anak dan mantunya.
Yakin sang papi tak mau di temani,Galang dan Sabrina akhirnya pulang ke rumah.
Di dalam mobil daam perjalanan pulang keduanya larut dalam pikiran masing-masing tentang pelukan tadi.
Sabrina melirik pada Galang yang sedang fokus menyetir.Baru dia menyadari ternyata Galang sangat tampan dan berkharisma.
"Aku harus bisa move on dari Erlangga.Percuma juga aku menjaga perasaan yang tak berbalas ini pada pria yang tak pernah menganggap ku sama sekali." Bathin Sabrina.
Galang pun berpikiran yang sama.Walaupun kelihatan fokus menyetir,padahal otaknya memutar ulang saat dia memeluk Sabrina. Efek pelukan tadi sungguh telah merubah pikirannya tentang Sabrina.
Matanya melirik pada wanta di sampingnya yang sedang menatap keluar dari samping mobil.
"Mau mampir makan dulu." Ujarnya mengalihkan tatapan Sabrina ke arahnya.Padahal sebenarnya Galang ingin lebih lama berduaan dengan Sabrina.Karna sedikit lagi mereka hampir sampai rumah.Biasanya kalau sudah di rumah,meraka akan masuk kamar masing-masing.Memang sampai saat ini setelah dua bulan menikah mereka memilih pisah kamar.
"Ga usah mas,sedikit lagi sampai rumah.Kalau mas lapar nanti aku bikinkan cemilan." Sabrina asal jawab.Mau bikin cemilan apa? Selama ini dia memang tak pernah melayani Elang.Apalagi di rumah ga ada bahan apapun untuk buat cemilan.
"Kamu mau bikin cemilan apa?" Tanya Galang dengan mimik serius.
"Ga tau juga,tapi kayaknya ga ada bahan apa-apa di kulkas..." Sabrina tersenyum kikuk.
"Nanti pesan lewat go food aja." Galang tersenyum tipis lihat tingkah Sabrina
Setelah sampai rumah dan makan malam yang kemalaman dalam diam,Galang dan Sabrina duduk di ruang tamu tampak sibuk dengan ponsel masing-masing.
Mereka berdua duduk di sofa berbentuk letter L putus.Galang duduk di ujung dan Sabrina di ujung satunya lagi.
Entah kenapa,dua-duanya saling menunggu siapa yang lebih dulu mau bicara.Padahal setiap hari mereka ngbrol biasa tanpa ada rasa canggung atau malu.
Hari semakin larut,tapi tak satu pun dari mereka mau masuk ke kamar.Betah rasanya duduk berdua walau tanpa bicara.
Sabrina terdengar batuk-batuk kecil untuk mengusir suasana yang kaku.Merasa kesal pada Galang yang tidak ada niatan untuk lebih dulu membuka obrolan.
Sabrina mencebik kesal." Masa iya gua duluan yang ngobrol,harusnya kan dia,dia kan laki."
Galang terlihat menghela nafas.Bingung memilih topik pembicaraan,tiba-tiba saja otaknya mendadak lemot.
Sabrina melirik kesal pada Galang sambil men-scroll sosmed nya secara asal dengan kasar." Ngobrol kek,mendekat kek,susah amat."
Galang terdengar lagi menghela nafas tapi agak lebih berat.Ingin rasanya duduk lebih dekat dengan Sabrina.Bicara santai dari hati kehati.Tapi mendadak bokongnya seperti ter-lem di sofa yang dia duduki.
Merasa tak di anggap,dengan kesal Sabrina melempar bantal sofa yang ada di pangkuannya ke sembarang arah.
"Ga peka amat sih..." Pekiknya,kemudian berjalan dengan nge-reok masuk ke kamarnya.
Galang menatap heran pada Sabrina.
"Ada apa dengan dia..."