Anak Genius: Jadilah Ayahku, Tuan Presdir

Nathan mengambil cuti untuk sekedar liburan mengajak Dita dan juga twins L, dia tidak bisa melupakan saat twins L mencium pipinya. Nathan yang telah menolong twins L membuat mereka semakin dekat, hingga Al dan El menyukai keberadaan Nathan.

Mereka sangat senang saat Nathan mengajak mereka berlibur ke pantai, merasa segan menolak membuat Dita menyetujui permintaan Nathan. Walau bagaimana pun juga Nathan merupakan sesosok pria yang telah menyelamatkan kedua putranya.

Mengapa mereka memilih pantai? itu atas kemauan dan permintaan dari twins L yang pintar membujuk Nathan dan juga Dita.

Saat mereka berempat berjalan berdampingan membuat decak kagum para pengunjung pantai, Dita yang cantik serta twins L yang mirip dengan Nathan.

Tanpa mereka sadari jika wajah Nathan dan twins L sangat mirip.

"Kenapa mereka menatap kita? " ucap Al yang melirik El.

"Entahlah, mungkin terpesona dengan wajah tampan ku, " jawab El yang penuh percaya diri.

"Wajah ku lebih tampan dari wajah mu, " ujar Al tak mau kalah.

"Aku yang tampan, " ketus El.

"Aku, " ucap Al.

"Tentu aku yang paling tampan, mereka menatap ku dari tadi, kalian saja yang kepedean, " sahut Nathan narsis.

"Kadar ketampanan kami sangat murni, sedangkan paman sudah berkurang akibat umur yang bertambah, " sahut El yang menatap Nathan dengan malas.

"Hah, terserah kalian saja, yang waras tetap mengalah! " Nathan menghela nafas dengan kasar.

"APA? paman mengatakan kami tidak waras? " ucap El yang bertolak pinggang dan di ikuti oleh Al.

"Kurang lebih seperti itu. "

Penuturan Nathan membuat twins L kesal dan mengejar nya hingga menuju bibir pantai, mereka berlarian dan saling bermain kejar-kejaran. Hati Dita terhenyuh saat melihat twins L tertawa bahagia. Senyum yang terukir di wajahnya membuat Dita terlihat sangat cantik, Nathan menatap yang hanya persekian detik sempat terpesona dengan senyuman itu.

"Dia terlihat sangat cantik, " batin Nathan yang tersenyum sangat tipis hingga tidak terlihat jelas.

"Dapat," ucap Al dan El serempak membuat Nathan membuyarkan lamunannya.

"Paman kalah, yang kalah harus menggendong yang menang, " ucap Al sangat antusias.

"Kita tidak membuat kesepakatan apa pun, " ujar Nathan yang menggoda twins L.

"Apa tulang mu itu rapuh, paman? ayolah gendong kami di punggung mu yang kekar itu, " bujuk El dan di angguki oleh Al. Seperti biasa, mereka mengeluarkan jurus pamungkasnya, twins L menatap Nathan dengan tatapan puppy eyes milik mereka.

Nathan yang menolak menjadi tak tega dengan tatapan dua anak kembar yang sangat menggemaskan itu, "baiklah, hari ini kalian menang, " Nathan menghela nafasnya dengan kasar.

"Horee, " twins L berjingkrak senang. Tanpa aba-aba, mereka menaiki punggung Nathan dengan melingkarkan tangan ke leher Nathan. Twins L melambaikan tangan ke arah Dita dari kejauhan yang juga di balas oleh lambaian tangan dari Dita.

"Kalian sangat berat, apa ini berasal dari porsi makan kalian yang tidak wajar itu?" gerutu Nathan membuat Al dan El kesal.

Twins L saling melirik satu sama lain, tersenyum jahil. Tak terima perkataan dari Nathan, dengan sengaja Al dan El mengeratkan rangkulan dari leher Nathan, hingga membuat sang empunya meringis.

"Hei....apa yang kalian lakukan? jauhkan tangan kalian dari leherku, " ucap Nathan yang sangat kesal.

"Kami hanya bergantung saja, paman saja yang lemah, " cibir El.

Nathan menurunkan twins L dari punggungnya, "apa maksud mu?" sembari menolak pinggang.

"Paman lemah, " cibir twins L yang juga bertolak pinggang, mereka saling menatap tajam satu sama lain.

Dita datang menghampiri tiga pria yang bersitenggang itu, "sudahlah, ayo kita makan. "

" Horee....makan," ucap Al dan El yang berlalu pergi meninggalkan Nathan.

"Ayo, tuan. Ikut makan bersama kami, " ajakan Dita membuat Nathan mengikutinya.

Mereka makan bersama, dengan hamparan pasir putih dan juga lautan sebagai pemandangan yang memanjakan mata.

***

Daniel dan Nathan yang ada urusan bisnis, mendatangi sebuah hotel yang pernah dia singgahi hampir 6 tahun yang lalu.

"Apa berkasnya sudah kamu siapkan? " ucap Nathan yang tetap berjalan lurus.

"Semua sudah selesai, " sahut Daniel yang mengikuti langkah atasannya itu.

"Kapan jadwal meeting dengan pemilik hotel Nusa?"

"30 menit lagi kita akan mengadakan meeting. "

"Hem, " jawab Nathan dengan dehaman.

Selesai meeting, Nathan memutuskan untuk berjalan-jalan untuk menenangkan pikirannya, pikiran yang selalu tertuju kepada Al dan juga El. Nathan yang kurang fokus, menabrak seseorang, "maaf, saya tidak sengaja. "

"Tidak masalah, " sahut pria yang dia tabrak, dan raut wajah pria itu tiba-tiba terkejut.

"Kamu Nathan? " ucapnya.

"Benar, saya Nathan. Maaf, anda siapa? apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Nathan mengerutkan kening yang penasaran.

"Cepat sekali kamu melupakan ku, aku Riko. Teman bisnis mu 6 tahun lalu, kita bahkan bertemu juga di hotel ini, " jawab Riko yang sangat antusias.

Nathan mencoba mengingat nama itu, hingga dia akhirnya mengingat Riko dan memeluknya, "Maaf, aku tidak mengenali mu tadi."

Riko juga membalas memeluk sembari menepuk bahu Nathan, "tidak masalah, jika kita bertemu lagi aku harap kamu tidak melupakan aku. "

"Pasti."

"Kenapa baru mengunjungi hotel ini setelah sekian tahun?" ujar Riko yang melepaskan pelukannya.

"Kamu tau sendiri, sangat jarang ada waktu luang, apalagi pekerjaan sebagai presdir.

"Hmm, aku percaya itu. Aku dengar kamu belum menikah??"

"Yah begitulah, " balas Nathan yang tidak tertarik dengan pembahasan itu.

"Jika kamu belum menikah, bagaimana nasib gadis itu, " penuturan yang keluar dari mulut Riko membuat Nathan menjadi tertarik.

"Gadis yang mana maksudmu?"

"Gadis satu malam mu itu? "

"Aku tidak pernah menghabiskan malam ku dengan seorang gadis. Kamu tau bukan! jika aku menderita mysophobia yang alergi akan wanita, " ucap Nathan yang meninggikan suara.

"Eit, santailah! aku hanya menanyakan nya. Kamu tau, aku sangat kasihan dengan gadis itu. "

"Apa maksud mu? " ucap Nathan dengan raut wajah yang tak bersahabat sembari mencengkram kerah leher Riko.

"Begini, sebelum itu lepaskan cengkraman ini. Aku akan menceritakan yang aku lihat. "

Nathan melepaskan tangannya yang mencengkram kerah leher Riko, "ck, cepat jelaskan. "

"Di malam itu, aku melihat ada seorang gadis yang memasuki kamar 106 yang sedang kamu tempati, dan tak lama kamu menyusul gadis itu. Saat aku terbangun dan keluar kamar hotel, aku juga melihat nya keluar dari kamar itu. Dimana dengan wajah yang sembab dan juga bengkak. "

"Apa kamu bercanda dengan ku?" ucap Nathan.

"Untuk kali ini aku serius dengan mu, bahkan aku melihat beberapa tanda yang mungkin kamu buat di leher gadis itu. Ck, kamu sangat buas sekali, " cibir Riko.

"Aku tidak suka bermain-main" balas Nathan dengan tatapan dinginnya.

"Sudah aku bilang, aku tidak bercanda" ucap Riko yang mulai kesal dengan penekanan Nathan.