Sebatas Istri Rahasia

Sah

Sah

Alinea tersenyum menyaksikan pernikahan mantan suaminya. Tidak ada air mata setetes pun yang keluar dari mata indahnya. "𝘚𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢," 𝘶𝘤𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪. Namun, ada kegetiran yang Alinea rasakan di sudut hatinya. Walaupun singkat, namun Galen pernah menjadi bagian dari hidupnya.

Galen dan Alinea sempat beradu pandangan, namun itu hanya sesaat saja. Karena Alinea yang datang bersama Orion, langsung pergi meninggalkan rumah Galen tanpa berniat mengucapkan selamat pada mantan suaminya itu.

"Al," lirih Galen.

Galen menatap nanar kepergian Alinea. Wanita itu sama sekali tidak menyapa nya, Alinea benar-benar datang hanya untuk menyerahkan surat pembatalan pernikahan saja.

Ingin rasanya Galen mengejar mantan istrinya itu, dan mengatakan seribu kata maafnya, namun cekalan tangan Ruby berhasil membuat langkah Galen terhenti.

"Mas, jangan mengejarnya!"

Galen menghembuskan napasnya berat, "𝘮𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶, 𝘈𝘭!" Pria itu hanya mampu mengucapkan kata maafnya dalam hati. Berharap mantan istrinya itu mau memaafkannya dan tetap berhubungan baik kedepannya.

Galen dan Ruby resmi menjadi sepasang suami istri, walaupun pernikahan mereka hanya dilakukan secara siri. Kini keduanya halal untuk bersentuhan, namun entah mengapa Galen merasa tidak bahagia walaupun pernikahan ini adalah keinginannya. Pria itu merasa ada bagian yang hilang dari dirinya.

"𝘐𝘯𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘩𝘢𝘮𝘱𝘢?"

Galen terus berkutat dengan pikirannya, bayangan pernikahannya dengan Alinea dulu kembali terlintas di benaknya. Semua orang tertawa bahagia dengan pernikahan itu, hanya dirinya kala itu yang tidak bahagia.

Dan kali ini, tidak ada seorang pun yang bahagia dengan pernikahannya, kecuali Ruby. Bahkan, Galen yang pada dasarnya menginginkan pernikahan ini pun tak nampak ada kebahagiaan di wajahnya.

...----------------...

"Kamu yakin mau kembali ke kantor Kalajengking?"

Sepanjang perjalanan sepulang dari rumah Galen, Alinea hanya terdiam, duduk melamun dengan pandangan lurus ke arah jendela mobil. Orion merasa khawatir dengan keadaan adiknya itu. Pria itu paham apa yang di alami adiknya tidak akan sembuh dengan mudah.

Rasa sakit pasti akan selalu meninggalkan bekas, entah itu trauma ataupun hilang kepercayaan. Orion berharap adiknya itu tidak mengalami hal yang dia takutkan itu.

Alinea mengernyitkan keningnya bingung dengan pertanyaan Abangnya. "Kantor apa, Bang?" Alinea merasa Abangnya itu pasti salah bicara, selama ini Alinea belum pernah mendengar nama kantor Kalajengking seperti yang Abangnya bilang.

"Ck! Maksud Abang kantornya Skala. Kan kamu panggil dia Kala. Kalajengking kan maksudnya?"

"Haahaaa... haaa..." Alinea terbahak sambil memegang perutnya. "Abang ada-ada, deh!"

"𝘊𝘪𝘩! 𝘔𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘯𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘢𝘸𝘢," 𝘤𝘪𝘣𝘪𝘳 𝘖𝘳𝘪𝘰𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢. Namun pria tampan itu merasa lega melihat adik kesayangannya kembali tertawa.

Beberapa menit kemudian Alinea dan Orion sampai di kantor Skala. Keduanya langsung menuju ruangan Alinea.

"Kamu sudah datang, Sa---" Skala yang sedang menunggu Alinea di ruangannya, tidak jadi melanjutkan ucapannya begitu melihat di belakang wanitanya ada Orion menatapnya tajam. "𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘉𝘢𝘸𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘮𝘣𝘢𝘪 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢, 𝘴𝘪𝘩?" 𝘒𝘦𝘴𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪.

"Kenapa? Kamu tidak suka melihatku?" Orion menatap Skala penuh permusuhan.

"Mana mungkin aku tidak suka sama Abang bawang bombai, eehh maksudku Abang ipar." Skala menyengir memperlihatkan deretan gigi rapinya.

"𝘒𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘫𝘢𝘳! 𝘉𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘪𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘮𝘣𝘢𝘪. 𝘋𝘪𝘢 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘯𝘢𝘮𝘢𝘬𝘶 𝘖𝘯𝘪𝘰𝘯, 𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘫𝘦𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯𝘨!"

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘤𝘦𝘱𝘭𝘰𝘴𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢, 𝘴𝘪𝘩. 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘉𝘢𝘸𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘮𝘣𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘬𝘢𝘪𝘬𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘨𝘢𝘸𝘢𝘵!"

Alinea menggelengkan kepalanya melihat tingkah Skala dan Orion yang seperti Tom and Jerry.

"Kak, bagaimana kelanjutan project kita dengan Nandana Grup?"

Besok harusnya kedua perusahaan melakukan pertemuan sekaligus melakukan peletakan batu pertama sebagai simbol dimulainya pembangunan hotel yang menjadi project Cakrawala Kingdom dan Nandana Grup.

Namun hari ini justru tersiar kabar jika Nandana Grup mengalami kebangkrutan. Sampai saat ini Alinea belum mengetahui jika penyebab kebangkrutan Nandana Grup ada sangkut pautnya dengan dirinya.

Sebelum menjawab pertanyaan Alinea, Skala melirik sekilas pada Orion. Setelah Orion menganggukkan kepalanya, barulah Skala memberitahu Alinea mengenai project mereka kedepannya seperti apa.

"Antariksa Corp yang akan mengambil alih sekaligus mengakusisi Nandana Grup. Karena saat ini Nandana Grup memang berada di bawah naungan Antariksa Corp."

Alinea memicingkan matanya pada Abangnya, Orion adalah Direktur Utama Antariksa Corp. Orang kedua di perusahaan terkemuka itu setelah Daddynya, Arshad Antariksa. Namun Orion diberi kekuasaan penuh oleh Daddynya untuk mengambil keputusan apapun menyangkut perusahaan.

"Apa kebangkrutan Nandana Grup ada hubungannya dengan kalian?" Alinea menatap tajam Skala dan Orion bergantian. "Dan itu ada sangkut pautnya dengan aku, kan?"

Antariksa Corp yang tiba-tiba saja mencabut semua sahamnya. Yang artinya, jika Nandana Grup tidak bisa membayar harga saham itu, maka secara otomatis Antariksa Corp akan mengakusisi perusahaan itu.

Begitu juga dengan Cakrawala Kingdom yang tiba-tiba saja membatalkan secara sepihak project yang sudah keduanya sepakati, dengan alasan pembohongan publik yang dilakukan Diksi Galenio. Itu terdengar tidak masuk akal menurut Alinea.

Dan Alinea kini menyadari baik Cakrawala Kingdom maupun Antariksa Corp, keduanya sengaja menyerang Nandana Grup karena alasan pribadi, lebih tepatnya karena tidak terima Diksi Galenio menyakitinya.

Alinea menghembuskan napasnya pelan, diamnya Skala dan Orion membuktikan bahwa apa yang Alinea katakan adalah benar, mereka berdua lah dalang kebangkrutan Nandana Grup.

"Kenapa lagi-lagi aku disangkut pautkan dengan perusahaan?"

Alinea sangat kecewa, dulu pernikahannya dengan Galen terjadi karena kesepakatan perusahaan. Dan sekarang lagi-lagi dirinya di sangkut pautkan dengan kebangkrutan Nandana Grup.

Orion dan Skala hanya diam saja. Keduanya tidak menyangka reaksi Alinea akan seperti ini. Orion lupa jika adiknya itu selalu menggunakan hati dan perasaannya jika menyangkut hal apapun termasuk bisnis dan perusahaan.

...---------------...

Malam harinya Ruby nampak sangat cantik sekali dengan balutan dress warna maroon yang dikenakannya. Seperti yang sudah di sepakatinya tadi siang, Ruby akan menemui Dokter Nolan di apartemen yang sudah dokter itu share lock alamatnya.

"Kamu mau ke mana?"

Galen memperhatikan penampilan Ruby yang terlihat sangat sexy. Namun entah mengapa, Galen sama sekali tidak tertarik dengan penampilan wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu. Justru Galen merasa risih dengan penampilan Ruby yang menurutnya terlalu terbuka.

"Aku ada pemotretan, Mas. Kemungkinan pulangnya malam."

"Harus malam ini?"

Pasalnya tadi pagi keduanya baru saja menikah, harusnya Ruby bisa mengambil cuti untuk beberapa hari saja. Apalagi malam ini harusnya menjadi malam pengantin mereka. Walaupun bukan pertama kali melakukannya, tetap saja harusnya malam ini malam spesial untuk keduanya.

"Maaf, Mas. Ini pemotretan penting banget soalnya. Tapi aku janji akan menyelesaikannya dengan cepat."

Cup

Ruby pun meninggalkan Galen setelah mengecup sekilas bibir pria yang kini menjadi suaminya itu.

...----------------...

Di sebuah Apartemen seorang Dokter terlihat gelisah menunggu seseorang yang sudah lama dikaguminya. Dokter Nolan, adalah pengagum rahasia model cantik yang kini sedang berada di puncak popularitasnya, Ruby Katalyna.

Dia begitu bahagia saat tiba-tiba saja Chandra yang merupakan sahabatnya meminta bantuannya untuk bersandiwara. Dokter Nolan menjadikan kesempatan ini untuk bertemu langsung dengan model cantik itu.

Dia juga memanfaatkan keadaan ini bukan sekedar untuk bertemu saja, namun dia juga berharap bisa mencicipi tubuh mulus Ruby yang selama ini menjadi fantasi liarnya.

Tok tok tok

"Kenapa lama sekali?"

"Maaf membuatmu menunggu, Dokter!"

Keduanya duduk di sofa saling berhadapan, sampai akhirnya Dokter Nolan meminta Ruby untuk duduk di pangkuannya. "Kemarilah!"

Ruby hanya menurut dan duduk di pangkuan Dokter itu. Dokter Nolan menatap wanita yang kini berada di pangkuannya itu tanpa berkedip. Dokter itu masih tidak menyangka wanita yang selama ini dikaguminya kini berada tepat di depan matanya.

"Kamu sangat cantik, selama ini aku sangat mengagumimu!"

"Benarkah?" Ruby diam-diam tersipu mendengar pujian dari Dokter Nolan.

Tanpa aba-aba Dokter Nolan mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Ruby. Ruby pun membalas apa yang dilakukan Dokter Nolan dan keduanya saling memagut.

Setelah pagutannya terlepas, Dokter Nolan memandang gundukan Ruby yang berada tepat di depan wajahnya. Namun Dokter itu tidak memiliki keberanian selain hanya memandangnya.

Ruby yang mengerti arti tatapan Dokter tampan itu, tersenyum dan semakin mendekatkan gundukan itu pada wajah Dokter Nolan. "Bolehkah?"

Ruby mengangguk dan mulai menurunkan dress belahan rendah yang digunakannya. Dokter Nolan mengusap gundukan itu membuat Ruby melenguh. Dokter Nolan sangat menyukai lenguhan Ruby yang terdengar sangat sexy itu. Namun tiba-tiba....

"Kurang ajar!"

Bugh

𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥