Kehidupan seorang perempuan berubah drastis saat dirinya mengalami sebuah keajaiban di mana ia mendapatkan kesempatan hidup untuk kedua kalinya.
Mungkinkah kesempatan itu ia gunakan untuk membalas semua sakit hati yang ia rasakan di kehidupan sebelumnya?
Selamat datang di kehaluan Mak othor yang sedikit keluar dari eum....genre biasanya 🤭.
Semoga bisa di nikmati y reader's 🙏. Seperti biasa, please jangan kasih rate bintang 1 ya. kalo ngga suka, skip aja. Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Lo ikut balap?"
Seseorang yang di tepuk bahunya itu menoleh pada sosok itu.
"Bang....?!"
Lelaki yang di tepuk bahunya itu tak jadi menyebut namanya saat orang itu menutup bibirnya dengan telunjuknya sendiri.
"Lo iku balap?", ulangnya. Lelaki itu menggeleng.
"Ngga bang, cuma mau nonton aja!", jawabnya.
Mereka berdua mengobrol serius dengan pelan hingga akhirnya keduanya mendapatkan kesepakatan.
Deru mesin motor sport saling bersahutan. Seseorang yang tadi mengobrol itu menempatkan diri di samping Aisha.
Penyelenggara sudah menyampaikan apa yang harus di dapatkan jika memenangkan pertandingan kali ini.
Aisha dengan penuh percaya diri memulai balap itu. Selama ini dirinya hanya beberapa kali mengalami kekalahan. Itu pun kalah tipis berbeda beberapa detik dari lawannya.
Dan saat ini, Aisha sudah berada di posisi ke tiga. Ia masih kejar-kejaran dengan orang asing yang tadi di sebelahnya. Juga musuh bebuyutan di arena balap liar itu.
Sekali dua kali Aisha mampu menyalip keduanya tapi rival menyebalkannya terpaksa berhenti karena kendaraannya bermasalah.
"Sial!!!", pekik rival Aisha. Padahal sebentar lagi ia akan sampai ke finish. Dulu ia sering di kalahkan Asha. Dan sekarang ada gadis lain lagi yang kemampuannya pun sebanding dengan Asha.
"Motor itu harus jadi milik gue! Pasti dia bisa ngalahin gue gara-gara pake motor Asha! Sial!"
Lelaki itu masih terus mengumpat. Sementara itu, persaingan antara Aisha dan sosok misterius itu masih terus berlanjut.
Keduanya masih kejar-kejaran hingga akhirnya....
Weshhhh....
Bendera finish berkibar dengan Aisha yang gagal memenangkan balap itu.
"Arggghh!", Aisha memukul tangki motornya. Ia kesal bukan main.
Dia merasa kesal karena ternyata dirinya terlalu jumawa akan memenangkannya. Tapi kenyataannya ???
Lelaki yang mengalahkan Aisha berjalan mendekati Aisha yang sedang sangat emosi. Terlihat sekali dari nafasnya yang memburu.
Ketiga sahabat Asha pun menghampiri gadis itu. Ya...walaupun mereka masih antara percaya dan tidak percaya jika Aisha adalah Asha, sahabat mereka.
"Di setiap pertandingan ada yang menang dan ada yang kalah!"
Aisha melepaskan helm nya. Wajah cantiknya tetap terlihat meski di bawah lampu yang tak terlalu terang.
"Sportif kan? Tadi sudah deal di awal!", ujar sosok misterius itu.
Aisha mendengus sambil memalingkan wajahnya.
Perlahan sosok itu melepas jaket yang di pinjamnya dari seseorang. Begitu juga dengan helm full face nya.
Aisha menatap tak percaya jika yang mengalahkannya adalah suaminya sendiri!
"Tolong sportifitas mu Nyonya Fazal Abidzar!", kata orang itu yang tak lain memang Fazal.
Gigi Aisha bergemeletuk. Bisa-bisanya dia di kalahkan oleh Fazal.
"For your information guys! Bang Fazal dulu juga suka turun di jalan kaya kita. Cuma ya...udah vakum beberapa tahun. Makanya...mungkin banyak yang kurang mengenal bang Fazal!", ujar salah satu peserta.
Aisha berdecak kesal.
"Ayo pulang!", ajak Fazal.
"Pulang aja sendiri, aku masih mau di sini!", tolak Aisha.
"Aku yang memenangkannya, Sha! Ingat kan hadiah yang ku minta apa? Bukan uang!", kata Fazal.
Dion menatap Aisha yang kesal pada Fazal. Sungguh, sikap dan kebiasaan Asha saat kesal sama persis seperti Asha. Gigi yang bergemeletuk, memukul tangki motor dan bicara ketus khas nya.
Apa gue percaya kalo dia memang Asha??? Batin Dion.
Fazal sudah meminta seseorang untuk mengambil mobilnya. Jadi rencananya ia akan pulang bersama Aisha.
"Sudah malam, kita pulang! Aku yang akan membawa motor mu! Jadi kamu tinggal duduk santai di belakang ku!", kata Fazal.
Lagi-lagi Aisha berdecak kesal juga malas. Siapa yang mengira jika pertandingan kali ini ia harus kalah. Juga...dia sudah tidak bisa ikut balap liar lagi!
Fazal mengambil alih motor Aisha. Meski kesal, ia terpaksa menjadi penumpang Fazal malam ini.
"Gue balik! Terserah kalian mau percaya atau ngga!", kata Aisha pada ketiga sahabat Asha sebelum motor yang Fazal kendarai melesat membelah jalan ibu kota.
Aisha terpaksa memeluk pinggang Fazal. Sungguh ia tak menyangka jika lelaki tua...entah dewasa mungkin yang menjabat sebagai suaminya merupakan pemain pro!
Wajar ia tak tahu. Dari segi usia mereka berbeda cukup jauh. Asha masih belasan tahun sedang Fazal sudah lebih dari seperempat abad.
Fazal yang awalnya merasa sudah puas dengan masa mudanya kini kembali merasa tertarik dengan dunianya yang dulu.
Aisha yang dulu begitu dewasa juga rajin ibadah. Dia nyaris sempurna menjadi seorang perempuan juga istri. Sayang mata Fazal tertutup cinta butanya Denga Naura. Sedang istrinya saat ini...?? Aisha seperti memiliki jiwa baru. Gadis yang pembangkang dan keras kepala. Tapi kenapa justru Fazal malah tertarik dengan Aisha saat ini???
💜💜💜💜💜💜
"Mau aku pijat, mas?", tawar Ana pada suaminya. Gatan sedang mengerjakan pekerjaannya di ruang kerja.
"Kamu tidak lihat aku sedang apa?", sahutnya datar.
Ana mengitari meja lalu duduk di salah satu sudut meja dan menghadap Gatan.
"Kamu butuh istirahat mas!", kata Ana mengusap bahu suaminya. Sayangnya Gatan masih tak memperdulikannya.
Ana mulai terpancing emosi.
"Mas, jangan terlalu di forsir. Ada aku sama Sandy yang juga butuh perhatian kamu. Apa yang kamu punya sekarang buat Sandy juga cukup banget kok mas!", Ana memijat pelan bahu Gatan.
Gatan mengernyitkan alisnya.
"Apa maksud mu?", tanya Gatan.
Ana berdehem singkat.
"Anak kamu kan tinggal Sandy, tentu dia satu-satunya yang akan mewarisi apa yang kamu milik saat ini kan mas. Lagi pula aku sudah tidak mungkin melahirkan lagi, ya kan?"
Gatan tersenyum tipis. Ia tahu arah pembicaraan Ana.
"Warisan? Kamu bertanya soal warisan sedang aku masih hidup dan sehat seperti ini?", tanya Gatan.
Ana berdiri dan menggeleng cepat.
"Maksud ku bukan begitu mas. Tapi....??"
Gatan berdiri dari kursi kerjanya. Ia pun menatap sang istri yang juga tengah menatapnya.
"Semua yang ada saat ini. Yang kamu nikmati saat ini adalah milik Asha."
Ana mencoba tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Iya mas, aku tahu. Tapi Asha kan sudah....''
"Lalu kalau Asha sudah meninggal, kamu pikir akan jadi milik Sandy?", tanya Gatan sarkas. Ana spontan menganggukkan kepalanya.
"Asal kamu tahu. Perusahaan ini milik mendiang bundanya Asha. Aku hanya mengelolanya. Andai aku tidak ada pun, harta ini tidak akan menjadi milik mu. Sandy akan mendapatkan warisan dari ku. Tapi bukan dari hal Asha!"
Ana mengernyitkan alisnya.
"Tapi mas, Sandy kan anak kamu juga. Itu artinya...."
"Asha pemiliknya! Aku dan mendiang bundanya Asha sudah memberikan kepercayaan pada pengacara kami! Kalau aku mati nanti, semuanya akan di sumbangkan ke sebuah yayasan. Paham!"
Gatan menepuk pelan pipi istrinya yang diam membeku.
Sebagai seorang lelaki normal, Gatan sering membutuhkan kehangatan Ana. Tapi sejak Asha meninggal lalu tahu seperti apa sikap Ana pada mendiang putrinya, rasa yang menggebu itu pun sirna meski hanya melihat Ana.
"Aku mempertahankan mu hanya karena Sandy!", kata Gatan. Lelaki itu memilih keluar dari ruang kerjanya.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
terimakasih 🙏