Tuan putri yang memiliki berkah dari dewa perang. Kecantikan dan keanggunan dengan belahan pedang yang tajam yang mampu menebas apapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himme, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengambil Alih.
Arlina jelas saja mengingat kejadian itu. Melihat keterdiamannya itu membuat Jargan, pangeran Keandra dan lainnya merasa khawatir. Mereka yakin jika Arlina masih mengingat kejadian hari tadi.
Jargan yang tak ingin Arlina terus mengingat kejadian itu dan berakhir adiknya jatuh sakit karena masalah ini memutuskan menghampiri.
"Arlina. " panggilnya.
Mendengar kakaknya memanggilnya Arlina sontak saja menoleh.
"Iya kak, " jawab Arlina.
"Ada apa? Kakak perhatikan kau diam saja. Apa yang kau fikirkan? " tanya Jargan.
Arlina yang mendengar pertanyaan itu membuat dia terdiam lagi, melihat adiknya kembali terdiam membuat Jargan semakin khawatir begitupun dengan pangeran Keandra dan teman-temannya yang lainnya.
"Arlina, " panggil Jargan lagi.
"Kakak. " sahut Arlina tiba-tiba.
"Iya, katakanlah. " ucap Jargan dengan lembut.
"Kakak, aku ingin pulang saja hari ini tidak papakan? " ucap dan tanya Arlina.
Melihat wajah adiknya yang nampak tertekan dan lelah membuat Jargan maupun lainnya memahami. Jika Arlina masih tertekan mengingat kejadian pagi tadi.
"Tidak papa, jika kamu belum vit kamu pulang aja. Kamu juga masih butuh istirahat juga. " ucap Jargan.
Setelah itu mereka sepakat Arlina pulang lebih awal. Dengan diantar oleh Jargan, serta pangeran Keandra dan teman-temannya temannya yang ikut mengantar. Sesampainya dirumah Hikosi dan Hikari yang kebetulan dimenshion melihat anak-anaknya pulang dari biasanya terkejut.
"Jargan, Arlina kalian sudah pulang. Tidak biasanya. " ucap Hikari.
Tapi saat Jargan akan menjelaskan, Arlina menyelonong berjalan begitu saja menuju kamarnya dilantai dua. Melihat hal itu heranlah kedua orangtuanya.
"Arlina. " panggil Hikari. Tapi Arlina tidak merespon dan tetap berjalan hingga masuk kedalam kamarnya.
Melihat keanehan pada putrinya, Hikosi dan Hikari langsung melihat kearah putra sulung mereka untuk meminta penjelasan. Tau akan tatapan kedua orangtuanya, Jargan meminta mereka untuk duduk terlebih dahulu. Mereka pun duduk, lengkap juga dengan pangeran Keandra, Leandro, Andrean, Nikolas, Anshel, Fasya, dan Vincent.
"Sekarang jelaskan kepada Ayah, kenapa kalian pulang lebih awal dan kenapa dengan adikmu itu Jargan? " tanya Hikosi.
Mendengar pertanyaan dari Ayahnya, Jargan pun bercerita apa yang terjadi kepada Arlina. Mendengar itu jelas saja membuat Hikosi dan Hikari terkejut. Bahkan terlihat Hikosi yang marah seakan tidak terima.
"Melihat Arlina yang hanya diam dan terlihat sudah tidak mood untuk melanjutkan sekolahnya, serta meminta untuk pulang akupun mengizinkannya. Dan sekaligus meminta izin kepada kepala academy. " jelas Jargan.
Bahkan disini terlihat Jargan, pangeran Keandra dan lainnya menyesal merasa gagal menjaga Arlina. Terutama Jargan sebagai kakaknya serta pangeran Keandra yang mungkin memiliki perasaan kepada Arlina.
"Setelah mendengar itu, Ayah memutuskan untuk mencutikan Arlina. Ayah ingin memastikan jika adikmu itu benar-benar baik-baik saja. Karena kemungkinan Arlina akan mengingat kejadian itu. " ucap Hikosi.
"Bunda juga setuju, tapi jika memang Arlina memutuskan untuk tetap libur. Maka kemungkinan untuk beberapa hari kedepannya Arlina akan mendapatkan misi bukan lagi materi. Dengan kata lain, tidak akan kembali ke academy. " tambah Hikari.
"Untuk itu aku tidak masalah karena percuma saja Arlina ke academy jika dia tidak fokus. Lagian Arlina sudah berada ditingkat silver Angel dan tentu tugasnya hanya menjalankan misi saja. Namun untuk sementara ini dia akan full cuti sampai baik-baik saja. " ucap Jargan.
"Aku akan membicarakan hal ini kepada Ayahanda dan soal academy menjadi urusan yang lain. " sahut pangeran Keandra yang diangguk I yang lain pertanda dia setuju.
Mendengar hal itu, Hikosi dan Hikari merasakan lega. Dengan begini dukungan untuk Arlina akan semakin berlipat ganda.
"Terimakasih pangeran! " ucap keduanya dan hanya direspon anggukan dari pangeran Keandra sendiri.
Setelah perbincangan itu, Jargan, pangeran Keandra dan lainnya memutuskan kembali ke academy untuk meluruskan permasalahan ini. Dan sementara itu, Arlina berada dikamarnya, mengurung dirinya dengan pintu terkunci dari dalam.
Terlihat Arlina duduk diam, dengan kaki ditekuk, tangannya memeluk kakinya dan wajah dibenamkan diantara kedua lututnya. Kejadian masalalu dan apa yang terjadi terus bertabrakan diingatannya. Membuatnya semakin tertekan dan menangis.
Dia mendengar suara-suara itu seakan mengelilingi dirinya, mengema dikamarnya dan membuatnya semakin stress.
Ditengah kegundahan itu, dia memanggil nama 'Mera.' Didalam hatinya.
"Mera. "
"Mera kau dimana? "
"Mera aku takut. "
"Mira.. hiskk.. hiskk. "
Isakan terdengar setelah mengatakan kalimat terakhir, dan tak lama setelah itu terdengar suara yang menyautinya.
"Aku disini, Arlina. "
Mendengar itu, Arlina mengangkat wajahnya yang sudah sembab karena menangis dan wajahnya yang lebih pucat dari biasanya.
Arlina melihat, bayangan dirinya dicermin besar yang ada dikamarnya didekat lemari pakaiannya. Melihat bayangannya sebagai Mera yang berdiri, memakai pakaikan layaknya baju tradisional china yakni hanfu yang berwarna merah, rambut panjang hitamnya terurai sepantat, dan tengah menatap kearahnya. Mera tersenyum, meski sorot matanya menatap iba kearahnya. Seakan sosok Mera itu seakan tau apa yang terjadi kepada Arlina.
Lalu Arlina turun dari kasur, lalu berjalan menuju Mera yang masih berada didalam cermin. Begitu dia sudah berhadapan dengan Mera, dia memperlihatkan tatapan berkaca-kaca. Sosok Mera itu seakan menembus kaca dan langsung memeluk Arlina membuatnya langsung menangis sejadi-jadinya hingga terduduk dilantai.
Mera hanya diam terus memeluk erat sambil mengusap punggung Arlina dengan lembut. Mera terus menenangkan sampai tenang.
*
*
*
Setelah tenang, kini Arlina dan Mera sedang duduk bersama diatas tempat tidur. Terlihat Arlina sudah sedikit tenang, berbicaralah Mera.
"Arlina, ada apa ceritakanlah padaku? " tanya Mera.
"Aku tidak tahu Mera, hal semacam ini baru pertama kalinya aku alami. Dan baru kali ini hinaan serta cacian itu separah ini. Mungkin aku dulu sebagai kau sudah terbiasa, tapi dikehidupan kali ini aku masih shok. Aku masih belum bisa menerima apa yang terjadi padaku. Sebenarnya aku juga tidak tahu apa kesalahan yang aku perbuat hingga Grasia, Rea, Pricilla dan anak-anak di academy begitu membenciku. " jawab Arlina mengeluarkan keluh kesahnya.
Mera tersenyum kecut mendengar hal itu.
"Sejujurnya akupun juga tidak mengerti, karena kebencian itu aku rasakan terus berulang sampai aku akhirnya mati. Tapi baik dulu maupun sekarang manusia tetaplah sama. Selalu suka menghakimi orang lain, menindas orang lain dan terus melontarkan cacian kebencian yang entah apa masalah mereka. "
"Orang yang biasanya melakukan hal itu karena ada beberapa faktor. Faktor pertama mereka merasakan hidup yang buruk entah itu disiksa, diperlakukan buruk sama keluarga, orangtua atau bahkan saudaranya. Hingga orang itu melakukan hal itu kepala orang lain untuk melampiaskan amarah, kekecewaan, dendam dan rasa iri kepada korbannya. "
"Faktor kedua, orang itu haus akan pujian dari orang-orang. Dia akan merasa iri, cemburu dan marah ada orang yang lebih populer dibandingkan dia. Dia akan melakukan segala cara agar bisa menjatuhkan orang itu hingga menjadi buruk di mata orang-orang. "
"Dan faktor ketiga, orang itu merasa iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain yang dia bully, entah soal keberuntungan dalam keluarga seperti aku katakan tadi, haus pujian, atau dia merasa cemburu melihat orang yang disukai lebih menyukai orang lain. Orang itu akan melakukan segala cara untuk mengambil apa yang orang yang dia bully itu. Ditambah pelaku utama pembully itu akan menghasut orang lain agar ikut membenci korban. Dan hingga kebencian itu akan semakin meluap menyebar kemana-mana. "
Mendengar hal itu Arlina terdiam, dia ingat akan ucapan orang-orang. Dimana kebanyakan dari mereka tidak suka dia berdekatan dengan pangeran Keandra serta teman-temannya termasuk kakaknya sendiri. Karena saat itu orang-orang belum tau jika Jargan itu adalah kakaknya
Apalagi awal masuk saja dia lebih unggul dalam pertempuran, pedang, beladiri, strategi dan lain sebagainya. Hingga pandangan orang-orang terpusat padanya. Hal itu mungki membuat orang-orang tidak menyukai dirinya dan ditambah hasutan dari Grasia serta teman-temannya hingga mereka semakin bencinya.
"Arlina dengarkan aku, jika karena kejadian ini kau berfikir kau tidak pantas berada didekat mereka, tidak pantas sebagai kesatria dan tidak layak berada diposisi ini maka buanglah jauh-jauh fikiran itu. Fikiran itu hanya akan menganggumu saja. " ucap Mera menyadari akan keterdiaman Arlina tiba-tiba.
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku masih belum sanggup berada diposisi ini? " tanya Arlina.
"Baiklah jika kau merasa belum siap menghadapi semua ini, maka biarkanlah aku untuk sementara waktu akan mengambil alih kendali pada tubuhmu. ' jawab Mera.
"Apa tidak papa? " tanya Arlina sedikit khawatir.
"Tentu saja. Aku pastikan tidak akan ada orang yang bisa menyakitimu. Siapapun yang mencoba menyakitimu, baik itu secara ferbal atau non-ferbal, fisik atau sikis, dalam bentuk apapun akan melindungi tubuh ini. Dan selama aku menguasai tubuhmu, kau akan beristirahat dan belajar untuk memahami apa maksud aku. Jika kau siap, kau akan melihat sendiri bagaimana aku mengatasi semua ini dan jangan pernah terkejut jika aku tidak akan bersikap lembut apalagi lunak terutama kepada orang yang ingin menyakitimu. Soal keluargamu kau tidak perlu khawatir, aku jamin tidak akan menyakiti mereka. " jelas Mera.
Mendengar penjelasan itu, membuat Arlina mengambil keputusan menyetujui hal itu. Apalagi dirinya masih belum siap melihat kedunia setelah kejadian tadi di academy. Dia merasakan ini keputusan yang bagus dan dia yakin jika Mera yang mengambil alih tubuhnya akan membalas jika sewaktu-waktu hal itu terulang kembali.
"Baiklah aku setuju. Sampai aku siap, kau akan mengambil alih tubuhku. Selama itu juga aku akan menenangkan diriku dan beristirahat untuk menenangkan diriku sampai aku benar-benar siap. Tapi pesanku, jangan sakiti keluargaku, sahabatku apalagi orang-orang yang ada untukku termasuk pangeran Keandra serta teman-temannya. Karena bagaimanapun hanya mereka yang aku miliki sebagai tongkat kekuatan untukku. " ucap Arlina akhirnya mengambil keputusan.
Mera tersenyum.
"Tentu, aku akan mengingat ucapanmu. Tapi aku tidak akan bisa janji jika orang-orang yang berusaha menyakitimu akan baik-baik saja. "
Arlina mengangguk, tidak masalah. Terpenting orang-orang yang dia sayangi baik-baik saja. Lagian dia juga merasa senang jika Mera mengambil alih tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi dirinya tak lain tubuhnya. Dia seakan merasa aman.
"Baiklah aku setuju. " balas Arlina.
"Kalau begitu, detik hari ini juga aku akan mengambil alih tubuhmu. Dan kau bisa langsung istirahat. " sahut Mera.
Arlina mengangguk, lalu detik itu juga Mera masuk kedalam tubuh Arlina dan jiwa Arlina lalu tertidur diambil alih oleh Mera.
Arlina alias Mera terbangun dari tempat tidurnya. Dia tersenyum.
"Kau tidak perlu khawatir Arlina. Sesuai janjiku aku akan melindungimu, siapapun yang mencoba menyakiti kita akan aku balas. Tidak ada kata ampun untuk mereka yang berani macam-macam dengan kita. " batin Mera.
"Bersiaplah kalian. Kalian telah menyakiti Arlina dan membuatnya seperti ini. Aku bersumpah akan membalaskan. " dengan orot mata menajam penuh rasa benci dan dendam untuk orang-orang yang menyakiti Arlina terutama Grasia, Rea dan Pricilla.
mw bca msih ragu, soalny gk ska ma yg pda hiatus🥺