NovelToon NovelToon
Penjahat As A Sister

Penjahat As A Sister

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cerai / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Penyesalan Suami
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Blesssel

Pantas saja dia sudah merasa curiga pada sampul buku itu yang tidak biasa. Alih-alih sekedar buku cerita biasa, ternyata itu adalah buku kehidupan terbuka dari masa depan beberapa orang, termasuk Victoria Hain. Sebuah tokoh dengan nama yang sama dengannya.
Sebuah tokoh yang kini dihidupi oleh jiwanya.

“Astaga, jadi aku adalah kakaknya antagonis?”
Adalah informasi paling dasar dalam cerita ini.

Alih-alih sebagai pemeran utama, Victoria Feyar berakhir menjadi kakak dari antagonis perempuan bernama Victoria Hain, yang akan mati depresi karena sikap dingin suaminya.

“Baiklah, mari kita ceraikan Kakak protagonis pria sebelum terlambat.” Adalah rencana Victoria, demi melindungi dirinya dan adik pemilik tubuh dari dua Kakak beradik pencabut nyawa.

Untungnya ini berhasil, meski bertahun kemudian Victoria dibuat kesal, karena mereka tidak sengaja kembali terlibat dalam situasi utama pada konflik cerita itu dimulai.

“Kakak Ipar, mohon bantu kami....”
-
“Dalam mimpimu.” -- Victoria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blesssel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9

Sementara di meja makan, Remi dan Estella saling memandang begitu juga dengan Elena. 

“Halo, perkenalkan saya Sekretaris Pak Raphael.” Elena membungkuk memberi salam meski dia lebih tua. Dia memberi salam berdasarkan kasta bukan usia.

Karena Elena tahu, bahwa remaja laki-laki di depannya ini adalah adik sang Bos yang terpaut usia jauh. Sementara untuk Estella, dia mengira gadis itu kekasih Remi.

“Ya, tapi dimana Kakakku?” tanya Remi canggung.

Elena tersenyum menjawab, “Pak Raphael sedang berbicara dengan isterinya.” 

Ada ketidaksukaan yang besar dari Elena saat mengantakan hal ini, dan ini ditangkap oleh Estella. Jadi ketika Remi memanggilnya masuk untuk berganti pakaian setelah latihan, Estella menahan diri.

“Tidak Rem, kau duluan saja. Aku akan duduk dulu.”

Estella mendudukkan dirinya dengan cepat, tidak memberi kesempatan bagi Remi berkata lebih. Tapi begitu Remi berlalu, Estella mendapati Elena yang semakin dekat saja dengannya. 

“Kamu sangat cocok dengan Tuan Muda, … eh atau apa itu sebutannya untuk adik Pak Raphael?”

Mendengar ini Estella tak menjawab, hanya tersenyum. Senyum yang disambut senyuman lain Elena. Dia mengira dia benar, jadi dengan cepat ingin menangkap ikan dan mulai membuat sekutu. Tidak tahu saja bahwa sebenarnya dia yang sedang masuk perangkap Estella.

“Kamu juga terlihat sangat diterima ya di keluarga Hain, … itu bagus sekali.” Elena mencoba berhati-hati berbicara. Dia ingin tetap santai sambil meraba-raba latar belakang Estella, takut gadis ini anak orang penting.

Elena pun hanya tersenyum kecil membenarkan.

“Mm, ini sudah seperti rumah untukku.” 

Elena yang mendengar menjadi sangat iri, dia kembali memaksa senyuman lagi. “Itu pasti tak lepas dari Nyonya rumah ini, kan? Istri pak Raphael yang sangat baik, seperti yang dikatakan para pelayan.”

Estella tahu itu adalah pertanyaan pancingan. Karena dia bisa bertaruh nyawa, tidak mungkin para pelayan mengatakan hal yang baik tentang Kakaknya. 

“Bisa dikatakan begitu. Maksudku, … entah dimana akan menemukan wanita kaya seperti dia, yang rendah hati dan baik. Tidak heran Kak Raphael selalu mencintainya ….”

“Mencintai? Pfffftt ….” Elena tak bisa menahan tawa kecilnya.

“Maaf Nona, entah aku yang salah informasi, tapi banyak orang mengatakan hubungan mereka sebenarnya tidak baik.”

Estella menggeleng dan tertawa kecil. “Tidak, itu hanya rumor belaka karena sebenarnya mereka selalu baik-baik saja. Hanya, … Istri Kak Raphael yang terlalu nyentrik dan Kak Raphael yang terlalu memanjakan.”

Untuk pertama kalinya mendengar cerita yang berseberangan, Elena jelas tidak percaya. Namun mendengar itu dari orang terdekat mereka, Elena hampir kebakaran jenggot meski dia tak punya jenggot.

“Benarkah? Bagus sekali. Hanya sayang sekali kulihat istri pak Raphael tidak terlalu pandai menjaga diri. Maksudku, … orang-orang mengatakan hal itu menilai dia terlalu gemuk dan aneh dengan rambut yang menyala.”

Estella tahu itu adalah opini pribadi Elena, tapi dia tetap tidak bisa menerima seseorang membicarakan Kakaknya dengan cara seperti itu. Tangannya sedikit bergetar dibawah meja, tapi dia melanjutkan dengan tenang.

“Mm, … tapi jangan katakan siapapun yah.” Estella memajukan wajahnya mendekati Elena dan berbisik, “... warna rambut itu sebenarnya adalah permintaan khusus Kak Raphael pada istrinya.”

“Apa?”

“Shut, itu rahasia. Kak Raphael itu suka hubungan yang dingin diluar, panas di dalam. Dia suka seseorang yang aaagggrrreeessifff.”

Setelah mengatakan itu dan menekan kata agresif, Estella tertawa kecil dan berlari masuk meninggalkan Elena yang syok. Dia semakin syok apalagi dengan tambahan Raphael dan Victoria yang tiba bersama.

Elena yang masih tidak percaya, dibuat meragukan dirinya sendiri melihat kekompakan Raphael dan Victoria. Keduanya banyak bertindak bersama-sama meski tidak banyak mengucapkan kata-kata.

Elena mencoba berbincang kecil untuk mencari tahu kebenaran, tapi Victoria menutup semua kunci untuk pembicaraan membuatnya terpaksa diam. Hingga akhirnya, Remi dan Estella kembali ke meja makan saat semua makanan siap.

Berlima mereka makan tanpa kata apapun, hal yang canggung untuk Elena tapi biasa bagi mereka. Khususnya Estella dan Remi. Keduanya sudah biasa menutup mulut, tidak peduli apa yang terjadi di meja makan.

Victoria yang sedari tadi cukup mendominasi keadaan, terus memperhatikan Elena dalam diam, hingga memperhatikan jus yang ditelan wanita itu dengan rasa kasihan. 

Sebentar lagi wanita itu pasti akan sakit, pikirnya.

Benar saja, tidak lama setelah makan Elena merasa tidak nyaman pada perutnya. Itu perasaan yang cepat dan tidak mudah. Dia merasa sesuatu akan segera berbunyi, jadi dia segera permisi ke toilet. Tapi baru setengah jalan, bunyi itu tak bisa ditahan. ‘TUUUUUTTTT….”  Tawa Estella pecah.

Victoria yang melihat ini, menatap Estella dengan gelengan kepala. Dia tanpa sengaja melihat Estella menuang sesuatu dalam minuman Elena. Hal ini tidak mengherankan, sebab karakter Estella dikatakan antagonis, dan ini salah satu dari banyak ide yang suka dia lakukan di cerita.

Naas malam ini bagi Elena, karena dia begitu malu dan tak terkendali. Tapi seperti karakter yang tertulis, dia bodoh dan bebal. Karena saat kembali dari kediaman Hain, dia langsung melakukan panggilan untuk pelayanan salon di rumah. Panggilan untuk untuk mewarnai rambutnya malam itu juga.

Sementara kembali ke kediaman keluarga Hain, Raphael di ruang kerjanya malam itu, mendapatkan panggilan dari orang yang paling dia hindari melebihi Victoria. Orang yang dia benci, tapi masih harus tetap dia sopandi.

“Halo Paman, lama tidak bicara ….”

Sementara malam berlalu dan fajar menyingsing, masing-masing mereka memiliki sesuatu yang hendak dilakukan. Salah satunya Victoria, yang memutuskan untuk bangun lebih awal. Tidak ingin terlalu gemuk sampai obesitas, dia memutuskan untuk melakukan jalan-jalan pagi di saat matahari baru terbit. Tidak menyangka bahwa Raphael akan ada disana juga. 

Bedanya Raphael sudah kembali dari berlari, sementara dia baru akan berjalan-jalan.

Hal yang benar-benar canggung bagi keduanya untuk bertemu seperti ini. 

Raphael tadinya berpikir Victoria akan membuka percakapan, tapi bahkan setelah keluar dari pintu pagar, wanita itu tidak menyapa hanya tersenyum.

Sebagai seseorang yang tidak ingin berbicara, dia menyukai sikap ini. Raphael senang dan ingin membiarkan saja, tapi sudah sekitar lima menit Victoria diluar, dia kembali teringat anjing liar yang hampir menggigitnya di pertigaan pos.

Mempertimbangkan hal ini Raphael segera berlari ke luar dan menyusul Victoria, yang sudah dekat dengan pertigaan itu.  

“Victoria!!!”

Victoria yang dipanggil memiliki sepasang pengalir lagu ditelinga, jadi jelas tak akan merespon.

Raphael yang melihat Victoria tengah menepuk-nepuk jari di paha, menyadari bahwa wanita itu sedang memakai headset bluetooth di telinganya. Hal ini memaksa Raphael untuk segera lebih cepat.

Entah mau dikatakan beruntung atau sial, Raphael berhasil mengamankan Victoria tepat waktu. Anjing itu masih berperilaku sama dan hendak mengejar mereka, jadi sengan sangat cepat dan gesit, Raphael membawa Victoria ke dalam pelukannya, dan berdua masuk di pos keamanan yang kecil. 

Walaupun telah melintasi waktu, manusia tetaplah manusia. Menyadari hewan yang sangat ganas di depannya yang masih mencoba-coba meloncat masuk, Victoria memeluk Raphael erat-erat seperti anak koala.

Guk, Guk, Guk, Guk ….

“Huaaaaa Mama, jangan gigit aku.”

“Apa yang kamu lakukan? Anjing itu ada di luar!” ujar Raphael risih.

Victoria yang menyadari kecanggungan itu, terdiam sebentar. “Ckck, … kau benar.” Dengan segala malu Victoria segera menurunkan dirinya dari Raphael.

Tapi alis Raphael terlanjur menyatu mendengar decakan itu. Kalaupun dia memang benar, kenapa Victoria harus berdecak?

“Tidak ingin berterima kasih?” tanyanya.

Mendengar ini, Victoria mengangkat sebelah alisnya. Sebenarnya dia terlalu angkuh untuk mengucapkan terima kasih, tapi sadar diri bahwa dia harus bersikap baik pada Raphael selama mereka belum bercerai.

“Benar, kau benar lagi. Maafkan aku. Terimakasih banyak Raphael, jika tidak ada kau entah apa yang akan terjadi hehee ….”

Raphael tidak menanggapi lagi perkataan Victoria, yang terasa canggung ditelinganya. Dia hanya terus melihat keluar sambil menunggu anjing-anjing itu pergi. 

Victoria yang memperhatikan situasi yang menjebak ini, kesal tapi tidak terlalu kesal juga.

Dia kesal dengan sikap dingin Raphael, tapi senang juga karena itu artinya dia tidak harus berbicara banyak juga.

Setelahnya, kedua mereka kembali ke rumah seperti tidak ada ada apa-apa. Jika hal semacam ini terjadi kepada orang lain, maka pasti ada sesuatu yang berubah diantara mereka. 

Tapi bagi Raphael dan Victoria, terkunci berdua dalam ruang kecil dan dalam waktu yang cukup ternyata tidak berdampak apa-apa. Kedua mereka masih fokus pada tujuan masing-masing, dan diam-diam masih  memelihara bibit ketidaksukaan untuk satu sama lain.

Estella dan Remi yang baru turun dari tangga, terkejut dengan kedatangan bersama kedua Kakak mereka bersama.

“Kakak dari mana?”

“Jalan-jalan,” jawab Victoria acuh.

“Berdua?” tanya Remi.

“Bukan, … berempat dengan bayangan.”

Estella dan Remi saling menatap satu sama lain dengan percakapan mata yang hanya bisa mereka mengerti. Tadinya mereka ingin tertawa, namun melihat wajah datar keduanya, mereka memutuskan untuk duduk diam dan pergi menikmati sarapan saja.

1
Blesssel
Walaupun nggak komen, jangan lupa di like, di vote di hadiah ayo apa kek terserah! biar penulis tahu ada yang nunggu update
D'nindya Idsyalona
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!