Bibit Bayaran

Bryan menarik tangan Manika dengan lembut. Lalu tangannya berpindah ke pinggang ramping Manika. Dan sebelah tangannya lagi, dia buat untuk mendorong Stroller Cloe.

"Lebih baik sekarang kita belanja dulu untuk My Princess, setelah itu aku jelasin. Tapi ikut aku ke suatu tempat lagi,". Bisik Bryan tepat di depan telinga Manika. Dan itu membuat Manika risih, apalagi tangan Bryan yang tidak mau melepaskan pinggangnya.

"Jangan bersikap seperti ini terus, Mas. Aku tidak mau disangka pelakor oleh kekasihmu!" ketus Manika seraya berusaha melepaskan tangan Bryan dari pinggangnya. Akan tetapi usahanya itu sia-sia saja. Karena Bryan semakin merapatkan Manika ke sisinya.

"Sudah aku katakan berapa kali padamu, Sayang. Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan perempuan lain, kecuali denganmu," ucap Bryan.

"Dan apa hubungan kita ini? Apa aku hanya sebagai pemuasmu saja? Kita tidak memiliki sebuah hubungan yang memikat kita, Mas! Dan kalau kamu lupa, kita baru saja kenal beberapa hari yang lalu. Jadi aku harap, jaga sikap Mas terhadapku. Karena aku tidak ingin dicap sebagai perebut lelaki orang." kata Manika panjang lebar.

Setelah berkata seperti itu, Manika mengambil Cloe yang tengah sibuk dengan mainan yang disiapkan oleh Bryan untuknya. Wajah Manika menahan amarah begitu besar terhadap lelaki pemaksa itu. Lalu Manika membawa Cloe ke dalam gendongannya memutuskan untuk pergi dari sana.

Bryan begitu geram melihat sikap Manika seperti itu. Walaupun caranya untuk mendekati ibu dari putrinya tersebut sedikit tergesa-gesa, namun Bryan tetap tidak akan melepaskan wanita itu.

Padahal dia sudah merancang pendekatan serta kencan yang romantis untuk Manika. Namun jika wanita itu memilih untuk pergi darinya, maka Bryan tidak punya pilihan lagi selain itu.

Saat kaki Manika ingin melangkah, tanpa dia bayangkan tangan Bryan menariknya dan kembali menuju mobilnya yang berada di parkiran sebuah pusat pembelanjaan tersebut.

"Lepas, Mas!" berontak Manika sambil menggeliatkan tangannya dari genggaman tangan Bryan. Namun Manika kalah tenaga dengan lelaki bertubuh kekar tersebut.

"Jangan buat kesabaranku habis untuk yang kesekian kalinya, Sayang!" geram Bryan dengan suara tertahan namun juga menakutkan bagi Manika.

Dengan menahan rasa geram di hatinya, Bryan menarik Manika untuk masuk ke dalam mobil. Tidak menerima penolakan apapun itu dari Manika. Ada beberapa pasang mata yang melihat ke arah mereka, namun Bryan tidak memperdulikan itu. Yang terpenting baginya sekarang, segera membawa Manika ke suatu tempat. Tempat yang membuat Manika tidak bisa lagi kabur darinya.

Selang beberapa menit, mobil yang mereka tumpangi telah sampai ke sebuah rumah yang terlihat sangat besar. Manika tak bergeming saat Bryan membukakan pintu mobil dan menyuruhnya untuk turun.

"Sayang, jangan paksa aku untuk berbuat diluar kehendakku," geram Bryan karena wanita keras kepala yang masih duduk di dalam mobilnya itu tidak bergerak dari tempatnya sedikitpun.

"Dan jangan paksa aku untuk menuruti semua kemauan mu, Mas!" ucap Manika dengan lantang. Tidak memperdulikan lagi ada Cloe disekitar mereka. Membuat Bryan sedikit mengerang.

Dan pada saat Bryan ingin menarik paksa Manika untuk keluar dari dalam mobilnya, tiba-tiba pintu rumahnya terbuka. Membuat pandangan mereka teralihkan.

Terlihat sekarang wanita paruh baya, namun juga masih terlihat muda dan cantik di usianya. Wanita paruh baya itu berjalan menuju mobil Bryan yang terparkir sembarangan di plataran rumahnya.

"Bry, ada apa? Kok Mama dengar ada suara ribut dari luar?" tanya Shakki yang diikuti oleh Ghani di belakangnya. Kemudian di susul oleh Ayumna dari arah pintu masuk rumah keluarga Natakusuma tersebut.

Mata Manika semakin memerah, saat melihat ada perempuan serta anak kecil yang berjalan di belakang wanita paruh baya tersebut. Manika meyakini kalau mereka adalah istri dan anak Bryan.