Rumah tangga yang telah aku bangun selama dua tahun dengan penuh perjuangan, mulai dari restu dan segala aspek lainnya dan pada akhirnya runtuh dalam sekejap mata. Aku yang salah atau mungkin dia yang terlalu labil dalam menyelesaikan prahara ini? berjuang kembali? bagaimana mungkin hubungan yang telah putus terbina ulang dalam penuh kasih. Berpaling? aku tidak mampu, segalanya telah habis di dia. Lalu aku harus bagaimana? menerima yang datang dengan penuh ketulusan atau kembali dalam rasa yang setengah mati ini? aku hancur dalam cintanya, segala hal tentang dia membuat aku hancur berantakan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lissaju Liantie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab_029 Dokter Deria
"Dia baru aja keluar, di ruang operasi kali atau mungkin lagi di ruang rawat pasien." Jawab Anand dengan perlahan menurunkan kembali lengan kaos yang tadi sempat ia singing kan keatas.
"Hmmmm!" Jawab Deria lalu perlahan kembali menutup pintu ruangan tersebut.
Anand bernafas lega lalu beranjak beralih kembali pada kursinya namun sebelum ia duduk pintu telah kembali terbuka dari luar membuat Anand seketika kembali berdiri tegak dengan tatapan yang tertuju kearah pintu.
"Aku, Anand..." Ujar Deria pelan, namun terlihat jelas bahwa ia menahan kata-kata yang ingin ia ucapkan selanjutnya.
"Mau aku panggilkan dokter Dariel? Atau mau menunggunya disini?" Tanya Anand yang berusaha untuk terlihat tenang.
"Hmmm, aku akan menunggunya di sini." Jawab Deria lalu perlahan masuk dan langsung mengambil tempat pada sofa.
"Hmmmm, aku akan keluar..." Ujar Anand yang segera melangkah menuju pintu bahkan tanpa mengambil jas kedokteran atau pun ponsel miliknya yang tergeletak diatas meja kerja sana.
"Kenapa?" Tanya Deria.
"Kenapa, apa?"
"Keluar? Apa aku membuat mu tidak nyaman?"
"Ahhhh, bukan begitu, aku harus menemui pasien ku."
"Bukannya melarikan diri dari aku?"
"Kenapa harus melarikan diri? Aku memang lagi ada kerjaan, anggap saja kantor sendiri, bye..." Jelas Anand dan lekas keluar dari sana.
"Kenapa hari ini dia terlihat begitu aneh? Ntah itu penampilan ataupun sikapnya, dia tidak seperti Anand yang ku kenal..." Ungkap hati Deria lalu beranjak bangun dari duduknya.
Perlahan ia melangkah menuju meja kerja sang mantan suami, sejenak memperhatikan dengan seksama meja kerja yang begitu berantakan. Tangan Deria bergerak hendak merapikan barang-barang yang berserakan diatas meja namun seketika terhenti saat ponsel milik Anand berdering, satu panggilan masuk dengan nama kontak "Si Vampir" yang terlihat jelas muncul di layar ponsel milik Anand.
"Abang Sean, apa aku angkat aja, siapa tau penting..." Ujar Deria lalu segera menjawab panggilan tersebut.
"Dimana kamu? Kenapa masuk kerja? Abang sudah melarang mu datang, sebaiknya untuk satu minggu ini jangan ke rumah sakit dulu." Jelas Sean dari seberang sana, suaranya terdengar penuh dengan rasa khawatir.
"Kenapa abang melarangnya datang ke rumah sakit?" Tanya Deria kebingungan.
"Ria, kenapa ponselnya bisa di kamu?" Tanya Sean setelah tau ternyata orang yang menjawab panggilannya bukanlah Anand melainkan Deria.
"Aku di ruangannya dan dia baru saja keluar, sekarang tolong abang jawab pertanyaan ku lebih dulu." Pinta Deria bersamaan dengan pintu yang kembali di buka dari luar, sosok Anand muncul dari balik pintu.
"Bukankah itu ponsel ku?" Tanya Anand yang buru-buru mengambil alih ponsel miliknya dari genggaman Deria.
"Nanti aku ke ruangan abang." Tegas Anand setelah melihat dengan siapa Deria sedang berbicara lalu ia langsung memutuskan panggilan tersebut.
"Jangan sentuh apapun milik aku!" Gumam Anand dengan suara lantang yang cukup membuat Deria melangkah mundur menjauh dari meja kerja Anand.
"Jika kamu ingin menunggu kekasih mu maka tunggulah di meja kerjanya jangan sentuh barang-barang ku, aku mohon!" Pinta Anand dengan memejamkan kedua matanya.
"Maaf, aku hanya...sudahlah, aku salah dan aku minta maaf. Tapi, apa yang kamu maksud dengan menunggu kekasih?"
"Sudahlah dokter Deria, aku tidak ingin membahas apapun." Tegas Anand lalu keluar dengan membawa serta ponsel miliknya.
"Dokter Deria? Se-asing itukah aku bagi mu? Kamu benar-benar menguji kemanusiaan ku." Gumam Deria dengan tatapan yang begitu kesal.
"Apa lagi?" Teriak Deria dengan suara lantang saat pintu kembali dibuka dari luar.
"Lagi? Aku bahkan baru datang!" Jelas Dariel yang muncul dari balik pintu.
"Sorry! Aku kira tadi itu..." Deria menghentikan penjelasannya.
"Apa dokter Anand mengusik mu?" Tanya Dariel dan segera mendekati Deria untuk mengecek keadaannya.
"Bukan begitu, sudah lah aku tidak ingin membahasnya." Jelas Deria.
"Hmmm, apa kamu sedang menunggu aku?" Tanya Dariel.
"Iya, aku ingin memintamu melakukan pemeriksaan khusus terhadap salah satu pasien yang sedang aku tangani, sepertinya ada masalah dengan tulang bahunya." Jelas Deria.
"Baiklah, aku akan memeriksanya." Jawab Dariel dengan senyuman.
"Terima kasih banyak, aku permisi." Ucap Dariel yang perlahan melangkah untuk keluar dari sana, namun tiba-tiba langkahnya terhenti, dia merasa pusing, tubuhnya hampir hilang kendali, menyadari apa yang terjadi membuat Dariel segera bergerak lalu memapah tubuh lemah Deria untuk duduk di sofa.
"Anand..." Teriak Sean dengan tangan yang menarik kasar gagang pintu hingga membuat pintu terbuka lebar.
Lagi dan lagi Sean melihat kemesraan antara Dariel dan Deria, kali ini yang ia lihat adalah dari sudut dimana Deria terlihat sedang dipeluk manja oleh Dariel diatas sofa.
"Maaf sebelumnya, tolong jaga sikap kalian, karena ini bukan hanya ruang kerja mu Dariel. Hmmmm, atau sebaiknya memang kalian tukar tempat aja? Biar dokter Ria yang disini lalu Anand pindah ke ruangan dokter Ria yang sekarang?" Tanya Sean.
"Pak Sean, jangan salah paham!" Dariel mencoba menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Kamu tidak perlu menjelaskan apa-apa Dariel, aku pamit, oh ya jika dia kembali katakan kalau aku mencarinya." Jelas Sean lalu pergi dari sana.
"Aku juga permisi...." Ujar Deria yang mencoba untuk bangun.
"Kamu yakin sanggup untuk berjalan? mau aku antar?" Tanya Dariel khawatir.
"Tidak perlu, aku baik-baik saja. Dan soal ucapan pak Sean barusan, aku minta maaf karena membuat mu tidak nyaman." Jelas Deria.
"Udah santai aja, lagi pula bukan salah kita kan jika pak Sean salah paham." Jelas Dariel dengan senyuman.
Perlahan Deria keluar dari ruangan tersebut. Langkah Deria begitu pelan, sesekali ia bahkan berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga agar bisa kembali berjalan.
"Apa aku demam ya? Atau gejala penyakit lainnya, seluruh tubuh ku rasanya lelah banget di tambah pusing dan juga rasa mual, apa aku terserang DBD? Atau justru virus yang lebih bahaya lainnya." Tanya hati Deria pada dirinya sendiri lalu kembali melangkah.
"Dokter baik-baik saja?" Tanya Kaivan yang melewati area tersebut dan melihat Deria kesusahan untuk melanjutkan langkahnya.
"Kai, bisa bantu saya kembali ke ruangan kerja?" Tanya Deria.
"Ayo dok!" Ajak Kaivan yang bahkan langsung membantu Deria untuk berjalan.
"Apa dokter baik-baik saja? Mau aku antar ke ruang pemeriksaan? Atau ayo kita temui dokter Hanin untuk melakukan pemeriksaan." Ajak Kaivan sambil keduanya terus berjalan.
"Tidak perlu, dan terima kasih banyak, tapi aku cuman kelelahan aja kok, istirahat sebentar juga bakal kembali segar bugar!" Jelas Deria mencoba untuk tersenyum.
"Tapi wajah dokter terlihat begitu pucat dan maaf, tangan dokter juga terasa begitu dingin, sebaiknya kita lakukan pemeriksaan aja dokter, ayo...!" Jelas Kaivan yang mulai begitu khawatir dengan keadaan tubuh Deria yang terlihat begitu lemah.
"Aku baik-baik saj..." Tubuh Deria terjatuh dalam dekapan Kaivan bahkan sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.
~~