(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29
ISTRI 13 TAHUN
29
Pajajar menatap kagum calon istrinya yang beberapa menit kedepan akan sah menjadi miliknya seutuhnya. Tidak dapat Pajajar pungkiri jika Suniah memang jauh lebih cantik dari Diah, wanita yang pernah disukai Pajajar. Meskipun make up ala kadarnya yang melekat di wajah Suniah namun, dapat merubah wajah Suniah dari terkahir Pajajar lihat.
"Tutup mulut kamu Jaja, nanti kemasukan lalat baru tahu rasa." bisik Hendro membuat Pajajar reflek menutup mulut dan melepas pandangan dari Suniah. Dirinya sedikit malu karena ketahun memperhatikan calon istrinya. Untung saja itu Ayah-nya yang menegur kalau orang lain alamak malu sekali Pajajar.
"Nanti saja puas-puasin lihat Suniah kalau sudah sah jadi istri kamu. Untuk sekarang di tahan dulu karena acara akan segera di mulai."
"Iss Ayah apaan sih, lagian aku juga tidak melihat Suniah kok," sangkal Pajajar.
"Tidak usah bohong sama ayah, lagian sedari tadi mata kamu hampir saja keluar dari tempatnya jika tidak ayah tegur. Ayah tahu Suniah itu sangat cantik makanya mata kamu tidak lepas dari menatap kecantikan menantu ayah itu." Wajah Pajajar tampak merah karena malu. Apa yang dikatakan Ayah-nya memang seratus persen benar. Lagian siapa sih yang bisa mengalihkan penglihatan dari kecantikan wajah Suniah.
Bahkan dirinya saja sampai geram melihat beberapa pasang mata menatap kagum pada calon istrinya. Ingin sekali Pajajar congkel setiap mata yang melihat ke arah calon istrinya. Apakah bisa Pajajar kurung saja calon istrinya itu di dalam kamar biar tidak ada mata jelalatan yang melihat rupa yang sebentar lagi akan menjadi miliknya seutuhnya.
"Jaja kamu lagi mikirin apa sih? itu tangan calon mertua kamu sudah terulur." Lagi-lagi bisikan Ayah kembali membuat Pajajar tersentak. Dirinya benar-benar tidak sadar akan kehadiran Rijali yang kini sudah duduk tepat di depannya begitu pun dengan Suniah yang sudah duduk tepat di samping dirinya.
"Apa bisa kita mulai Pajajar?" tanya Rijali untuk ke-dua kalinya karena yang pertama tadi Pajajar tidak mendengarnya.
"Bisa Pak," balas Pajajar mengangguk dan menjabat tangan Rijali.
"Bismillaahirrohmaanirrohiim, saya nikahkan dan kawinkan engkau Pajajar Hendrowan dengan putri kandungku, Suniah Mairij dengan seperangkat alat sholat serta 10 gram emas dibayar tunai!!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Suniah Mairij binta Rijali dengan maskawin tersebut tunai!!" Satu kali tarikan nafas akhirnya Pajajar lancar mengucapkan kalimat sakral tersebut.
SAH!!!
SAH!!!
SAH!!!
Semuanya mengucap rasa syukur kala kalimat SAH sudah menggema di kediaman Rijali. Maimun yang duduk tidak jauh dari Suniah menangis haru karena pada akhirnya putri yang dia lahirkan dan dia besarkan dengan setulus hati, kini sudah menjadi milik laki-laki lain. Tidak ada hak sama sekali bagi dirinya tentang kehidupan sang putri untuk kedepannya karena semua itu sudah jatuh ke pundak Pajajar sebagai suami bagi putrinya.
Tak ada seorang Ibu yang mau jauh dari putrinya, tapi apa bisa di kata jika takdir anaknya bersama dirinya hanya sampai saat ini. Seterusnya hanya milik suaminya. Mungkin jika sesekali bisa anak dan menantunya menginap di rumah, itupun kalau menantunya waktu luang kalau tidak ya diri ya hanya bersama suami dan putri keduanya saja. Sepi itu jelas terasa nanti jika putri sulungnya sudah dibawa suaminya dari rumah.
Tidak jauh berbeda dengan Rosiati, ibu beranak tiga itu juga menangis haru karena saat ini dirinya sudah memiliki seorang menantu di keluarga kecilnya. Rasanya masih tidak menyangka saja yang dirasakan Rosiati saat ini. Bayi merah yang dulu dia lahirkan nyatanya saat ini sudah memiliki pendamping dalam hidupnya.
TBC