Menjadi cantik dan cerdas tidak membuat nasib baik berpihak pada wanita bernama Teresa. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah, tapi nasib buruk terus menimpanya. Selama ini ia menikah atas dasar cinta, membuatnya menormalisasi perbuatan buruk suaminya. Ia menjadi mesin penghasil uang untuk suami dan ibu mertuanya selama ini, sampai pada akhirnya suatu kejadian menyakitkan membuatnya tersadar, bahwa ia harus meninggalkan kehidupan menyedihkan ini. Teresa berubah menjadi wanita yang memprioritaskan uang dan kekayaaan. Ia sudah tidak percaya cinta, ia hanya percaya kepada uang dan kekuasaan. Menurutnya, menjadi kaya adalah tujuan utamanya sekarang. Agar dia tidak lagi ditindas. Sampai ia menemukan seorang pria yang menjadi sasaran empuk untuknya, pria dengan status sosial yang tinggi, pria dari kalangan atas yang akan membantunya untuk meningkatkan status sosialnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 (Kemarahan Wiliam)
2 hari sebelum perceraian.
Teresa hanya diam di dalam kamarnya saat keluarga Kristan dan juga Sonia sedang membicarakan pernikahan mereka. Ia tidak bisa keluar dari kamarnya disaat-saat seperti ini. Karena mungkin, Tere tidak ada kepentingan disana.
Tapi tiba-tiba, suara ketukan pintu berhasil ia dengar. Tere langsung membukanya dan terlihatlah Kristan yang sudah berdiri di depan pintu sembari menatapnya.
“Aku harus membicarakan sesuatu denganmu” ucapnya.
Tere dengan terpaksa keluar dan melihat ruangan yang dipenuhi oleh keluarga Sonia. Ia bisa melihat tatapan membenci dari semua orang saat ia keluar. Tere mencoba bersikap biasa saja dan mencoba tidak memperdulikan tatapan mereka.
“Aku meminta kembali cincin berlian yang dulu pernah aku berikan padamu” ucap Kristan.
Tere yang mendengar itu langsung menatapnya tak percaya. Bahkan ia lupa kapan Kristan memberikan cincin berlian kepadanya. Dan tebakan Tere adalah cincin itu diberikan saat acara pernikahannya dulu.
“Kenapa kau memintanya kembali? Itu sudah sepenuhnya milikku!” Ucap Tere tak terima.
“Aku yang berikan barang itu padamu, aku berhak memintanya kembali” ucap Kristan.
“Sudah tidak ada! Cincin itu sudah kujual setahun yang lalu untuk melunasi hutangmu dan juga sepeda motor ibumu!” Ucap Tere berbicara jujur.
“Beraninya kau menjual cincin itu!” Ucap Kristan marah.
“Kau pikir gajiku itu cukup untuk menghidupimu dan juga hutangmu itu? Ditambah lagi ibumu juga sangat boros” ucap Tere.
Dan ‘PLAK!!’
Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Teresa. Kristan menamparnya dengan sangat keras. Sampai pipi Tere memerah, bahkan Tere terus memegangi pipinya yang terasa perih.
“Jaga bicaramu! Disini ada keluarga Sonia! Apa kau sengaja?” Ucapnya berbisik.
“Aku hanya berbicara fakta, apa salahnya? Kau takut?” Ucap Tere sembari tersenyum mengejek.
Kristan yang melihat itu langsung terpancing emosi. Ia menarik Tere dan memasukannya kedalam kamar. Kristan juga masuk dan hanya mereka berdua yang berada di kamar. Ia mengunci pintunya terlebih dahulu sebelum menatap Teresa dengan tajam.
“Kembalikan cincin berlian itu dalam jangka waktu tiga hari” ucapnya sembari mendekat kearah Teresa.
“Mustahil! Aku bisa dapat uang darimana Kristan!” Ucap Tere sembari memundurkan langkahnya ketakutan.
“Dari pria tua itu, kau bisa tidur dengannya lalu meminta uang padanya. Mudah bukan?” Ucap Kristan.
“Gila!” Ucap Tere.
“Aku membutuhkan uang untuk pernikahanku, sebaiknya kau bisa bekerja sama” ucap Kristan.
“Tidak akan! Aku tidak bisa memberikanmu uang sebanyak itu” ucap Tere.
“Bekerjalah! Tugas seorang lelaki adalah bekerja! Kau tidak bisa terus meminta-minta seperti itu” ucap Tere.
Kristan mendekati Teresa dan mulai menjambak rambut panjangnya dengan sangat kuat, Tere meringis kesakitan. Kedua tanganya berusaha untuk melepaskan jambakan rambut itu.
“Lepaskan! Aku akan melaporkanmu ke polisi!” Ucap Tere.
“Coba saja, bukankah kau sudah sering mengancamku dengan kalimat yang sama?” Ucap Kristan sembari terkekeh.
‘AKHH!!’
Tere menjerit saat Kristan membenturkan kepala Teresa ke lemari kayu yang berada di depanya. Kristan kembali menarik rambutnya lagi dan kali ini ia melemparkan Tere keatas tempat tidur. Lalu, Kristan memukul wajah Tere dengan tangan kanannya.
Darah segar berhasil keluar dari hidung Tere. Ia dengan cepat mencari ponselnya untuk meminta tolong seseorang. Tapi tanganya dengan cepat dicengkeram dengan sangat kuat oleh Kristan.
Tere melihat wajah Kristan di depannya. Ia terlihat seperti seseorang yang sedang sangat marah, Tere mengira bahwa ia marah karena uang. Dan akibatnya sekarang Kristan melampiaskan amarah ke dirinya.
“Lepaskan! Kau akan membayar semua perbuatan burukmu suatu hari nanti Kristan!” Teriak Teresa. Dan teriakannya itu berhasil terdengar sampai luar.
Sonia mulai mengetuk pintu dengan keras. Tere bisa melihat wajah panik Kristan saat ini. Pria itu seperti tersadar dan langsung melepaskan cengkeraman tangannya. Ia hanya melihat kearah Teresa sejenak, sebelum ia pergi dari kamar ini.
Teresa segera mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya. Ia mencari nomor seseorang yang akan ia mintai tolong. Matanya tertuju kepada nomor Wiliam. Tapi tere ragu untuk menghubungi lelaki itu.
Saat sedang memilih nomor kontak yang akan dihubungi, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu yang basah di dahinya. Lalu, tangan Teresa mencoba untuk menyentuhnya.
“D-Darah!!” Ucap Tere sembari melihat cairan merah ditanganya.
Tiba-tiba rasa sakit di kepalanya semakin menjadi. Pandanganya pun mulai kabur. Tere memilih nomor siapapun yang berhasil ia sentuh dengan jarinya, ia memanfaatkan dengan sangat baik sisa-sisa kesadaranya. Lalu ia bernafas lega saat panggilan itu diangkat oleh seseorang.
“T-Tolong aku,,, di rumahku. Aku sekarat”
Setelah mengatakan kalimat itu dengan terbata-bata, Teresa akhirnya tidak sadarkan diri akibat luka di kepalanya. Benturan lemari kayu itu membuat Tere terluka.
———
Sementara diruang televisi, keluarga Kristan dan Sonia sedang melakukan acara makan-makan. Mereka banyak tertawa dan banyak bercerita tentang banyak hal. Begitu juga dengan Sonia, ia terlihat sangat bahagia karena akhirnya sebentar lagi ia akan menikah dengan Kristan.
Ia memandang Kristan dengan takjub. Menurutnya, Kristan adalah pria idamannya sejak dulu. Ia melihat pria itu sebagai pria yang humoris, Sonia juga merasa bahwa Kristan memiliki daya tarik sendiri. Oleh karna itu, ia bahkan tidak memperdulikan statusnya yang masih suami orang.
Kristan yang merasa ditatap itu seketika sadar, ia melemparkan senyuman kepada Sonia. Ia memaksakan senyumanya itu. Karena jauh di dalam hatinya, ia sedang memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar dalam sekejap.
Teresa adalah harapan satu-satunya. Tapi cincin berlian itu justru sudah tidak ada lagi. Kristan merasakan sakit kepala yang luar biasa jika memikirkan hal itu sekarang.
Ia merasa marah kepada Tere karena menjual cincin berlian itu tanpa sepengetahuannya. Padahal jika saja cincin itu masih ada, mungkin ia tidak akan seputus asa ini.
‘Tok!
‘Tok!
‘Tok!
Suara ketukan pintu berhasil menyadarkan lamunannya. Kristan memberitahu semua orang bahwa ia yang akan membukakan pintu itu. Ia penasaran siapa orang yang datang malam-malam begini.
Kristan membuka pintunya, dan matanya terkejut saat melihat seorang pria berkacamata. Saat ia memperkirakan usia pria itu Kristan langsung teringat sesuatu, ia menebak bahwa dia adalah kekasih Teresa.
“Saya Thomas, saya ingin mencari Teresa” ucapnya.
Stefi yang berada disamping Thomas pun langsung menerobos masuk kedalam. Kristan yang masih melihat bagaimana penampilan Thomas tidak tersadar bahwa Stefi sudah masuk kedalam.
“Thomas? Kekasih Tere bukan?” Ucap Kristan.
“Emm mungkin?” Ucap Thomas.
“Pa Thomas lihat ini!” Teriak Stefi dari dalam.
Kristan yang tersadar pun segera masuk dan langsung menuju kedalam kamarnya. Disana terlihat Stefi sedang memeluk Tere yang tidak sadarkan diri. Dengan panik Thomas langsung membantunya untuk mengangkat Teresa.
Kristan hanya diam membeku, ia tidak kawatir tentang Teresa, tetapi ia takut bahwa keluarga Sonia melihatnya. Ia takut bahwa mereka akan menilai dirinya pria kasar.
Setelah Thomas dan juga Stefi membawa Teresa keluar, Kristan datang menghampiri semua keluarganya. Ia terdiam beberapa saat, sembari memikirkan sebuah alasan.
“Jelaskan Kristan!” Ucap ibu Sonia.
“Dia memang mempunyai penyakit aneh, dia kerap melukai dirinya sendiri karena dia tidak rela aku menikah lagi. Dia tidak mau melepaskanku” ucap Kristan berbohong.
Raut wajah yang memelas itu membuat siapa saja yang melihat akan percaya kepadanya. Kristan memang pandai bersandiwara. Dia mampu membuat orang lain merasa iba padanya.
“Kristan. Sebentar lagi kau akan lepas darinya, aku akan menikah denganmu. Kau tenang saja” ucap Sonia sembari memeluk Kristan.
Semua keluarga Sonia yang melihat itupun langsung percaya padanya. Apalagi melihat anak perempuan mereka yang terlihat sangat menyukai Kristan itu.
Sementara Teresa, ia langsung dilarikan ke rumah sakit. Stefi menunggu di depan ruang pemeriksaan dengan Thomas. Mereka terlihat sangat cemas sekarang, tapi yang paling cemas disini adalah Stefi.
“Bukankah suaminya itu bisa dipidana? Dia melakukan kekerasan!” Ucap Thomas.
“Iya Pa. Akan ku pastikan pria brengsek itu membayar semua perlakuan buruknya!” Ucap Stefi dengan penuh kebencian.
Thomas hanya diam saat Stefi mengatakan itu semua, ia hanya melihat ekspresi wajah Stefi yang terlihat sangat marah. Lalu ia mengernyit saat ia melihat seseorang yang ia kenal sedang berjalan mendekat kearahnya.
Thomas langsung berdiri saat orang itu semakin mendekat kearahnya. Stefi yang tersadar pun ikut berdiri saat melihat orang penting sedang berjalan kearahnya.
“Bagaimana keadaanya?” Ucap pria itu.
“Pa Wiliam. Terimakasih sudah menyempatkan datang menjenguk bawahan saya” ucap Thomas.
“Jangan sungkan! Aku hanya melihat bagaimana keadaaan calon istriku” ucap Wiliam.
“C-Calon istri?” Ucap Thomas dengan tergagap.
Ia bahkan langsung terjatuh ke lantai. Kakinya mendadak lemas saat bos nya mengatakan hal itu padanya. Wanita pujaan hatinya yang selama ini ia sukai, ternyata adalah calon istri bos nya sendiri.
“Hebat sekali Teresa, kau berhasil memancing pria dengan sendok emas di mulutnya” ucap Stefi dalam hati.
Tak lama dokter keluar dan menjelaskan apa yang terjadi pada Teresa. Lalu Wiliam masuk kedalam ruangan, diikuti dengan Stefi dan Thomas di belakangnya. Sementara Dion, ia tetap berjaga diluar.
Tangan Wiliam langsung mengepal dengan kuat saat melihat keadaan Teresa saat ini. Ia melihat luka yang ada di wajah dan memar ditanganya. Entah kenapa ia sangat marah saat melihat Teresa di perlakukan buruk seperti sekarang ini.
“Siapa nama suaminya? Apa aku boleh membunuhnya?” Ucap Wiliam melihat kearah Thomas.
Thomas meneguk ludahnya ketakutan, ia bisa melihat ekspresi wajah bos nya yang terlihat sangat menakutkan. Ia semakin yakin bahwa Teresa memang milik seorang Wiliam Antonio.
lanjutttttt
lanjutttttttt