NovelToon NovelToon
Pengejar Lelaki

Pengejar Lelaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:515
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Ima mengalami hal yang sangat luar biasa pada kehidupan nya yang beranjak dewasa. Dia baru tahu bahwa cinta harus memandang usia, uang, kualitas, fisik bahkan masih banyak lagi. Hal itu membuatnya bimbang akan pilihan kedepan nya bagaimana dia menemukan sesosok pria yang begitu baik untuk menemani kehidupan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

Mereka masih berjalan bersama di malam hari yang tak terlalu gelap itu karena banyak nya cahaya dari berbagai tempat. Regis terdiam melihat sekitar. "Ima, bagaimana jika jalan jalan dulu," tawar nya.

"Yeah, memang nya apa yang kita lakukan sekarang."

"Ya kupikir mungkin lebih jalan jalan mampir... Oh lihat itu," Regis menatap mesin capit yang ada di sana.

"Ada apa?" Ima terdiam bingung.

"Lihat... Yang aku tahu boneka itu terbatas," Regis menunjuk mesin capit yang menyimpan boneka boneka kucing kecil manis di sana.

"Oh... Itu sangat imut..." Ima menatap salah satu boneka yang berwarna hitam putih.

"Kau suka kucing tuksedo ya?" Regis menatap.

"Eh, nama nya Tuksedo ya, aku baru tahu."

"Ya, dalam artian umum seperti itu... Kucing itu di sebut tuksedo," balas Regis.

"Kenapa Mas Regis tahu?"

"Hm hm... Aku tahu segalanya, aku ini Tuan Pintar," Regis menyombongkan diri.

"Ih... Beneran... Kalau begitu kau harus membantu ku menyelesaikan tugas kuliah jika aku tidak paham."

"Tak masalah, jika kau tidak percaya padaku, aku akan melakukan nya, ngomong-ngomong soal ini tadi, apa kau mau? Aku bisa mendapatkan nya," tatap Regis. Dia berencana bermain mesin capit itu untuk mendapatkan boneka kucing tuksedo untuk Ima.

"Hm? Mas Regis memang nya bisa bermain mesin capit?" Ima menatap bingung.

"Lihat saja sayang," Regis membalas sambil memasukan koin.

"Sayang dia bilang.... Uh.... Sangat manis," Ima menjadi merona dan ia menjadi terdiam berpikir kata itu tadi. "Ih... Dia bisa saja," Ima masih teringat dan menjadi merah tersipu.

"Baiklah sudah," Regis memberikan boneka itu. Seketika Ima terkejut. "Hah... Secepat itu... Bagaimana bisa?! Aku baru saja salting sebentar dia sudah dapat?!" dia bingung dan terkejut Regis bisa bermain secepat dan langsung mendapatkan boneka itu.

"Itu sangat mudah untukku, lagipula boneka kucing ini juga sangat bagus untuk mu. Setahuku kau lebih suka kucing asli bukan...?"

"Kenapa Mas Regis tahu jika aku lebih suka pada kucing ini?"

"Itu karena, aku melihat sesuatu di kamar mu dan ketika membeli kue, kau memilih kue berbentuk kucing tuksedo."

"Itu sangat baik, terima kasih, boneka ini sebenarnya mengingatkan ku pada seseorang," Ima terdiam melihat boneka itu di tangan nya.

"Siapa? Apa orang tadi...?"

"Bukan.... Ayah ku lebih tepat nya," balas Ima. Seketika Regis menjadi terdiam.

"Maaf kan aku."

"Kenapa meminta maaf?"

"Aku memberikan hal yang salah padamu membuat mu mengingat hal itu."

"Kau tahu? Masalah ku dengan Ayahku?" Ima menatap.

"Ibu mu yang bilang. Kalian berdua adalah ayah dan putri yang sangat dekat. Ayah mu suka membelikan boneka seperti ini tapi dia pergi dan terakhir bilang pada ibumu soal pekerjaan tapi tak pernah kembali sejak saat itu... Apa aku benar?"

"Kau benar.... Dia tak pernah kembali.... Meskipun dia masih hidup ataupun mati sekalipun.... Dia tetap lah ayah ku... Aku hampir lupa kasih sayang yang di berikan ayah padaku," Ima membalas sambil menatap langit malam membuat nya perlahan menangis.

Regis yang melihat itu mendekat dan memeluk nya. "Kau tahu... Ada cara yang lebih baik mencurahkan isi hatimu pada ku Ima... Aku yakin kau akan bertemu dengan nya lagi."

"Lalu, apa kau tahu apa arti yang di katakan ibu tadi soal tidak boleh menyebutkan kata itu di depan nya?" Ima menatap.

"Secara yang aku lihat, ibu mu nampak sangat tertekan seperti mengingatkan sesuatu jika mendengar kata itu, dan aku tahu itu pasti berkaitan erat dengan ayah mu," kata Regis.

"Kau benar, aku bahkan tak tahu di mana dia sekarang. Yang aku ingat ayah adalah tipe pria yang sangat baik."

". . . Jika aku boleh tahu, apa dia memang pria brengsek?"

"Dia meninggal kan ibu dan aku, dan saat itu... Ini Agak aneh... Saat itu umur ku masih 10 tahun, kehidupan kami bisa di bilang sangat baik, Ayah merupakan Direktur di cabang gedung 57. Hubungan ku dengan nya sangat dekat, tapi saat itu aku pulang dari sekolah dan menunjukan hasil ujian ku yang sangat bernilai bagus di depan Ayah ku yang menjemput ku dengan mobil... Tapi yang aku lihat di dalam mobil itu... Adalah wanita dewasa yang lain... Sejak saat itu aku tidak pernah percaya Ayah bisa berbuat seperti itu bahkan dia tak malu melakukan itu di depan Putri nya sendiri," kata Ima yang mulai meneteskan air mata.

Regis yang mendengar itu menjadi terdiam mengerti. "Aku sekarang mengerti kenapa Ima benar benar tak bisa memandang lelaki sebagai seorang yang harus di anggap, dia tak percaya pada lelaki maupun pria manapun. Dia hanya butuh sebuah kasih sayang yang harus di berikan oleh pendamping nya sendiri," ia lalu memeluk Ima membuat Ima terkejut membuka mata lebar.

"Aku akan memberikan yang terbaik untuk mu Ima," kata Regis dengan mengelus kepala Ima sambil masih memeluk nya.

"Terima kasih, Mas Regis," Ima menengadah menatap.

Hal itu membuat Regis terdiam. "Sikap Ima yang seperti ini, aku sungguh sangat mengerti sekali... Dia trauma karena melihat dari kisah cinta milik orang tua nya. Karena Ayah nya pergi, mungkin itulah sebab nya sikap tak percaya pada lelaki lah yang membuat nya begini karena Ayah nya meninggalkan ibunya... Aku pastikan, aku tak akan seperti itu," kata Regis.

"Eh.... Apa?"

"Saat aku mengatakan hal yang sia sia pada mu, tampar saja aku Ima... Dan beri aku banyak pelajaran," tatap Regis.

Malam ini dia terlihat sangat baik dan lembut membuat Ima tersenyum nyaman.

"Baiklah... Mas Regis," dia mengangguk. Regis menjadi tersenyum lembut dan mendekat ke kening ima untuk mengecup kening Ima membuat Ima terkejut berwajah merah.

Lalu mereka saling menatap dan tersenyum.

"Mas Regis kau benar-benar sangat tinggi," Ima menatap sambil mengangkat tangan nya memegang bibir Regis. Ia mengelus pelan dengan jari nya di bekas luka Regis.

Regis yang merasa Ima agak tak sampai, ia menjadi sedikit menundukkan tubuh nya. "Kau hanya tak terbiasa melihat pria tinggi dan besar sepertiku, kau sangat beruntung."

". . . Aku jadi penasaran.... Dengan bekas luka ini," kata Ima memegang pelan bibir Regis.

Seketika Regis terdiam mendengar itu. Mereka berdua saling menatap dengan tubuh Regis yang masih sedikit menunduk.

"Aku akan memberitahu mu nanti, ketika kita sudah sangat dekat dalam tahu segala nya soal kita sendiri."

"Hiz.... Kenapa asik bilang begitu?! Aku bahkan belum tahu semuanya tentang mu dan kamu dengan asiknya terus bertanya dan mendapatkan banyak informasi soal aku... Bagaimana dengan ku?" Ima tampak menatap kesal.

Itu membuat Regis tertawa kecil. "Haha... Baiklah, maaf, kelihatan yah... Aku memang sungguh sungguh.... Aku akan memberitahu padamu ketika waktunya benar benar pas... Begitulah cara orang dewasa mengatakan pada waktu..." kata Regis membuat Ima terdiam.

"Dewasa? Apa itu salah satu pengajaran yang kau lakukan padaku?" Ima menatap.

"Yeah, kau boleh menganggap nya begitu. Ngomong-ngomong, apa kau memutuskan untuk menjadi milik ku, Ima?" tatap Regis. Mereka masih ada di pinggir jalan duduk bersama di halte bus sambil melihat banyak kendaraan lewat. Mereka memutuskan untuk di luar semalaman dulu menikmati waktu berdua.

"Um.... Yah, jika memang takdir, aku akan memutuskan menjadi milikmu," kata Ima.

"Bagus, kau harus mengatakan itu ketika kita bertunangan nanti, soal itu, jangan khawatir. Aku akan menunggumu lulus kuliah."

"Eh, itu masih 3 tahun lagi, kau mau menungguku selama itu?"

"Tak apa, yang penting kau akan siap menjadi milikku," kata Regis sambil tersenyum lalu Ima ikut tersenyum.

"Oh, tunggulah sebentar, aku akan membeli sesuatu," kata Regis sambil berdiri.

"Eh, membeli apa?" Ima menatap.

"Aku hanya sebentar," balas Regis, lalu ia berjalan pergi meninggalkan Ima sendirian di halte bus itu.

Regis rupanya membeli roti hangat pada penjual di sekitar sana. Selagi menunggu, ponsel nya berbunyi, ketika ia melihat, di sana tertulis nama Lio Zheng yang menghubunginya.

"Ada apa?" Regis mengangkatnya dengan jarak agak jauh dari orang-orang sekitar.

"Regis, kemana kamu... Kita akan segera menangkap target, kau harus cepat hari ini," kata suara dari ponsel itu, sepertinya Lio Zheng meminta Regis untuk datang dan menangkap target yang akan mereka tangkap.

Regis terdiam sebentar, ia melihat ke langit langit dan membalas. "Aku tidak bisa datang," balasnya. Seketika Lio Zheng terkejut. "Hah, kenapa?! Ini tugas penting."

"Tugas itu bisa kita kerjakan besok, jika kau mau, kita akan mengerjakan nya besok. Malam ini aku benar-benar tidak bisa."

". . . Aku harus tahu alasan mu."

". . . Yah, kau tahu aku sedang lelah bukan, jadi aku ingin tidur lebih awal hari ini."

"Apa kau yakin, kau Regis... (Regis: Tanpa tidur.)"

". . . Itu hanya panggilan saja, memangnya apa aku tidak boleh sekali kali tidur huh?" Regis mulai bernada kesal.

"Baiklah, aku harus memastikan apakah kau akan datang besok."

"Iya iya," balas Regis, ia lalu menutup ponsel dan menerima roti yang ia beli tadi lalu kembali ke tempat Ima.

Ima menoleh ke Regis yang membawa dua roti yang sangat hangat, Regis memberikan satu pada Ima yang menerimanya dan duduk di sampingnya.

"Terima kasih," tatap Ima. Regis hanya membalas dengan senyuman nya dan menggigit besar roti miliknya.

"Mas Regis... Apa kau tidak ada pekerjaan hari ini?" tanya Ima sambil mengigit pelan roti miliknya. Mendengar itu, Regis menjadi terdiam dan menghela napas panjang. "Soal itu, kau tidak perlu bertanya, pekerjaan ku tidak perlu kau pikirkan," kata Regis.

"Apa kau yakin, bagaimana jika kau sibuk pada saat aku ingin bertemu dengan mu?"

"Aku tidak akan sibuk ketika kau memanggilku," balas Regis. Dia mengatakan nya tampak seperti gampang untuk dilakukan.

Tapi Ima tampak curiga. "Sebenarnya apa yang sedang dia sembunyikan, aku tahu aku harusnya mempercayainya, tapi jika dia bersikap seperti menyembunyikan sesuatu, memang nya aku tidak curiga?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!