Sheila yang dibesarkan dari orang tua yang tak pernah menyayanginya dan selalu dianggap sebagai pembantu di rumah sendiri, dia tak pernah menyangka bahwa dia akan menikah dengan seorang pengusaha terkenal dan ternama juga seorang mafia yang sangat kejam.
Menikah dengan orang asing apa lagi dengan seseorang yang belum ia kenal sama sekali karena dia harus menggantikan kakaknya yang kabur di pernikahannya karena harus membayar hutang.
Brian seorang pengusaha terkenal di New York dan memiliki banyak bisnis di berbagai negara namun tidak banyak orang yang tahu bahwa dia juga seorang mafia kejam yang tak segan-segan untuk melenyapkan orang yang mengganggunya. Sedangkan Sheila wanita periang dan juga lemah lembut harus dipasangkan dengan mafia kejam yang bisa saja menyakitinya.
Bagaimana kelanjutannya???
Kalau kepo langsung baca ceritanya ya......
🥕🥕🥕
FOLLOW INSTAGRAM @LALA_SYALALA13
FOLLOW TIKTOK @LALA_SYALALAA13
FOLLOW FACEBOOK @LALA SYALALA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32_Mengizinkan
Klan Rajawali menjadi musuh bagi pasukan Elang karena pemimpin dari klan Rajawali yang ingkar dalam melakukan transaksi gelapnya, siapa pun yang ingin bermain main dengan klan Elang maka jangan salahkan kalau nyawa yang akan menjadi taruhannya.
Klan Elang sudah banyak menghabisi para mafia yang berbuat curang atau pun ingkar janji.
Sedangkan di sisi lain, Sheila terbangun dari tidurnya dan melihat sekitarnya yang kosong tidak ada Brian di dalam, seketika membuat hati Sheila sedih.
Sekarang sudah malam namun Brian belum juga balik membuat hati Sheila resah padahal tadi dia baru saja menangis gara-gara perbuatan dari Brian, sungguh hati wanita memang sulit untuk di mengerti.
"Pasti Brian belum pulang," ucapnya sendu, kemudian beranjak dari tempat tidurnya kemudian ke lantai bawah di mana di sana sudah ada papi Boni dan juga mami Salma.
"Papi, mami!" panggil Sheila membuat pasangan romantis itu melihat ke arah Sheila.
"Astaga sayang, kenapa turun?" tanya mami Salma dengan khawatir pasalnya kondisi Sheila sekarang masih sakit.
"Sheila bosen di kamar terus mi, Sheila mau bikin susu juga." ucapnya.
"Kamu duduk aja di sini biar bi Nana yang buatin," ucap mami Salma.
"Enggak usah, mi. Sheila mau buat sendiri aja, kalau begitu Sheila ke belakang dulu." ucap Sheila kemudian pergi dari sana dan menuju ke arah dapur di mana di sana sudah ada bi Nana yang juga membantu Sheila.
Awalnya mami Salma melarang namun papi Boni sudah menarik tangan sang istri agar diam saja dan mengisyaratkan untuk membiarkan saja keinginan mantunya itu.
Akhirnya mau tidak mau mami Salma pun di dan kembali duduk di sofa meski beberapa kali melihat Sheila yang masih bercengkrama dengan bi Nana dan juga asisten lainnya.
Sedangkan di sisi lain Brian mengemudi dengan kecepatan tinggi untuk segera tiba di mansion besarnya, dia sangat khawatir apa lagi Sheila masih sakit waktu ia tinggal tadi.
Setelah sampai Brian segera masuk dan mendapati mami dan papi nya sedang berada di ruang keluarga.
"Mami, papi. Sheila bagaimana keadaannya?" tanya Brian.
"Dia udah baikan kok, sekarang dia ada di dapur," balas mami Salma.
"Di dapur, kenapa?" tanya Brian, karena bukannya Sheila masih sakit kok ke dapur.
"Katanya tadi sih bikin susu tapi sampai sekarang belum balik juga," sahut papi Boni.
Brian pun mengerti dan meninggalkan pasangan suami istri tersebut dan menuju ke dapur mansionnya, ternyata di sana ada Sheila dan juga beberapa pembantu di sana ternyata Sheila ikut membantu pekerjaan pembantu di sana.
Bi Nana yang menyadari kehadiran Brian pun ingin menundukkan kepala menyapa namun di tahan oleh Brian dengan memberikan isyarat jari telunjuknya yang berada di bibirnya, bi Nana yang paham pun segera mengangguk dan meninggalkan dapur di ikuti oleh asisten lainnya.
Sheila tidak menyadari kehadiran Brian karena dia masuk fokus merebus air untuk membuat susunya.
"Lagi bikin apa?" tanya Brian dari belakang dengan melingkarkan tangannya di pinggang sang istri, memeluk erat hingga yang di peluk terkejut.
"Aaaa!" pekik Sheila saat ada tangan kokoh memeluknya dari belakang.
"Brian bikin kaget aja!" ucap Sheila dengan nada kesalnya.
"Bikin apa?" tanya Brian tidak menghiraukan Sheila yang sudah mulai kesal.
"Mau bikin susu coklat, kamu mau?" tawar Sheila.
"Enggak." ucap Brian dengan semakin mengeratkan pelukannya dan menghibur aroma leher sang istri yang sialnya membuat Brian menginginkan lebih.
"Brian geli, jangan gitu ah!" sahut Sheila dengan sedikit desa*han pelan karena geli malah membuat Brian tidak tahan juga.
"Biarin!" balasnya santai dan melanjutkan aktivitas nya.
"Malem malem, kalau mau bermesraan di kamar!" ucap papi Boni yang tidak sengaja melihat anak dan menantunya bermesraan di dapur, Sheila pun di buat malu karena tertangkap basah oleh sang papi.
Segera Sheila kembali ke kamarnya yang diikuti oleh brian, setelah tertangkap basah oleh papi Boni tadi Sheila sama sekali menghiraukan Brian berada karena rasa malu yang menyerang.
"Kamu tidur aja, aku mau mandi dulu," ucap Brian kemudian menghilangkan dan masuk ke kamar mandi.
Sheila memilih duduk di ranjang sambil bersandar di sandaran ranjang, dia akan meminta izin kepada Brian sekali lagi soal bekerja karena dia tidak ingin hanya karena menikah dia berhenti bekerja.
Apa lagi dia sudah nyaman bekerja di sana dengan gaji yang tinggi hanya sebagai seorang pelayan restoran.
Lima belas menit kemudian Brian sudah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar.
Dia melihat sang istri yang sedang duduk bersandar di sandaran ranjang dengan memikirkan sesuatu hingga tak menyadari bahwa Brian sudah selesai dengan acara mandinya.
"Mikirin apa?" tanya Brian yang sudah naik ke ranjang dan sudah berada di samping Sheila.
Sheila yang mendapat pertanyaan tiba-tiba pun telonjak kaget karena Brian sudah berada di sampingnya.
"Engg.. enggak kok!" jawabnya, Brian pun hanya diam kemudian berbaring di samping Sheila.
"Udah tidur!" perintahnya.
"Oh," setelah itu Sheila pun juga ikut merebahkan tubuhnya di samping sang suami.
Sheila masih bimbang untuk meminta izin kepada sang suami sedangkan Brian merasa kalau Sheila ingin mengatakan sesuatu buatnya namun ia tahan.
"Brian," panggil Sheila akhirnya memberanikan diri untuk meminta izin.
"Ada apa?" tanya Brian.
"Aku masih boleh bekerja di restoran kan?" tanya Sheila berhati-hati jangan sampai membuat mereka berdua ribut lagi.
Brian hanya diam tak menanggapi ucapan Sheila sama sekali, dia larut dalam pikirannya.
Tadi pagi Brian selalu berfikiran tentang hal itu dia sangat menentang jika Sheila bekerja karena dia memiliki banyak uang yang bisa menghidupi keluarganya tuju turunan, tapi kenapa Sheila masih ngotot mau bekerja, dan juga banyaknya musuh dia sebagai mafia tidak menutup kemungkinan akan banyak yang menyerang Sheila meski mereka belum mempublikasikan pernikahan mereka.
"Oke, aku perbolehkan." ucap Brian membuat Sheila membelalakkan matanya tak percaya Brian mengizinkannya.
"Kamu ngizinin aku buat kerja lagi?" tanya Sheila memastikan. dan mendapat anggukan dari brian.
"Namun dengan syarat harus ada bodyguard yang menjagamu." ucap Brian membuat Sheila membelalakkan matanya tak setuju.
"Brian, kenapa harus dengan bodyguard aku bisa sendiri." rengekannya.
"Pakai atau tidak bekerja!" Brian memberikan pilihan untuk Sheila yang pasti akan merugikannya.
Akhirnya Sheila pun memilih dengan bodyguard saja dari pada tidak bekerja.
"Ya udah pakai, tapi mengawasinya gak boleh deket sama aku pokoknya jangan sampai tahu sama yang lainnya," pinta Sheila, Brian hanya menganggukkan kepalanya.
Sheila merasa senang akhirnya Brian mengizinkannya untuk bekerja lagi meski dengan banyak syarat mulai dari jam pulang kerja hingga ada nya bodyguard namun Sheila bersyukur setidaknya dia tidak berdebat lama dengan Brian.
.
.
TBC