Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB ENAM BELAS
"Sekar?"
Bara yang sedang memainkan ponselnya langsung beranjak, mendekati ayah mertuanya yang sudah bangun dari tidurnya. Sekar yang tadi ingin menghampiri bapak langsung terhenti, karena lirikan mata Bara seolah bilang "biar dia yang mengurus kamu lanjutkan," lalu Sekar melanjutkan pekerjaannya kembali.
"Bapak, mau minum?" tanya Bara, bapak mengangguk tanda menyetujui untuk minum. Segera Bara mengambilkannya yang langsung diminum bapak sedikit.
Lalu Sekar menghampiri bapak setelah menyelesaikan pekerjaannya, dan mengambil alih urusan mengurus bapak.
"Mau makan, pak?" tanya Sekar sambil mengambil makanan yang disediakan oleh rumah sakit.
"Enggak," jawab bapak sambil menggelengkan kepalanya tanda menolak.
"Dipaksain, pak. Biar cepat sembuh mau ya sedikit juga gak papa," rayunya sekar.
"Pahit," ucapnya lirih.
"Kan lagi sakit jadi gak ada rasanya."
"Iya." Setelah mendengar jawaban bapak Sekar langsung mengambil sendok lalu menyuapi bapak, saat baru dua sendok bapak melambaikan tanda menolak.
"Udah."
"Gak papa pak, yang penting sudah ada yang masuk meskipun sedikit." Sekar lalu menyimpan tempat makan kembali ke meja dan Sekar membenarkan selimut bapa yang tersingkap sedikit.
Beberapa saat, terjadi keheningan didalam ruangan yang terdengar hanya ponsel Bara yang sedang bermain game layar miring.
"Ibu?" tanya bapak, kepada anaknya yang tak melihat istrinya di ruangan.
"Oh, tadi keluar sama kak Rara, tapi kok belum juga balik ya kesini?" gumam Sekar yang masih didengar bapak.
"Ibu?"
"Mau dipanggil?"
"Boleh."
Saat Sekar akan beranjak, tiba tiba pintu dibuka dari luar terlihat ibu yang baru datang.
"Darimana, Bu?"
"Kantin, nemenin Rara makan, pak."
"Sekarang, kemana?" tanya bapak.
"Udah pergi dijemput temennya."
"udah dikasih duit langsung kabur pergi, parah banget bapak anakmu meres ibu kayak sapi perah"
Setelah seminggu sadar, dan perkembangan keadaannya bapak bagus. Akhirnya bisa diperbolehkan pulang. Bara sudah menyuruh sopir keluarga untuk mengantarkan mertuanya sampai dirumah. Ibu mertua yang ikut pulang, cukup heran melihat mobil yang mengantarkan mereka begitu mewah yang pintunya dibuka dari samping. Apalagi tempatnya nyaman juga dilengkapi layar untuk menonton dikala bosan, sudah seperti macam artis artis yang diantar sopir pribadi saja. Ia yang suka memesan taksi online tak seperti ini atau ia tak jeli saat memilih mobil yang dipesan. Demi menjawab pertanyaan ia langsung bertanya kepada Sekar anaknya.
"Sekar, ini mobil siapa?" Sekar yang tadi akan terlelap karena rasa nyaman tempat duduk langsung mengurungkan niatnya.
Sekar dengan mata kerlap-kerlip karena mengantuk, hanya bisa bertanya lagi takut salah jawab, "apa Bu?"
"Ini mobil sapa?"
"Mas bara" jawab Sekar keceplosan.
"Hah!! Bara." Saat mendengar teriakan ibu baru ia langsung duduk tegak.
"Bukan, maksudnya taksi online yang dipesan mas Bara gitu," sangkal Sekar sambil menggigit bibirnya karena khawatir tak percaya ucapnya.
"Iya juga, gak mungkin lah punya dia. Memangnya punya duit darimana beli mobil ginian ,kerjaan juga cuman buruh pabrik." Mendengar jawaban ibunya, barulah Sekar bernapas lega meskipun sangat meremehkan sang suami tapi ia tahan untuk tidak julid memaki ibunya.
"sabar Sekar, akan ada saatnya kita bungkam mulut orang orang yang merendahkan" ucap Sekar dalam hati.
Saat melihat ke arah depan, matanya bertemu tatap dengan Bara ia hanya bisa meminta maaf tampa suara karena kelakuan ibunya.
Lama diperjalanan, akhirnya sampai juga di rumah. Bara langsung sigap membantu memapah dibantu supir yang setia menolongnya membawa bapak ke kamarnya untuk ditidurkan. Setelah selesai dengan tugasnya lalu mereka melangkah keluar berpamitan mengantar sopir
"Pak, terima kasih sudah mau saya repotkan," ucap tulus Bara kepada sopirnya.
"Gak papa, mas Bara sudah tugas saya," jawab sopir sopan.
"Saya minta tolong, rahasiakan dari opa. Biar nanti saya bicara sendiri."
"Siap, mas Bara. Tenang saja, ngomong-ngomong istrinya ayu tenan sopan lagi," puji sopirnya.
"Ya, yang penting jangan diambil istri saya nya," ucap Bara bercanda.
"Mas, gak diajak minum dulu, bapak nya?" tanya Sekar, kepada suaminya saat menghampiri mereka.
"Gak perlu non, saya langsung pulang saja, kalau gitu saya permisi dulu non tuan," ucap sopir yang bernama mang Ujang langsung berlalu pergi.
Setelah pergi Sekar langsung menghadap suaminya.
"Mas, saya minta maaf atas ucapan ibu didalam mobil tadi."
"Tenang aja aman, kok."
"Tapi, aku enggak enak."
"Enakin, aja."
"Ngomong nya, mas"
"Kenapa? mau."
"Enggak, lah." sangkal Sekar,mengalihkan pandangan menutupi pipi yang memerah.
Sekar ini sudah jelas bahwa ia terkena tembak gombalan, masih saja menyangkal tak tau saja bahwa Bara juga malah dia ke baperan sendiri.
"Sekar, saya nanti malam ada urusan sama Supri."
"Mau kemana mas?"
"Ada lah."
"Kalau gitu aku nginep disini aja."
"Iya, gue khawatir kalau lo dirumah sendiri."
Lalu mereka berjalan menuju masuk rumah langsung duduk diruang tamu, tak lama ibu datang menghampiri.
"Bu, aku mau nginep disini."
"Kenapa, memang?"
"Mau ada urusan katanya."
"Halah, urusan apa kamu cuman karyawan pabrik garmen aja gaya selangit." cerocos ibu merendahkan lagi dirinya.
"Udah Bu, mending ibu tidur aja pasti capek kan jaga dirumah sakit."
"Kamu bener juga meskipun tadi di mobil nyaman, tapi tetap beda sama tidur di kasur sekarang ibu mau tidur saja kamu nanti masak ya mumpung ada disini."
"Tenang aja Bu, urusan itu biar aku yang handle" ucap Sekar sambil menyeret ibunya pelan untuk segera ke kamar "setelah itu dia langsung kembali untuk menemani suaminya duduk.
----+----+----
"Loh mas bar... Trisno," ucap Bu Ani yang kaget dikira yang mengendarai motor Bara ternyata tetangga.
"Apa? Bu," tanya Trisno, membuka helm.
"Kenapa mas Bara jadi abu abu gini? kan harus nya ganteng putih." Tadinya Bu Ani seneng karena ternyata bara pulang. Gantengnya bikin ia yang sedang mumet langsung berbunga-bunga bahagia, meskipun sudah punya suami tetap saja senang lihat yang bening bening.
"Sekata kata Bu, saya bukan abu-abu tapi hitam manis. Banyak yang suka, malah ngantri jadi pasangan," pedenya selangit padahal aslinya gak ada.
"Moso?"
"Iya lah, Bu," ucap Trisno sambil menyisir rambutnya kebelakang.
"Halu!!"
"Ye, si ibu malah bikin mental ancur, aja," ujar Trisno sambil berlalu pergi ke dalam rumah.
"Hih! ambekan, kayak cewek."
Tak lama Sutrisno keluar dari rumah sambil membawa ember dan lap membuat Bu Ani penasaran.
"Ngapain, bawa gituan?" tanyanya kepada Sutrisno sambil melongok untuk melihat.
"Mau nyuci si ganteng milik mas Bara lah."
"Memang kemana orangnya? kok motornya dibawa kamu."
"Mas Bara jemput mertuanya pulang jadi dia titip di saya."
"Nanti kesini lagi gak, atau nginep."
"Enggak kayaknya, soalnya mas bara titip istrinya dirumah mertua karena ada urusan sama saya."
"Ngapain? kayak orang penting aja pake urusan segala."
"Nyari cewek buat saya. Kan pengen nikah juga kayak Mas Bara," ucap Trisno sambil mencuci motornya.
"Paling demit yang nyantol," celetuk Bu Ani.
"Gitu banget sama saya." ucap Trisno manyun.
"Udah, jangan cemberut gitu kayak bebek mampang."
"Lambe mu!!"
paksa hancurkan pernikahan anaknya..