Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5 | Cara Eyang Reita
"Bisa kamu ceritakan apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat kamu dan adik kamu bertengkar. menurut versi kamu, Isvara," pinta Rieta dengan suara pelan.
Isvara menghela nafas, sebelum akhirnya gadis cantik itu menceritakan semua tanpa ada yang ia tutup-tutupi. Setelah mendengarkan cerita dari cucu pertamanya, Rieta terdiam sejenak. Wanita paruh baya itu jelas sangat sadar, bahwa cerita versi Isvara dan versi Ineisha yang di ceritakan kepada Aina sangat amat berbeda.
"Ineisha, sekarang gantian kamu yang menceritakan versi kamu. Tapi Eyang minta kamu menceritakan apa yang benar-benar terjadi, tidak ada yang di tambah dan dikurangi. Bisa?"
Ineisha mengangguk. Lantas ia mulai menceritakan semuanya, tetapi kali ini gadis itu menceritakan yang sebenarnya. Tidak lagi ditambah atau dikurangi, karena takut pada Eyang–nya.
Rieta mengangguk, ia tersenyum menatap kedua cucunya secara bergantian. "Ineisha, Eyang sudah mendengar cerita kamu versi yang kamu ceritakan kepada Mama kamu. Kenapa ceritanya berbeda dengan apa yang kamu ceritakan sekarang?"
Bukannya menjawab, Ineisha malah menunduk. Wajahnya merah seperti tengah menahan tangis.
"Eyang sebenarnya sudah tau apa yang terjadi dari CCTV, tetapi Eyang ingin tahu siapa yang akan berbicara dengan jujur. Kalian berbicara jujur, Eyang sangat menghargainya. Tapi Eyang sedikit kecewa pada Ineisha, kenapa kamu harus menceritakan versi yang berbeda pada Mama kamu. Kamu menginginkan Kakak kandung kamu di marahi oleh mama kamu begitu? Atau kamu ingin mama kamu benci sama sama Isvara–Kakak kamu?"
Isvara hanya diam mendengarkan ucapan sang Eyang, ia sedikit terkejut dan tidak menyangka mengapa adiknya begitu tega padanya.
"Maaf, Eyang. Aku tau salah. Aku sama sekali nggak ada niat jahat sama Kak Isvara. Aku hanya tersinggung sama ucapan Omanya Kak Chio yang membandingkan Kakak sama aku," ujar Ineisha dengan wajah menyesal.
"Eyang tahu, kamu memang tidak berniat jahat. Tapi kamu tau, akibat dari kamu tidak jujur. Kakak kamu yang akan disalahkan oleh Mama dan Papa kamu. Eyang di sini nggak mau memojokkan kamu, Ineisha. Eyang hanya ingin kamu sadar, sayang. Apa yang kamu lakukan itu tidak baik. Kamu bukan anak kecil lagi yang tidak tahu mana yang salah, mana yang benar," nasehat Rieta panjang lebar pada Ineisha.
"Maaf, Eyang." Rieta memegang tangan Ineisha untuk menenangkan cucunya yang menangis. "Jangan diulangi ya, sayang. Itu merupakan sifat yang buruk, Eyang tidak mau kamu nanti malah jadi kebiasaan. Cucu Eyang anak baik," lanjutnya.
"Iya, Eyang. Aku paham. Aku janji nggak akan mengulanginya lagi."
"Kamu nggak benci sama Eyang 'kan, Ineisha? Mengira Eyang lebih membela Kakakmu?" Ineisha menggeleng pelan.
"Untuk masalah kamu tersinggung ucapan Oma Tiana, wajar kok. Bukan cuma kamu, Eyang, orang tua kamu bahkan Kakak kamu juga pasti tersinggung. Cuma kamu juga tetap salah sayang, dengan melampiaskannya sama Kakak kamu. Kakak kamu sama sekali nggak salah, apa kamu lihat Kakak kamu tertawa mengejek kamu. Atau mengatakan setuju dengan ucapan Oma Tiana? Enggak ada 'kan, sayang?"
Lagi-lagi, Ineisha menggeleng pelan. Ia kini sadar, dirinya terlalu tersinggung hingga membuat emosinya tersulut. Salahnya, karena melampiaskan emosinya pada Kakaknya sendiri. Sedangkan sang Kakak tentu tidak diam saja, saat disalahkan oleh adiknya. Hingga terjadilah pertengkaran itu.
Ineisha menatap kakaknya dengan tatapan penuh dengan rasa bersalah, ia menghela nafas sebelum berbicara. "Kak Isva, maafin aku. Aku tau aku salah, aku nggak seharusnya nyalahin Kakak, lampiaskan amarahku ke Kakak. Padahal Kakak sama sekali nggak salah. Aku juga ngaku salah, udah cerita bohong sama Mama. Biar Mama belain aku dibandingkan Kakak."
Isvara menarik napas dalam-dalam, bohong jika dirinya tidak kecewa pada adiknya. Bahkan saking kecewanya, ia tidak tahu harus bersikap apa lagi. Tidak mungkin ia tidak memaafkan sang adik, apalagi adiknya terlihat sangat menyesal sekali.
"Kakak maafin kamu, Nei. Tapi kamu harus janji jangan mengulanginya lagi. Kakak nggak mau adik kakak jadi orang jahat," balas Isvara terpaksa memaafkan kesalahan adiknya, walau hatinya masih sangat sakit dan kekecewaannya juga begitu dalam.
Ineisha langsung memeluk sang kakak yang memang duduk di sampingnya sejak tadi, Isvara jelas membalas pelukan adiknya.
Rieta tersenyum melihat kedua cucunya yang awalnya bertengkar bahkan saling menghindar kini keduanya sudah berbaikan bahkan sekarang sedang berpelukan.
"Ineisha, Eyang minta nanti juga kamu jelaskan yang sebenarnya sama Mama dan Papa kamu, agar tidak ada lagi kesalahpahaman antara mereka dengan Kakak kamu," ujarnya mengingatkan Ineisha.
"Siap, Eyang."
Wanita paruh baya itu bahagia sekali caranya mendamaikan kedua cucunya berhasil. Ia merasa bangga dengan kedua cucunya, pada Isvara yang dengan lapang mau memaafkan kesalahan adiknya. Dan Ineisha yang berani meminta maaf serta mengakui kesalahannya.
"Ayo kalian pesan makanan, kita ngobrol aja dari tadi sampai lupa makan siang. Padahal Eyang 'kan ingin makan siang bareng sama kalian cucu-cucu Eyang uang cantik-cantik," titahnya.
Tidak ingin menunggu lama, Isvara memanggil pelayan lalu memesan makanan untuk dirinya sendiri. Tentu saja sang Eyang serta adiknya bisa memesan sendiri makanan mereka.
Sambil menunggu makanannya datang, Isvara mengajak sang adik mengobrol berdua. Walau Rieta tetap di sana, tetapi wanita paruh baya itu tidak ingin ikut campur dengan obrolan kedua cucunya, karena ia yakin cucu-cucunya bicarakan pasti pembicaraan anak muda.
"Nei, kalo Kakak boleh tau, sejak kapan kamu berhubungan sama Chio? Bukankah kalian baru kenal nggak sampe satu tahun, apalagi Kakak 'kan yang memperkenalkan kalian berdua." Dari pada Isvara mati penasaran, gadis cantik itu akhirnya berani menanyakan tentang hubungan sang adik dengan Chio. Walau ia tidak tahu akan mendapatkan jawaban atau tidak, setidaknya ia sudah memberanikan diri untuk bertanya.
Dengan wajah malu-malu, Ineisha menjawab. "Belum lama sih, kira kira baru sebulanan lah kita pacaran. Kalo deketnya udah beberapa bulan, Kakak tahu nggak ternyata Kak Chio itu satu tongkrongan sama aku dan teman-temanku. Di sanalah kita semakin dekat."
Isvara mengangguk paham, jika Ineisha pandai bergaul dan punya banyak teman. Sedangkan Isvara hanya bergaul dengan sahabat-sahabatnya saja yaitu Amara, Friska serta Dion. Mereka berempat bersahabat sejak kecil.
Keempat sahabat itu memang jarang sekali nongkrong atau pesta, karena mereka sadar Isvara tidak terlalu suka. Selain itu Isvara juga cukup sibuk kuliah dan belajar di kantor milik keluarganya.
Namun, mereka tetap menyempatkan waktu untuk bertemu walau memang hanya seminggu sekali. Saat mereka berempat tidak dalam keadaan sibuk.
"Kalian baru pacaran sebulan, tapi kalian sudah memutuskan untuk menikah? Apakah kalian sudah benar-benar yakin? Masalah pernikahan enggak bisa dianggap enteng loh, kamu juga masih terlalu muda." Respon yang diberikan oleh Isvara adalah respon yang sangat wajar, karena ia hanya ingin yang terbaik untuk adiknya.
"Kakak tenang aja, kami sudah sangat yakin kok. Lagian semuanya juga setuju, beberapa hari lagi bahkan kami akan lamaran. Aku memang masih muda, tapi Kakak bisa percaya sama aku. Aku bakal bisa jadi istri yang baik buat Kak Chio."
Isvara hanya bisa pasrah, jika memang semua sudah setuju ia bisa apa. Walaupun dalam hatinya tidak setuju pernikahan itu terjadi, karena ia belum ikhlas pria yang ia cintai, pria yang ia kenal lebih dulu menikah dengan adiknya sendiri.
mampir juga dikaryaku yuk/Smile/