Unwanted

Izel berjalan santai menghampiri Adrian yang sedang duduk dengan wajah memucat di Gazebo. Ia duduk disampingnya sambil menyalakan rokok, Asap mengepul dari mulut Izel. “Tuan muda, sepertinya anda sedang tidak sehat?” tanya Izel. Namun Adrian hanya terdiam sambil melihat ponselnya.

 “Aku mendapatkan pesan dari Anna.” Tambah Izel.

Seketika Adrian menoleh, matanya membulat menatap Izel. “Kandungannya sudah memasuki bulan ke delapan, dan bayinya berjenis kelamin perempuan.” lanjut Izel. Adrian semakin di buat prustasi, ia menutup wajahnya kebingungan. “Apa yang akan anda lakukan? anda tidak mungkin menyimpan semua ini selamanya. Lambat laun Nona Trisha akan mengetahuinya.”

 “Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan semua ini bocor ke telinga Trisha. Aku sangat mencintainya, aku tidak ingin dia pergi dariku.” 

Izel terdiam menatap Adrian yang berkilat amarah. “Tenanglah, atur nafasmu. Semuanya akan ada jalan keluarnya.” kata Izel berusaha menenangkannya. “Aku dan Trisha sedang bertengkar sekarang, karena sebuah hal. Dia sangat marah padaku.”

 Mata Adrian berderai tapi ia berusha untuk menyembunyikan air matanya. “Adrian, aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Jangan marah, aku hanya ingin mengetahui saja.” Adrian menatap Izel dengan mata yang memerah. “Jika, suatu saat nanti kau akan di hadapkan oleh sebuah pilihan. Kau akan memilih Anna atau Trisha?” tanya Izel.

Adrian menggeleng lalu menutup wajahnya beberapa saat, ia menghela nafas lalu memberikan jawaban. “Aku tidak tau, secara bersamaan aku sangat mencintai mereka berdua.”

...○○○...

Semua anggota keluarga berkumpul di meja makan untuk sarapan di pagi itu, kecuali Trisha. Semua anggota keluarga melihat pada Adrian dengan penuh pertanyaan. Namun Adrian hanya terdiam, ia tidak memperdulikan pandangan semua anggota keluarganya. Alice tiba-tiba berlari menuju ruang makan, ia membisikan sesuatu pada Ny. Audy. Adrian memperhatikan mereka, dan terlihat wajah syok terlukis di wajah Nyonya Audy, lalu menatap Adrian.

Semua orang nampak kebingungan, dan tak lama kemudian Trisha datang, ia duduk di kursinya, Disamping Adrian. Trisha masih terlihat mengacuhkan Adrian sampai seseorang datang menuju ruang makan.

 Semua mata tertuju pada orang itu, Yaitu Anna dengan perutnya yang besar. Semuanya nampak Syok, termasuk Trisha. Adrian hanya memejamkan matanya kuat-kuat, berharap semua ini hanya mimpi. Trisha beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Anna, tapi Adrian segera menahannya.

 “Jangan,” bisik Adrian. “Aku mohon.”pintanya.

Mata Trisha berkilat amarah dan kebenciannya pada Adrian. “Singkirkan tanganmu dariku!” Tegas Trisha dengan penekanan. Adrian melepaskan tangannya dari lengan Trisha. Dengan berani Trisha menghampiri Anna. “Ada keperluan apa anda datang kesini, tanpa izin dari siapa pun?” kata Trisha.

 “Aku tidak perlu izin dari siapa pun. Aku datang kesini ingin meminta pertanggung jawaban dari pacarku, Adrian.”

Suasana mulai menjadi kacau ketika Tuan Jeradin turun dan menyaksikan semua itu. Semua orang panik. “Ada apa ini?” serunya. Namun dengan cepat Ny. Audy menjelaskan kebohongan pada Tuan Jeradin. “Ah begini, dia Anna teman Adrian, dia datang ke sini untuk meminta bantuan.”

 “Lancang sekali di datang ke ruang makan. Suruh dia pergi dan tunggu semuanya selesai.” Tegas tuan Jeradin. Tidak ada satu pun yang membantah ke bohongan Ny.Audy, padahal mereka menyaksikan semuanya. Trisha tersenyum miring, lalu menoleh pada Ny. Audy. 

 “Trisha, duduklah.”

Trisha mengepalkan tangannya menahan amarahnya, ia tersenyum hambar dan menuruti apa yang di katakan Ny. Audy,  Sementara Anna di antar oleh pelayan untuk menunggu di ruang tengah. Semua orang bungkam, dan sarapan pun dimulai. Ekspresi semua orang nampak suram dan mengundang perhatin Tuan Jeradin. “Ada apa dengan ekspresi kalian semua? Apa terjadi sesuatu yang tidak aku ketahui?”

 “Tidak, semuanya baik-baik saja.”

 “I-iya ayah semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang terjadi.”Tambah tuan Runo.

Trisha masih berusaha menahan amarahnya, sampai semuanya selesai, ia langsung kembali kekamarnya dengan di ikuti oleh Adrian. Namun saat ia membuka pintu kamarnya, ia mendapati Anna yang tengah duduk di sofa sambil makan sepotong kue, dan hal itu lantas membuat Trisha semakin murka.

 “Apa yang sedang kau lakukan disini?”

 “Bukankah aku disuruh menunggu?”

 “SIAPA YANG MENGIZINKANMU MASUK KE DALAM KAMAR INI!” Trisha melepaskan suaranya.

 “Trish, semua orang bisa mendengarmu.” bisik Adrian.

Kini Trisha menatap Adrian dengan tatapan kebencian. “Bagus, jika mereka mendengarnya. Biarkan semua orang tau tentang semua ini.”

 “Aku akan menjelaskan semuanya padamu sayang.” bujuknya.

 “Menjelaskan? Menjelaskan apa lagi! Lihat perutnya, itu bukti yang nyata bagiku.” Kata Trisha sambil menunjuk kearah Anna. “Oke, oke. Maafkan aku Trish, aku sangat menyesal, aku benar-benar sangat menyesal.”

 “Kau pikir aku akan memaafkanmu huh? Tidak untuk kali ini Adrian! Sudah cukup! Aku sudah muak denganmu, aku sudah muak dengan keluarga ini, aku sudah muak dengan semua kehidupan yang aku jalani.” Trisha menjeda perkataanya, ai menyeka air matanya dengan kasar. “Kita bercerai saja. kita akhiri semuanya disini!”

 Mendengar itu Adrian berjengit, seperti tersambar petir di siang bolong, ia menggelengkan kepalanya dengan mata yang berderai. “Tidak Trish, aku tidak mau. Aku sangat mencintaimu, aku tidak mau bercerai denganmu.” Trisha tidak mendengarkan perkataan Adrian, ia langsung mengemasi semua barang-barangnya untuk meninggalkan Mansion.

 Anna mendekat pada Adrian dan menggandeng tangan Adrian. “Biarkan dia pergi.” Adrian langsung menghempaskan tangan Anna. “Dia istriku, dan aku sangat mencintainya Ann…”

 “lalu bagaimana denganku? Anak kita?”

Esme dan Ny. Audy pun datang. Mereka langsung melerai, Trisha yang saat itu akan pergi di jegal oleh Ny. Audy. “Kau tidak boleh pergi kemana pun.”

 Trisha terkekeh sinis, dan ia sudah tidak segan lagi pada Ny, Audy, ia mendekatinya dan menatap kedua mata Ny. Audy dengan berani. “Lebih baik kalian urus wanita hamil itu, agar tidak tercium oleh media luar.” desisnya. “Kita akan mengurus semua ini, tapi jangan sampai hal ini hal ini terdengar oleh Tuan Jeradin, kau mengerti?!”

 “Tidak, aku akan mengatakan semuanya.” bantahnya.

 “Berani-”

 “Iya, karena kalian bungkam, dan kalian selalu menutupi semuanya, termasuk semua kesalahan Adrian.”

 “Apa yang kau inginkan?” tanya Ny. Audy

 “Bercerai dengan Adrian.”

Ny. Audy mengangkat jari telunjuknya dan menunjukkannya pada Trisha dengan tajam. “Tidak akan pernah ada perceraian di keluarga Jeradin. Paham!” 

 “Siapa anda yang berhak mengatur rumah tangga kami?”

Ny. Audy terdiam, ia mematung dengan kelancangan Trisha padanya. Esme langsung menarik Ny. Audy. “Biar aku yang bicara dengannya.”

 Ny. Audy pun keluar dari kamar Adrian. Esme dengan lembut memeluk Trisha, lalu mendudukan Trisha di samping tempat tidur, begitu pun dengan Anna dan Adrian yang duduk di Sofa.

 “Ibu harap semua ini akan ada jalan keluarnya, tanpa harus mengambil jalan perceraian.”

 “Tidak bisa, bu. Aku ingin bercerai dengan Adrian.”

 “Trisha kau tidak mendengarku, aku tidak mau bercerai denganmu!" bentak Adrian.

Trisha yang kembali tersulut emosi beranjak. “Aku berhak, menggugat cerai atas semua yang sudah kau lakukan Adrian. Aku sempat berfikir untuk membuka hatiku untukmu, namun ternyata aku salah. Kau bilang mencintaiku, tapi kau malah menghamilinya. Kau pernah bilang tidak akan pernah menemuinya lagi, tapi apa? Kau malah menghamilinya!” tegas Trisha.

 “Aku memang sudah lama tidak menemuinya-”

 “Setelah dia hamil? Huh? Jawab aku?!”

Adrian terdiam ia memegang kepalanya yang kebingungan. Trisha menoleh pada Esme. “Aku sudah tidak bisa mempertahankan semua ini, bu. Aku mohon biarkan aku terlepas dari semua ini.”

 “Trish, aku mohon bersabarlah, kita akan mencari jalan keluarnya.”

Trisha kembali terduduk di samping tempat tidur, ia menutup wajahnya yang merah padam karena emosi yang ia tahan. Disaat yang seperti ini tidak ada yang bisa ia andalkan, sosok ibunya yang sangat ia rindukan, yang selalu ada disisinya mulai terbayang di benaknya. Dia sangat merindukannya.

...○○○...

To Be Countinue...