Cintia tumbuh di lingkungan yang penuh luka—bukan cinta yang ia kenal, melainkan pukulan, hinaan, dan pengkhianatan. Sejak kecil, hidupnya adalah derita tanpa akhir, membuatnya membangun dinding kebencian yang tebal. Saat dewasa, satu hal yang menjadi tujuannya: balas dendam.
Dengan cermat, ia merancang kehancuran bagi mereka yang pernah menyakitinya. Namun, semakin dalam ia melangkah, semakin ia terseret dalam kobaran api yang ia nyalakan sendiri. Apakah balas dendam akan menjadi kemenangan yang ia dambakan, atau justru menjadi neraka yang menelannya hidup-hidup?
Ketika masa lalu kembali menghantui dan batas antara korban serta pelaku mulai kabur, Cintia dihadapkan pada pilihan: terus membakar atau memadamkan api sebelum semuanya terlambat.
Ikuti terus kisah Cintia...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maurahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 MUSUH DI BALIK BAYANGAN 2
Bayangan di Balik Senyum (Bagian 3)
Malam itu, Cintia duduk diam di kamarnya, menatap layar ponselnya dengan mata yang penuh kecemasan. Foto dirinya di luar kafe masih terpampang di layar.
Seseorang mengikutinya.
Dan seseorang tahu terlalu banyak.
Otaknya berputar, mencoba mengingat apakah ia pernah melakukan kesalahan. Apakah ada momen di mana ia ceroboh? Tapi seingatnya, ia selalu berhati-hati.
Jadi bagaimana mungkin ada orang lain yang tahu?
Pikirannya langsung melayang pada Luna.
Apakah mungkin Luna hanya berpura-pura naif? Apakah ini semua jebakan yang lebih besar?
Tidak.
Jika Luna tahu, ia pasti sudah bertindak. Luna terlalu emosional untuk bermain secerdik itu.
Lalu siapa?
Saat itu juga, sebuah ide muncul di kepalanya.
Araf.
Keesokan harinya, Cintia menemui Araf di sebuah kedai kopi kecil yang tersembunyi di ujung kota. Araf, dengan tatapan lembutnya yang biasa, menyambutnya dengan senyum hangat.
“Kamu kelihatan tegang,” katanya sambil mengaduk kopinya.
Cintia mencoba menyembunyikan kegelisahannya. “Aku cuma lagi banyak pikiran.”
Araf menatapnya dengan penuh perhatian. “Tentang apa?”
Cintia menimbang kata-katanya. Ia tahu Araf selalu ada di sisinya, mendukungnya tanpa syarat. Tapi Araf juga seseorang yang cerdas—terlalu cerdas untuk tidak menyadari apa yang ia lakukan.
Jika Araf tahu, apakah mungkin ia mencoba menghentikannya?
“Araf,” Cintia akhirnya berkata pelan, “kamu tahu sesuatu tentang Luna yang aku nggak tahu?”
Araf mengerutkan kening. “Maksud kamu?”
Cintia menarik napas dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya. “Aku cuma penasaran… apakah Luna pernah cerita sesuatu ke kamu? Sesuatu tentang seseorang dari masa lalunya?”
Araf menatapnya dengan ragu. “Kenapa kamu tiba-tiba tanya ini?”
Cintia berpura-pura tersenyum. “Aku cuma mau tahu lebih dalam tentang dia.”
Araf menatapnya sejenak sebelum akhirnya menghela napas. “Dulu Luna pernah cerita soal seseorang yang dia sesali dalam hidupnya. Tapi dia nggak pernah cerita secara detail. Aku juga nggak mau maksa.”
“Namanya Darel?”
Araf terkejut. “Dari mana kamu tahu?”
Cintia langsung tahu bahwa ia sudah menyentuh sesuatu yang penting.
Jadi Araf benar-benar tahu.
Ketulusan yang Tak Terlihat
Malam itu, Araf tidak bisa tidur.
Ia selalu tahu bahwa Cintia menyimpan sesuatu. Sesuatu yang lebih dalam daripada yang terlihat. Ia mencintai gadis itu—lebih dari yang ia sadari. Tapi Cintia tidak pernah melihatnya.
Ia terlalu sibuk dengan amarahnya. Dengan balas dendamnya.
Dan sekarang, ia semakin yakin bahwa Cintia sedang bermain dengan api yang lebih besar dari yang bisa ia kendalikan.
Ponselnya bergetar. Pesan dari nomor tak dikenal.
“Jangan biarkan dia menghancurkan dirinya sendiri.”
Araf menatap pesan itu dengan ekspresi kosong.
Seseorang tahu bahwa ia peduli pada Cintia.
Seseorang tahu lebih dari yang seharusnya.
Dan sekarang, ia harus memutuskan—apakah ia akan melindungi Cintia dari dirinya sendiri?
Atau membiarkannya jatuh ke dalam kegelapan yang ia ciptakan?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Untuk pertama kalinya, Cintia merasa kehilangan kendali. Ia merasa seperti pion dalam permainan yang lebih besar dari yang ia bayangkan.
Ia mulai mempertanyakan semuanya.
Siapa yang sebenarnya mempermainkannya?
Dan apakah ia masih memiliki kesempatan untuk memenangkan permainan ini?
Saat ia menatap bayangannya sendiri di cermin kamar, ia menyadari sesuatu yang mengerikan.
Dalam keinginannya untuk menghancurkan Luna…
Mungkin, ia sendiri yang akan dihancurkan lebih dulu.
tetel semangat ya Cintia
jadi Mak yg merasa takut tauuu
ambil hikmah dari kejadian dlu. it yg membuat km bertahan smpe skg
sebenarnya Cintia mimpi mu adakah gambaran yg terjadi kelak,rasa luka yg membawa dendam dan rasa dendam yg akan membawa celaka
apa sakit thor
mampir juga ya di cerita aku