Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Saat mereka kembali keatas, terjadi perdebatan yang cukup intens antara Janied dan Valdino. Keduanya saling melotot sambil bersuara dengan nada ketus.
"Sudah aku bilang bukan aku yang membawa kesini. Aku juga terjebak disini!" Kata Valdino nampak frustasi.
"Hei, aku melihat sendiri bekas luka di pergelangan tangan kananmu sama persis dengan orang yang memukulmu di parkiran." Teriak Janied penuh tuduhan.
"Astaga!" Valdino mengacak kasar rambutnya, "Aku tidak-"
"Apa yang terjadi? kenapa mereka bertengkar?" Tanya Lisa duduk disebelah Hugo.
"Janied menuduh Valdi bahwa dia yang telah membawa semua orang kesini. Banyak yang termakan perkataan Janied dan memojokkan Valdi. Dan, seperti yang kamu lihat, Valdi tidak terima-"
"Ck, tidak ada yang bisa diharapkan dari Janied. Tukang fitnah, dan sudah banyak korupsi dan entah kenapa dia belum ditangkap polisi sampai sekarang." Kata Prisha, ada kebencian di matanya saat melihat sekilas pada pria paruh baya berbadan gempal itu, rupanya lemak yang menggunung di badannya bukan sekedar lemak biasa.
"Tentu saja dia tidak tertangkap. Uangnya jelas digunakan dengan baik untuk membayar aparat," Ujar Tiara yang baru saja duduk disamping Rafan, menempel seperti ulat bulu. "Bagaimana kalau kita mencari kunci bersama, Raf?" Tanya nya sembari tersenyum manis.
Lisa melongo sebentar, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Tiara bertindak seolah mereka tidak sedang terjebak dan dia menjadikan tempat ini sebagai alternatif untuk pdkt.
"Katamu dia juga tukang fitnah," Lisa membasahi bibir sebentar, melirik Janied yang sudah pergi keluar dengan wajah kesal, "Siapa yang dia fitnah?"
"lawan politiknya."Hugo yang menjawab, pembahasan tentang Janied di kalangan orang yang tinggal di Anyelir sudah menjadi hal lumrah. Janied menjadi sasaran empuk untuk gosip mereka, bagaimana tidak, pria paruh baya itu selalu memiliki gebrakan tidak biasa setiap bulannya.
"Yang terparah dia pernah terlibat perseteruan dengan Reinard Caldwell," kata Prisha melirik ke pertengahan anak tangga, disana duduk pria tampan berkacamata-dialah Reinard Caldwell."Dia pernah di fitnah Janied sebagai orang yang bertanggung jawab atas kematian anak penderita kanker yang di rawat di rumah sakit milik keluarga Caldwell."
"Ya.. aku ingat saat itu semua orang sibuk membicarakan mereka. Seingatku Reinard menuntutnya atas pencemaran nama baik." Kata Tiara.
" Dia benar-benar orang terburuk yang pernah kutemui. Lihat saja, anaknya sudah dewasa tapi dia masih sibuk hidup dengan gundiknya yang berganti-ganti di Anyelir-"
"Tadi, siapa nama pria itu? Reinard Caldwell?" Lisa seakan teringat sesuatu. Dalam kertas yang ia dan Rafan temukan di lantai bawah tanah ada nama itu,
Mr. Caldwell here, Kata-kata itu yang Lisa baca pada kertas usang yang tinta nya sudah memudar. Kata Rafan itu adalah daftar tamu yang hadir, namun tidak bisa dipastikan pertemuan atau pesta apa yang dihadiri oleh Reinard. Tapi, jika kertas itu ada dalam rumah ini, bukankah Reinard harus dicurigai.
"Iya, orang miskin seperti kamu tidak akan bisa mengenanya," Cibir Tiara. Dia selalu punya cara untuk mengejek Lisa.
"Bergosip tentang Janied memang tidak ada habisnya. Tapi, saat ini bukan waktu untuk itu. Kita harus menemukan kunci secepatnya," Kata Hugo kembali menyadarkan mereka untuk kembali pada rencana awal, mencari kunci.
"Aku sudah memeriksa seluruh kamar yang ada di lantai satu dan tidak ada kunci satupun, babakan sekedar kunci yang salah pun tidak." Kata Prisha.
"Masih ada lima lantai-"
Lisa berdiri, perlahan dia menjauhi kumpulan itu yang sedang sibuk membahas mengenai kunci, bukan karena tidak ingin membantu tapi Lisa pun harus menyelamatkan dirinya sendiri, dia masih punya dua adik yang menjadi tanggungjawabnya dan apapun yang terjadi ia harus bisa pulang.
Lisa pergi keluar, dia akan pergi ke halaman belakang rumah. Dengan langkah yang tidak terlalu tergesa-gesa, dia berjalan diteras samping.
Halaman belakang cukup luas, ada taman yang ditanami berbagai jenis bunga. Jika saja tidak ada tembok yang mengukung, rumah ini jelas menjadi tempat tinggal yang nyaman.
Ada juga pohon-pohon yang berjejer hampir menempel pada tembok, Lisa dengan cepat pergi kesana dan mengamatinya dari jarak dekat.
"Daunnya banyak yang menguning," gumam Lisa mendongak keatas, melihat begitu banyak daun-daun yang berubah warna menjadi kuning namun belum terjatuh ke tanah.
Lisa mengulurkan tangan untuk menyibak ranting pohon yang saling bertaut hingga menutupi tembok dibelakangnya, entah mengapa ada keinginan kuat dari diri Lisa untuk merasakan struktur tembok tersebut.
Ada pintu.
Dibalik ranting-ranting itu rupanya ada sebuah pintu berwarna cokelat tua, warnanya sudah memudar-mungkinkah kunci yang mereka cari digunakan untuk membuka pintu ini? Namun, pintu itu tidak digembok dan sedikit ada celah, Lisa menjadi bersemangat dan hendak menarik gagang pintu,
"Jangan dibuka!" Satu suara menegur dari atas pohon, Lisa sontak mendongak dengan tangan yang masih memegang erat gagang pintu. Yoda Zachary sedang duduk santai diatas pohon, mata Lisa mengerjap bingung. Kapan pria itu ada disana, padahal tadi Lisa sudah melihat keatas dan tidak melihatnya.
"Kenapa?"Tanya Lisa memicing curiga.
"Aku sudah membukanya tadi dan yang ada dibalik pintu itu tidak terlalu bagus," kata Yoda acuh tak acuh.
"Oh, rupanya disini pintunya." Tiba-tiba saja Janied muncul dari belakang, dia menatap sinis pada Lisa dan mendorong gadis itu dengan kasar ke samping, "minggir! aku yang akan keluar lebih dulu."
Lisa terdorong menabrak batang pohon, rantingnya menggores pipinya dan mengeluarkan darah. Sementara itu Janied tidak peduli, dia menarik gagang pintu hingga terbuka lebar.
"Kamu baik-baik saja?" Yoda melompat turun, Lisa mengangguk, dia benci sekali dengan orang seperti Janied. Namun, tetap saja Lis penasaran dengan apa yang ada dibalik pintu itu-dia menoleh kesana.
Janied berdiri diambang pintu, bukan jalan keluar yang ada disana. Dia perlahan mundur, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Tiba-tiba saja lisa merasa sangat kedinginan hingga membuatnya membeku sebentar, giginya bergeletukan, ini benar-benar dingin.
...***...
Like, komen dan subscribe yaa..