NovelToon NovelToon
Kembalinya Ayah Anakku

Kembalinya Ayah Anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:13.3k
Nilai: 5
Nama Author: DENAMZKIN

Celia adalah seorang ibu tunggal yang menjalani kehidupan sederhana di kota Bandung. Setiap hari, dia bekerja keras di toko perkakas milik ayahnya dan bekerja di bengkel milik seorang kenalan. Celia dikenal sebagai wanita tangguh, tapi ada sisi dirinya yang jarang diketahui orang, sebuah rahasia yang telah dia sembunyikan selama bertahun-tahun.

Suatu hari, teman dekatnya membawa kabar menarik bahwa seorang bintang basket terkenal akan datang ke kota mereka untuk diberi kehormatan oleh walikota dan menjalani terapi pemulihan setelah mengalami cedera kaki. Kehebohan mulai menyelimuti, tapi bagi Celia, kabar itu adalah awal dari kekhawatirannya. Sosok bintang basket tersebut, Ethan Aditya Pratama, bukan hanya seorang selebriti bagi Celia—dia adalah bagian dari masa lalu yang telah berusaha dia hindari.

Kedatangan Ethan mengancam untuk membuka rahasia yang selama ini Celia sembunyikan, rahasia yang dapat mengubah hidupnya dan hidup putra kecilnya yang telah dia besarkan seorang diri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENAMZKIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERNIKAHAN?

Celia masuk ke dalam rumah tepat pukul setengah enam sore. Seharian ini, dia menghabiskan waktu di toko, merasa bosan setengah mati menunggu pelanggan yang datang sesekali dan menyortir persediaan barang. Sejujurnya, dia tidak perlu berada di sana sepanjang hari. Tapi dia tidak ingin Tinggal di rumah sendirian bersama Ethan. Dan rumahnya memiliki tempat tidur—tempat tidur yang sama sekali tidak ingin dia tempati bersama Ethan, bahkan jika itu adalah pilihan terakhirnya.

Begitu masuk, Celia langsung mencium aroma masakan yang sedap dari arah dapur.

"Rion?" panggilnya.

"Di dapur," Ethan menjawab dengan suara keras.

Celia meletakkan tasnya di salah satu kursi ruang makan. Matanya menyapu ruangan. Rumah itu tampak bersih. Dia mengangkat alis, lalu menoleh ke arah lemari yang sebelumnya berlapis debu.

"Kamu bersih-bersih?" tanyanya heran.

"Om Ethan juga masak," sahut Rion dari meja dapur, duduk dengan sepiring makanan di depannya.

"Tidak ada yang spesial, cuma burger. Ibuku dulu sering membuat ini, dan aku selalu tergila-gila," kata Ethan sambil mengambil piring. "Mau satu atau dua?"

Celia tidak langsung menjawab. Matanya menyapu dapur. Persediaan makanan di rak sudah terisi kembali, tumpukan tagihan yang sebelumnya berserakan di meja menghilang, dan di tempatnya kini ada semangkuk apel segar. Ia menyipitkan mata, menatap Ethan dengan curiga.

"Kamu siapa, dan apa yang sudah kamu lakukan pada Ethan Pratama?"

"Aku harus menutup telinga?" sela Rion, mengangkat burgernya sebelum menggigitnya.

"Ibuku mengajari beberapa hal tentang pekerjaan rumah," jawab Ethan santai, menyerahkan sebuah piring kepada Celia. "Tidak ada salahnya dengan mengatakan terima kasih.”

"Terima kasih?" Celia berjalan ke meja dan meletakkan makanannya. Matanya tertuju pada sepuluh kotak sereal yang berjajar rapi di atas meja.

"Berapa banyak yang kamu habiskan untuk semua ini?" tanyanya curiga.

"Jangan dipikirkan," kata Ethan santai sambil menyiapkan makanannya sendiri. "Anggap saja ini bagian dari kesepakatan kita. Aku tinggal di sini selama dua minggu, jadi ini hanya bagian kecil dari itu."

"Iya, tapi aku tidak memintanya untuk bersih-bersih—"

"Sstt… Makan saja," potong Ethan tanpa memberi Celia kesempatan untuk membantah.

Celia menyipitkan mata dan melirik Rion, yang hanya mengangkat bahu seolah berkata "Jangan lihat aku."

"Burgernya enak sekali," kata Rion sebagai tanggapan, sebelum kembali fokus pada makanannya.

Ethan duduk di sebelah Celia, dan dia hanya bisa menghela napas sebelum bertanya,

"Sudah mengerjakan PR-mu?"

"Sudah," jawab Rion singkat, lalu menggigit makanannya lagi.

"Hans dan Rion sempat mengerjakan proyek sains mereka sebentar, tapi aku menyuruh Hans pulang, dan Rion menyelesaikan PR-nya," kata Ethan santai, mengangkat bahu sebelum menggigit makanannya. "Rasanya seperti di rumah sendiri," gumamnya lebih kepada dirinya sendiri.

Celia menatapnya dengan mata membesar, lalu beralih ke Rion.

"Apa aku kelewatan sesuatu?"

"Santai aja, Mom. Ini hanya makan malam," kata Rion dengan seringai.

Celia menghela napas, mencondongkan tubuh ke depan, lalu mengangkat burgernya. Tidak banyak yang bisa dia lakukan atau katakan saat ini. Pikirannya terus berputar, mencoba memahami situasi, sementara dia menyantap makanan yang disiapkan oleh pria yang duduk di sampingnya.

---

Malam itu, Ethan duduk di ruang tamu bersama Kevin. Beberapa waktu sebelumnya, Rion sempat masuk, bertanya tentang ide proyek sainsnya, dan meminta papan untuk presentasi mereka.

Ethan tersenyum kecil. Memang bukan hal besar, tapi tetap berarti untuknya. Rion mulai bertanya lebih banyak. Dia tidak lagi langsung keluar ruangan setiap kali masuk, dan yang paling mengejutkan, anak itu melahap empat burger buatannya saat makan malam tadi.

Di dapur, Celia sibuk mencuci piring. Dia bersikeras melakukannya sendiri, beralasan Ethan sudah cukup repot memasak dan membersihkan rumah. Sementara itu, Kevin duduk di meja kopi di depan Ethan, memeriksa pergelangan kakinya dengan serius.

"Jadi, Dok, menurutmu aku sudah bisa mulai lari lagi?" tanya Ethan, menatap Kevin yang tengah mengecek apakah masih ada pembengkakan.

"Belum, tunggu satu atau dua hari lagi," jawab Kevin sambil menatapnya. "Kemajuanmu bagus. Apa masih terasa sakit saat diinjak?"

"Sedikit nyeri, cukup untuk mengingatkanku kalau aku masih ‘rusak’," ujar Ethan dengan nafas frustasi.

"Kamu tidak rusak. Mungkin sedikit gila, tapi jelas sekali tidak rusak. Bagaimana hidupmu di sini?"

"Kenapa kamu belum melamar Dewi? Bukannya rencananya kamu ingin melakukannya saat anniversary kalian?" Ethan mengalihkan pembicaraan.

"Belum waktunya," kata Kevin, meletakkan kaki Ethan kembali ke lantai dan mengambil clipboard-nya. "Dengan semua yang sedang terjadi, aku tidak mau menambah beban dengan rencana pernikahan."

"Menurutku, dengan semua yang terjadi, kamu justru ingin memberi Dewi sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan," kata Ethan sambil sedikit duduk tegak dan meraih penyangga kakinya untuk dipasang kembali.

"Pernikahan itu hal besar, dan… yah." Kevin terdiam sejenak, pandangannya menjauh dari clipboard-nya.

"Kevin, aku pernah menikah," kata Ethan, mengerang pelan saat menarik tali penyangga kakinya. "Mungkin dengan wanita yang salah dan karena alasan yang salah, tapi dalam hidup, kamu tidak akan pernah tahu apa pun kalau cuma duduk diam sambil main-main dengan jempolmu." Perlahan, dia menurunkan kakinya.

"Masalahnya, dia ingin tinggal di Jakarta, sedangkan aku ingin menetap disini dan membangun keluarga," ujar Kevin, akhirnya menatap Ethan lagi. "Aku tahu itu akan mengganggu kariernya, dan sekarang aku makin menyadarinya setelah melihat bagaimana dia menangani semua ini denganmu. Dia bekerja sampai larut, stres, kelelahan. Hidupnya sekarang hanya seputar di Iphone-nya."

Ethan meletakkan tangannya di atas clipboard Kevin, menghentikan gerakan temannya itu.

"Lamar dia. Semua kekacauan ini, maksudku urusanku akan selesai dalam hitungan minggu. Tapi menikah, membangun keluarga, dan hidup bahagia?" Ethan berhenti sejenak, menghela napas kecil. "Itu akan bertahan seumur hidup.”

Celia bersandar di dinding luar ruang tamu, diam-diam mendengarkan percakapan Ethan dan Kevin tentang Dewi serta pergelangan kaki Ethan. Dari dalam, dia mendengar suara Kevin bangkit dan mulai mengemasi barang-barangnya.

"Hari ini kamu sudah cukup bekerja keras. Aku masih tidak paham jalan pikiranmu di balik semua ini, tapi yang jelas, pergelangan kakimu masih dalam pemulihan. Besok, jangan terlalu banyak bergerak."

"Terima kasih," sahut Ethan.

Saat mereka berjalan menuju lorong, Kevin bertanya,

"Apa yang sebenarnya kamu harapkan dengan tidur di sofa ini selama dua minggu kedepan?"

Mata Celia membelalak. Tanpa pikir panjang, dia buru-buru berlari ke dapur, berusaha menghindari kemungkinan tertangkap basah karena menguping.

Dari lorong, suara Ethan terdengar pelan, tapi masih jelas terdengar.

"Aku juga tidak tahu," katanya, "tapi aku tidak bisa menyerah tanpa mencobanya dulu.”

1
ashieeechan
hai ka mampir yuk ke karya aku/Drool//Pray/
Harrypotterlovers
Perasaan Celia bener-bener kerasa, Transisi antara masa lalu sama masa sekarang udah oke, Bagian perjuangan Celia sebagai ibu tunggal juga ngena banget, terutama hubungannya sama Rion yang manis banget. Semangat terus nulisnya!!!😍
semakin penasaran /Determined/
Oyen manis
duh penasaran reaksi celia dan ethan
Oyen manis
keren sih, biasanya bakal di aborsi kalau udah kaya gitu.Tapi yang ini di rawat sampai gede
Oyen manis
nyesek si jadi celia tapi lebih nyesek jadi dina ;)
Grindelwald1
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Dálvaca
Jangan lupa terus update ya, author!
DENAMZKIN: siap. terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!