Rojak adalah pemuda culun yang selalu menjadi bulan-bulanan akibat dirinya yang begitu lemah, miskin, dan tidak menarik untuk dipandang. Rojak selalu dipermalukan banyak orang.
Suatu hari, ia menemukan sebuah berlian yang menelan diri ke dalam tubuh Rojak. Karena itu, dirinya menjadi manusia berkepala singa berwarna putih karena sebuah penglihatan di masa lalu. Apa hubungannya dengan Rojak? Saksikan ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugito Koganei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 - Kesatria berzirah besi yang ramah tapi tidak ramah saat di depan musuh
Melanjutkan kisah sebelumnya, dimana saat bersekolah, Rojak dan Poppy menemukan banyak sekali anomali dimana semua teman-temannya bahkan warga Sekolah mengejar dirinya. Usut punya usut, mereka dirasuki Iblis padahal Mbah Rukmini sudah mati. Beruntungnya, Vina dan Kuni menyelamatkannya.
Di dalam mobil yang melaju kencang di jalanan malam yang sunyi, Rojak duduk dengan wajah penuh tanda tanya. Ia mengusap dahinya yang berkeringat sebelum akhirnya menoleh ke arah Vina dan Poppy yang tampak sibuk dengan pikiran mereka sendiri.
"Kenapa semua murid bisa dirasuki iblis? Bukannya Mbah Rukmini sudah tewas?" tanya Rojak, nada suaranya sarat dengan kebingungan.
Poppy menghela napas dalam, seolah mencoba mengumpulkan semua fakta yang berserakan di pikirannya. Ia kemudian menatap Kuni yang duduk di sebelah Kak Vina.
"Dan kenapa Kuni bisa bareng sama Kak Vina? Apa Kuni tahu sesuatu tentang semua ini?" lanjutnya.
Vina mengangguk pelan sebelum akhirnya berbicara.
"Gue dapat mimpi semalam... Gue lihat Regulus menjadi samsak bagi sesosok iblis yang jauh lebih kuat dari Mbah Rukmini. Sosok itu... dia mengerikan. Ia lebih kuat dari semua yang pernah kita hadapi." Wajahnya serius, matanya memancarkan kekhawatiran yang mendalam.
"Kebetulan, Kuni datang ke Indonesia tepat pada saat ini, dan gue tahu dia bisa membantu kita." lanjutnya.
Rojak mengerutkan alis, masih belum sepenuhnya yakin.
"Dan lo pikir kita bisa ngandelin dia?" tanyanya skeptis.
Mendengar itu, Kuni menoleh dengan ekspresi tidak senang.
"Oi! Gue bukan mau main-main, Jak." katanya, nada tersinggung terdengar jelas dalam suaranya.
Namun, sebelum percakapan mereka bisa berlanjut, sebuah dentuman keras menghantam bagian depan mobil. Secepat kilat, mobil yang mereka tumpangi oleng dan menghantam trotoar. Sopir Kuni yang berada di depan tidak sempat bereaksi, dan dalam hitungan detik, tubuhnya terlempar keluar dengan darah mengucur deras.
Sementara itu, Rojak, Poppy, Vina, dan Kuni terhuyung di dalam mobil, beruntung hanya mengalami luka ringan.
Rojak tersentak dan segera melihat ke depan, matanya membelalak lebar. Sosok yang seharusnya telah mati berdiri di hadapannya, Mbah Rukmini. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Aura yang lebih pekat, lebih menyeramkan, memancar dari tubuhnya.
"Mbah Rukmini?! Bukannya dia sudah mati?!" seru Rojak.
Sosok itu menyeringai.
"Aku bukan Mbah Rukmini." suaranya berat dan bergema di malam yang sunyi.
"Aku adalah Noctharion, iblis yang selama ini mendiami tongkat sihirnya dan menjadi objek pemujaannya. Dan kini, aku tidak lagi membutuhkan Tua bangka itu. Aku telah bebas..."
Vina dan Poppy langsung berjaga-jaga, sadar bahwa ancaman di hadapan mereka bukanlah musuh biasa.
"Aku menantangmu, Regulus. Beranikan kau bertarung melawanku?" Noctharion mengangkat tangannya, aura hitam pekat berputar di sekelilingnya.
Vina dan Poppy menoleh ke arah Rojak, ingin mencegahnya.
"Rojak, jangan! Noctharion bukan iblis biasa!" seru Vina.
Namun, Rojak hanya mengepalkan tinjunya. Matanya membara dengan tekad yang tidak tergoyahkan.
"Persetan dengan seberapa kuat dia! Gue harus melindungi kalian dan mengembalikan semua orang!"
Rojak berdiri tegak, lalu mengangkat tangannya ke depan. Dengan suara lantang, ia mengucapkan mantra yang mengubahnya menjadi Regulus.
"Wusna sangkalus ing wisa!"
Dalam sekejap, tubuhnya diselimuti cahaya keemasan. Wujud manusianya menghilang, berganti menjadi sosok ksatria singa yang gagah dan berotot. Zirah merah membalut tubuhnya, siap menghadapi pertarungan yang akan datang.
"HIYAAAAH!"
Regulus dan Noctharion saling berhadapan, udara di sekitar mereka terasa berat. Tanpa aba-aba, keduanya langsung menyerang. Pukulan dan serangan magis bertukar dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata manusia biasa.
Pada awalnya, pertarungan tampak seimbang. Regulus melancarkan serangan bertubi-tubi, tetapi Noctharion menangkisnya dengan mudah. Dari belakang, Vina ikut menyerang dengan sihirnya untuk membantu Regulus.
Namun, Noctharion tampak tidak terganggu. Ia mengangkat tangannya dan tiba-tiba, tubuh sopir Kuni yang telah mati bergerak. Mata sopir itu berubah menjadi merah menyala, tubuhnya melayang sebelum berubah menjadi iblis yang sangat kuat.
Berbeda dari iblis sebelumnya, yang satu ini jauh lebih kuat, bahkan menghadapi tiga orang sekaligus pun terasa mustahil. Vina, Poppy, dan Kuni berusaha bertahan, tetapi mereka mulai kewalahan.
Kuni menggerutu sambil menghindari serangan.
"Seandainya gue membawa CB-Commander, gue bisa bertarung lebih baik!"
Poppy dan Vina saling berpandangan, bingung dengan apa yang dikatakan Kuni. Namun, mereka tidak punya waktu untuk bertanya lebih lanjut.
Di sisi lain, Regulus masih bertarung melawan Noctharion. Namun, semua serangannya tampaknya sia-sia. Bahkan, serangan andalannya, Regulium Beam, tidak memberikan efek apa pun pada iblis kuat itu.
Noctharion menyeringai, lalu mengangkat tangannya dan melepaskan serangan yang sangat kuat.
"Darkness Destroy!"
Telapak tangannya memancarkan energi hitam yang langsung menghantam Regulus dengan kekuatan luar biasa. Tubuh Regulus terlempar jauh dan menabrak pohon besar di kejauhan, menyebabkan tanah di sekitarnya retak. Seketika itu juga, transformasi Regulus menghilang, mengembalikan Rojak ke wujud aslinya.
Rojak terbatuk, tubuhnya terasa remuk. Ia mencoba bangkit, tetapi tubuhnya tidak merespons.
Vina berlari ke arahnya.
"Rojak! Kita harus mundur sekarang!"
Noctharion tertawa puas.
"Kalian tidak akan bisa lari ke mana pun."
Namun, dengan sisa tenaga yang mereka miliki, Poppy, Kuni, dan Vina membantu Rojak berdiri. Mereka pun melarikan diri menuju rumah Kuni, dimana tempat itu merupakan satu-satunya tempat di mana mereka bisa menyusun strategi dan mencari cara untuk menghadapi ancaman yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.
Mereka pun sampai di Rumah Kuni, sebuah rumah sederhana milik pemuda Jepang yang dikenal sebagai seorang teknisi berbakat. Kuni dengan ramah mempersilakan mereka masuk, sementara pikirannya sudah dipenuhi dengan strategi menghadapi Nochtharion, ancaman besar yang mengintai dunia mereka.
"Untuk melawan Nochtharion, kita membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan biasa. Beberapa senjata lain dan kerja sama yang solid akan sangat dibutuhkan." kata Kuni serius.
Vina mengangguk dan menambahkan.
"Perpaduan sihir dan teknologi canggih bisa menjadi kunci kemenangan kita. Gw yakin itu akan sangat membantu."
Rojak menatapnya penuh selidik.
"Vina, sebenarnya gimana ceritanya lo bisa kenal dengan Kuni? Apa lo memang punya kenalan seorang teknisi sebelumnya?"
Vina tersenyum kecil, lalu mulai menjelaskan.
"Dua minggu lalu, gue lagi gabut di rumah terus iseng jalan-jalan ke pameran teknologi. Saat itu, nggak sengaja masuk ke booth teknologi Jepang dan nemu sesuatu yang keren, gelang yang bisa nyimpen sampai 20 barang, kayak kantong ajaib Doraemon! Nggak nyangka, besoknya gue malah ketemu Kuni lagi."
Poppy yang sejak tadi diam tiba-tiba tertawa kecil.
"Eh? Jangan-jangan ada bibit-bibit cinta di antara kalian berdua?" godanya.
Kuni langsung berdeham dan melambaikan tangan.
"Bukan itu yang penting sekarang!" katanya buru-buru, mencoba mengalihkan perhatian.
"Alasan gue ke masuk ke SMA Sinar Pintar, sebenarnya bukan karena nyokap bokap gue yang kerja disini. Tapi, gue nyusup karena terdapat anomali." jelas Kuni.
"Anomali apa?" tanya Rojak.
Namun, sebelum Kuni sempat menjelaskan tujuannya lebih jauh, rumah mereka tiba-tiba digerebek oleh beberapa warga desa. Mata mereka merah menyala, wajah mereka penuh amarah yang tidak wajar.
"Ada yang tidak beres..." bisik Poppy.
"Apa?" tanya Vina.
Vina langsung menyadari bahwa para warga telah dirasuki oleh kekuatan iblis. Mereka perlahan berubah, tubuh mereka membesar dan tampak lebih mengerikan.
Vina dengan cepat mengangkat tangannya, menggunakan kekuatan telekinesisnya untuk mendorong mereka keluar rumah.
"Cepat! Kita harus menghentikan mereka sebelum terlambat!" serunya.
Rojak segera mengubah dirinya menjadi Regulus. Tanpa ragu, ia maju ke garis depan dan bersiap menghadapi para warga yang telah berubah menjadi iblis.
Kuni berbalik kepada Poppy.
"Berikan gelang itu kepadaku!" katanya tegas.
Poppy pun melempar gelang tersebut. Kuni menangkapnya dengan cekatan, lalu melihat simbol berbentuk helm capybara yang ada di permukaan gelang. Dengan penuh keyakinan, ia mengangkat tangannya ke atas kepala dan berteriak, "Hatsudou!"
Seperti merespons perintahnya, helm capybara muncul, dan begitu Kuni memasangnya di kepala, armor besi menyelimuti seluruh tubuhnya. Dalam sekejap, ia telah berubah menjadi kesatria berzirah besi berwarna coklat dengan tema capybara.
"Kesatria ramah tapi tidak ramah dengan musuh, Tetsubara!" serunya.
Regulus, Poppy, dan Vina menatapnya dengan penuh keterkejutan.
"Apa-apaan ini?" gumam Regulus.
Tetsubara hanya tersenyum.
"Perkenalkan, namaku berasal dari dua kata, 'Tetsu' yang berarti besi, dan 'Bara' dari capybara. Dengan kata lain, aku adalah Capybara Besi!"
Regulus menghela napas.
"Jangan banyak bicara saat bertarung, nanti kualat!"
Pertarungan pun dimulai. Regulus dan Tetsubara maju bersama, menghadapi para iblis yang mengamuk. Dengan kombinasi kekuatan sihir, teknologi, dan keterampilan bertarung mereka, pertempuran yang sengit pun terjadi.
Di pertarungan itu, Tetsubara menunjukkan seluruh kemampuannya dalam bertarung dengan Iblis-Iblis kejam itu. Tetsubara juga memiliki senjata dalam zirahnya mulai dari meriam di pundak, kemudian bor pada tangannya, dan senapan mesin putar pada kakinya. Setelah beberapa Iblis kalah dan berubah wujud menjadi manusia, kini Tetsubara kembali mengaktifkan meriam di pundaknya dan membunuh salah satu Iblis yang masih tersisa.
Sementara itu, Regulus juga bertarung ditemani oleh Vina dengan telekinesisnya dan adiknya, Poppy dengan taekwondonya. Regulus kemudian menggunakan salah satu jurusnya yaitu regulus stab. Kemudian, Regulus langsung menggunakan regulium beam hingga mereka semua mati.
Setelah pertarungan itu, mereka langsung berkumpul.
“Keren banget lu, Siluman Capybara. Punya banyak persenjataan.”Puji Regulus.
“Hehehe... Kamu juga keren kok, Regulus.”Kata Tetsubara.
Setelah pertarungan sengit melawan para iblis, Regulus, Tetsubara, Vina, dan Poppy akhirnya bisa menghela napas sejenak. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung singkat. Langkah berat menggema di tanah yang berdebu. Mereka menoleh dan terkejut melihat dua sosok mendekat: Angie dan Nochtharion.
"Ga mungkin... A...Angie?" ujar Regulus terkejut.
Tatapan Angie kosong, seakan bukan dirinya yang mengendalikan tubuhnya. Nochtharion, dengan senyum penuh keangkuhan, menatap mereka semua.
"Sia-sia saja. Dia sudah menjadi milikku." katanya dengan suara dingin yang menggema di udara.
Regulus maju selangkah, mencoba menyadarkan Angie.
"Angie! Ini gue, Rojak! Temen lo! Lawan pengaruhnya! Lo lebih kuat dari ini!"
Namun, belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, Angie langsung melesat dan menghajarnya dengan pukulan telak yang membuatnya terpental beberapa meter ke belakang. Vina segera menggunakan telekinesisnya untuk menahan Angie, tapi kekuatan iblis yang merasukinya terlalu kuat. Dengan sekali hentakan, Vina terdorong mundur.
"Jangan buang waktu." kata Nochtharion santai.
"Aku adalah Raja Iblis terkuat. Dan anak buahku telah kulatih untuk tidak bisa dikalahkan oleh siapapun."
Regulus bangkit, napasnya terengah. Tetsubara melangkah maju, mencengkeram erat tinjunya.
"Baiklah. Kalau begitu, aku yang akan menghadapinya!"
Tetsubara langsung menyerang Angie, tapi gerakan gadis itu jauh lebih cepat dari yang ia duga. Dengan gesit, Angie menghindari setiap serangan dan membalas bahkan hampir mengenai zirah Tetsubara.
"Yabai! Cewe itu ga bisa diremehin!" kata Tetsubara.
Lalu, sesuatu yang mengerikan terjadi. Angie berhenti sejenak, tubuhnya bergetar, dan dari balik punggungnya muncul aura gelap yang membentuk sosok mengerikan. Wajah iblis yang menyeramkan muncul, bersenjatakan pedang dan tameng hitam berhiaskan rune kuno.
"Perkenalkan." kata Nochtharion dengan suara puas.
"Inilah Malgrion. Salah satu iblis terkuatku. Dirinya adalah Algojo terkuat dengan pedang dan tameng kebanggaannya."
Mata Regulus membulat.
"Tidak..."
Malgrion, yang kini mengendalikan Angie, menebaskan pedangnya ke tanah. Gelombang energi hitam menyebar, membuat tanah bergetar. Mereka semua bersiap.
Mampukah mereka menghadapi Nochtharion, Malgrion, dan pasukannya?
Dan mampukah juga, Regulus mengembalikan orang-orang?
Bersambung