PERFECT ACCIDENT

***

Belanja, makan, bercerita sembari nongkrong di cafe. Sekiranya itu yang dilakukan oleh Grace dan tante Arsy hari ini. Kekesalan Grace menghilang begitu saja saat tante Arsy mengajaknya mengobrol santai. Obrolannya juga sangat nyambung dan juga asik, makanya Grace suka. Sehingga ia melupakan kejadian pemaksaan tadi.

Grace akui, meskipun tante Arsy ini seumuran dengan ibu Lita, tapi gayanya kekinian. Dia cukup trendy dan ikut dengan zaman yang sedang berkembang saat ini. Mulai dari gaya hidupnya sampai ke topik pembicaraan. Bisa disebut juga tante Arsy ini gaul.

Saking asiknya mengobrol, keduanya sampai tidak ingat waktu. Sampai-sampai tante Arsy dijemput oleh suaminya sendiri ke cafe tempat mereka berdua nongkrong.

"Honey, aku masih ingin berbincang dengan calon menantu ku. Bisakah kamu pulang sendiri saja? Aku bisa pulang sendiri nanti," usir Arsy.

"Jangan bercanda, mom. Pulang sekarang atau kamu akan tahu akibatnya nanti," ucap Arman, suami tante Arsy.

"Oh ayolah, tidak perlu mengancam juga!"

"Makanya pulang, mom. Beruntung aku baik dan tidak menyeret mu karena kamu membangkang."

Arsy menghela nafasnya lalu membereskan barang bawaannya. Ia meminta suaminya sendiri untuk membawa beberapa paper bag yang ada disamping meja.

"Atlas akan menjemput mu, nak. Tunggu saja disini, dia sedang dalam perjalanan," ucap Arman pada Grace.

Grace terdiam sebentar sebelum akhirnya mengangguk. Ayolah, kenapa pula pria itu harus menyusul kesini. Padahal setelah tante Arsy pergi, Grace juga bisa langsung pergi.

"Sayang, mom pulang dulu ya? Kapan-kapan kita keluar lagi ya? Jangan kapok, soalnya mom suka banget sama kamu. Gak nyangka kamu seasik itu sampai-sampai mom lupa waktu."

Grace tersenyum lalu mengangguk. "Iya tante. Kapan-kapan lagi ya? Tapi sepertinya akan sulit. Besok Grace mulai masuk ke kantor lagi."

"Tante?" beo Arsy.

"Um, maksudnya mom." Ringis Grace pelan. Dia lupa jika harus memanggil mommy pada Arsy.

"Dibiasakan ya. Dan urusan kamu udah ke kantor Atlas lagi, itu gampang. Biar jadi urusan mom aja, kamu tahu berangkat nanti."

Grace menganggukan kepalanya. "Hati-hati."

"Tentu sayang. Kamu juga ya?"

"Iya tante."

Grace diam ditempatnya. Dia tidak mengantar Arsy sampai ke depan karena Arsy menolaknya. Ia sempat duduk sebentar sampai akhirnya ia melihat mobil milik om Arman dan tante Arsy pergi dari sana. Grace pun dengan cepat segera pergi dari sana. Dia enggan bertemu dengan Atlas. Semoga saja dia tidak sampai disini sebelum Grace pergi.

Grace mencari kunci mobilnya, namun sialnya kunci itu tidak ada di dalam tasnya. Entah terselip dibagian mana kunci itu berada, yang jelas Grace sampai terdiam dan mengobrak abrik isi tasnya.

"Sampai segitunya hanya karena tidak mau bertemu dengan ku?"

Damn!

Pergerakan tangan Grace yang sedang berusaha mencari kunci mobil pun terhenti. Ia hanya diam ditempat dan tidak menoleh kemana pun, termasuk ke sumber suara. Seolah dia sudah tertangkap basah saja.

Sedangkan Atlas, pria itu berjalan mendekat ke arah Grace dan berdiri di depan gadis itu. Dengan tatapan yang sulit sekali Grace deskripsikan, Atlas menatap ke arahnya.

"Pulang ke apartement dinas malam ini."

"Tidak. Besok aja, lagian belum bawa baju sama barang-barang pribadi."

"Semua kebutuhan mu sudah ada disana."

"Tidak mungkin. Kau mana tahu kebutuhan pribadi ku seperti apa."

"Jika tidak percaya, buktikan saja."

Atlas segera melempar sebuah kunci ke arah Daren. Tak lama pria itu menekan kunci itu sehingga mobil Grace menyala. Wait a minute, kenapa kunci mobilnya bisa ada ditangan Atlas?!

"Kuncinya jatuh tadi disana, ayo."

Tanpa menunggu jawaba Grace, pria itu sudah lebih dulu menarik lengan gadis itu dan membawanya pergi ke arah mobilnya. Belum sempat Grace menyela bahkan menolak, pria itu sudah lebih dulu mendorongnya masuk ke dalam mobil ini.

Gosh! Atlas pemaksa!!

***

Sekitar setengah jam berlalu, akhirnya Grace sampai ditujuannya bersama dengan Atlas. Yaitu apartement yang katanya akan jadi rumah dinas untuk Grace.

Sampai detik ini pun Grace masih tidak paham dengan maksud rumah dinas yang dikatakan oleh Atlas ini. Apa memang semua karyawan yang menjabat sebagai sekretaris diberikan keistimewaan seperti ini?

"Kartu aksesnya, tapi jika kau ingin menggunakan password, bisa saja. Passwordnya tanggal lahir ku."

"Aku bukan intel, bukan pula penggemar mu. Bagaimana bisa aku tahu tanggal lahir mu," ucap Grace dengan nada jengah.

"Cari tahu. Gunanya internet untuk apa? Malas sekali kelihatannya."

"Memang!"

Grace memutar bola matanya lalu merebut kartu akses itu dan menempelkannya ke pintu. Setelah pintu terbuka ia tentu saja masuk, dan Atlas tetap mengikutinya masuk.

"Bukankah ini rumah dinas untuk ku? Seharusnya kau keluar dan pergi," ucap Grace.

"Ini apartement ku kalau kau lupa."

"Ou, kalau begitu seharusnya aku tidak tinggal disini kan? Ini kan apartement mu. Ya sudah, aku akan pulang saja." Putus Grace seraya kembali berbalik dan hendak pergi dari sana.

Namun Atlas dengan cepat menarik tangan gadis itu agar berhenti dan tidak pergi. Ia baru sadar, jika dia mencekal tangan gadis ini, yang secara tidak langsung membuat tangannya menggenggam pergelangan tangan gadis ini. Saat menyadarinya, Atlas segera melepaskannya.

"Aku yang pergi. Besok kau harus masuk, ada rapat penting dengan seseorang. Tidak boleh telat!"

"Ya. Ya. Ya. Get out now," usir Grace.

Tanpa menyela lagi, Atlas pun segera pergi dari sana. Meninggalkan Grace sendirian di apartement yang cukup besar ini.

Grace menyimpan tas slempang miliknya dan berjalan menyusuri apartement ini. Ternyata ada banyak ruangan disini. Satu kamar, dapur, dua kamar mandi, area bar, ruang tv dan area ruang makan.

"Lumayan juga. Semoga betah sih," gumam Grace pelan.

Gadis itu pun melangkahkan kakinya masuk ke area kamar. Cukup luas, kasurnya juga berukuran sangat besar. Ini sepertinya muat ditempati empat orang dengan tubuh seukuran Grace.

"Gue kayaknya harus ngerepotin ibu buat packing barang gue. Gue chat dulu deh," ucapnya seraya mengeluarkan ponselnya.

Tidak banyak barang yang akan Grace bawa. Dia hanya perlu baju kerja dan baju biasa secukupnya beserta dengan perlatan pribadi lainnya seperti skincare dan make up. Setelah selesai mengirimkan pesan, Grace berjalan menuju lemari.

Alangkah terkejutnya ia saat melihat banyaknya deretan baju mulai dari dress, atasan, rok, dan beberapa baju lainnya. Bahkan sialannya disini ada lingerie?!

"Bajngn itu kayaknya sengaja naruh kain kurang bahan ini disini," gumam Grace kesal.

Kini tatapannya beralih ke meja rias, disana juga sudah tersedia skincare dan make up dengan merk yang selalu ia gunakan. Selain itu, diarea kamar mandi pun produk bodycare-nya sesuai dengan merk yang sering Grace pakai.

"Dia tahu sedetail ini?!"

tbc.

ga sabar nunggu mereka skidipapap huhuy